Mengurangi Sampah Plastik Jakarta Melalui Strategi Guna Ulang
Pencemaran lingkungan akibat sampah plastik sekali pakai masih menjadi masalah besar di Indonesia. Penggunaan ulang kemasan plastik bisa menjadi solusi agar jumlah sampah bisa berkurang.
Oleh
Raynard Kristian Bonanio Pardede
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2021, plastik menjadi kontributor kedua terbesar komposisi sampah di Indonesia sebesar 17,3 persen. Upaya mengurangi sampah tersebut bisa dimulai dengan menggunakan kembali kemasan plastik, yang diharapkan mengurangi jumlah penggunaan plastik sekali pakai.
Pemrakarsa Gerakan Diet Kantong Plastik (GIDKP), Tiza Mafira, menjelaskan, penggunaan plastik sekali pakai membuat jumlah sampah terus meningkat sehingga mencemari lingkungan. Untuk itu, ia bersama dengan Enviu, lembaga penggerak start up lingkungan di Indonesia, menggagas Gerakan Guna Ulang Jakarta.
Gerakan Guna Ulang Jakarta merupakan upaya mengurangi sampah kemasan sekali pakai, melalui advokasi, penyediaan fasilitas guna ulang kebutuhan rumah tangga, dan mendorong pendanaan untuk mengembangkan sistem guna ulang (reuse).
”Gerakan Guna Ulang Jakarta bertujuan untuk menciptakan ekosistem bebas plastik sekali pakai,” ujarnya, Jumat (14/10/2022).
Ia menambahkan, sistem reuse lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan daur ulang (recycle) karena konsumsi energi yang dibutuhkan lebih sedikit. Proses reuse juga lebih efektif karena membutuhkan waktu yang lebih sedikit dalam pemrosesannya.
Gerakan Guna Ulang Jakarta mengajak masyarakat meninggalkan penggunaan kemasan sekali pakai, dan beralih ke kemasan yang dapat digunakan kembali.
Salah satu perusahaan yang ikut dalam gerakan ini adalah Allas, melalui pembuatan kemasan makanan yang dapat digunakan berulang kali. Masyarakat yang membeli makanan di merchants yang bekerja sama dengan Allas dapat mengembalikan kotak makanannya kembali ke penjual. Sudah ada 2700 pesanan yang disajikan dengan kemasan tersebut.
”Agar gerakan ini bisa berjalan secara menyeluruh, diperlukan kerja sama dari pemerintah, industri, dan masyarakat” ujarnya.
Kepala Program Zero Waste Living Lab Enviu Indonesia Darina Maulana menjelaskan, pihaknya terus berinovasi untuk menciptakan perusahaan yang mampu menjawab permasalahan lingkungan di Indonesia. Enviu telah melahirkan beberapa perusahaan yang bisa mendukung gerakan guna ulang, seperti Qyos, Koinpack, dan Econesia.
Ia mencontohkan, melalui Koinpack, masyarakat yang hendak membeli kebutuhan rumah tangga seperti sabun cair kemasan bisa memperoleh uang (cashback) bila mengembalikan kemasannya ke penjual. Darina menyebut, melalui program ini, masyarakat bisa berkontribusi langsung mengurangi pencemaran lingkungan akibat sampah plastik sekali pakai.
”Kami dorong program ini hadir di tingkatan rumah tangga atau rukun warga (RW) supaya orang-orang meninggalkan kebiasaan menggunakan kemasan sekali pakai,” ujarnya.
Meskipun masih berfokus di Jakarta, keduanya berharap agar program ini bisa menginspirasi banyak orang, sehingga mampu diimplementasikan ke tempat-tempat lain di Indonesia.
”Program guna ulang ini terus kita dorong dan intensifkan. Prosesnya panjang,” ujar Tiza.
Fasilitas 3R
Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Kebersihan DLH DKI Jakarta Erni Pelita Fitraunissa menjelaskan, adanya fasilitas 3R (reuse, recycle, dan reduce) di tingkat masyarakat dapat membantu mengurangi jumlah sampah secara signifikan. Tak hanya itu, sampah yang sudah diolah di fasilitas 3R membuat pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, bisa berkurang signifikan.
Fasilitas 3R merupakan tempat dimana sampah dipilah sesuai peruntukkannya, yaitu penggunaan ulang (reuse), daur ulang (recycle), dan pengurangan jumlah sampah (reduce).
”Kondisi sekarang, hampir 97 persen sampah di Jakarta langsung dibuang ke Bantargebang karena masih minimnya fasilitas 3R di lingkungan rumah tangga,” ujarya di Balai Kota DKI di Jakarta Pusat, Kamis (13/10/2022).
Hampir 97 persen sampah Jakarta diangkut langsung ke Bantargebang. Bila ada fasilitas 3R, sampah yang diangkut hanya 13 persen.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperkenalkan program Kupilah (Kumpul-Pilah-Olah) agar sampah dikumpulkan, dipilah, diolah, di tingkatan RW lalu sisanya diangkut ke Bantargebang. Implementasi program Kupilah dilakukan dengan membentuk Bidang Pengumpulan Sampah (BPS) di level RW, yang aturannya termuat di Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Lingkup Rukun Warga.
”Kalau sampah diolah dulu di fasilitas 3R, total sampah yang diangkut ke Bantargebang hanya 13 persen,” ujarnya.
Kehadiran Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 77 Tahun 2020 ini diharapkan membuat masyarakat bisa menjaga kebersihan lingkungannya serta bertanggung jawab untuk sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga.