Melihat dari Dekat Stasiun Bawah Tanah Berlantai Empat
Pembangunan CP 202 bagian dari fase 2A MRT Jakarta akan memiliki spesifikasi desain yang berbeda dari paket kontrak lainnya di fase 1 dan 2A. Stasiun akan berlantai empat dengan kedalaman hingga 28 meter.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·5 menit baca
Sejak pembangunan fase 2A MRT Jakarta dimulai pada Juni 2020, tepatnya dengan dimulainya paket kontrak atau contract package (CP) 201, pihak MRT Jakarta sudah merilis pembangunan konstruksi akan menghadapi sejumlah tantangan. Hal itu mendorong MRT Jakarta membuat antisipasi dan menyusun perencanaan pembangunan yang sesuai tantangan.
Untuk pembangunan fisik atau konstruksi fase 2A yang juga kelanjutan dari koridor utara-selatan (north-south line), MRT Jakarta membagi dalam beberapa paket kontrak. CP 201 akan membangun konstruksi dari Bundaran HI ke Harmoni. CP 202 membangun konstruksi dari Harmoni ke Mangga Besar dan CP 203 membangun konstruksi dari Glodok ke Kota.
Total fase 2A akan sepanjang 6,3 km dari Bundaran HI ke Kota. Semuanya merupakan konstruksi bawah tanah.
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta, Selasa (20/9/2022), menjelaskan, untuk CP 202, tantangan yang akan dihadapi adalah koridor sempit sepanjang Jalan Gajah Mada-Jalan Hayam Wuruk. Lalu kondisi tanah yang lunak dan penurunan permukaan tanah, jarak dinding stasiun yang berdekatan dengan bangunan sekitar, proteksi cagar budaya dan pelestarian sejarah jakarta, serta revitalisasi koridor Thamrin-Gajah Mada/Hayam Wuruk-Jalan Pintu Besar Selatan.
Terbentang dari Harmoni ke Mangga Besar, kontraktor CP 202 akan membangun tiga stasiun, yaitu Stasiun Harmoni, Sawah Besar, dan Mangga Besar. Selain itu juga membangun terowongan bawah tanah mulai dari Harmoni hingga Mangga Besar sepanjang total 1,8 km (terowongan dan stasiun).
Koridor yang sempit sepanjang Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk, menurut Silvia, menjadi tantangan tersendiri. Tantangan itu terefleksi dalam desain terowongan dan stasiun.
Saat sampai Harmoni, terowongan dan stasiun CP 202 masih akan sama seperti desain CP 201, CP 203, ataupun desain fase 1. Akan tetapi, begitu masuk koridor Gajah Mada-Hayam Wuruk, stasiun harus lebih ramping karena berada di Jalan Gajah Mada dan di bawah Jalan Hayam Wuruk.
”Kedua ruas jalan ini lebarnya hanya 15-16 meter sehingga stasiun kita cuma 14 meter lebarnya. Kita tidak bisa melebar, kita mendalam,” kata Silvia.
Dua perbedaan utama yang terlihat adalah tipe terowongan dan stasiun bawah tanahnya. Pada stasiun-stasiun di fase 1 dan stasiun fase 2A lainnya, tipe stasiun bawah tanah terdiri atas dua lantai, sedangkan CP 202 terdiri atas empat lantai.
Tipe terowongan CP 202 akan dibuat bertingkat (stacked tunnel), sedangkan terowongan pada fase 1, CP 201, dan CP 203 merupakan terowongan sejajar. Stasiun dan terowongan bertingkat ini diperlukan karena Stasiun Sawah Besar dan Mangga Besar dibangun hanya di bawah Jalan Gajah Mada (Stasiun Sawah Besar) dan Jalan Hayam Wuruk (Stasiun Mangga Besar).
”Jadi, stasiunnya pada CP 202 adalah empat lantai ke bawah, sementara terowongannya jadi atas bawah, bukan kanan kiri. Jadi, ini terowongannya dalam perjalanan kanan kiri, lalu jadi atas bawah. Orang-orang teknik sipil senang sama yang seperti ini karena ini tantangan. Kapan lagi bisa lihat hal sulit dikerjakan,” lanjut Silvia.
Kepala Divisi Seketaris Perusahaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Rendi Alhial menambahkan, empat lantai di kedua stasiun tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri. Nantinya lantai satu sebagai beranda peron (concourse), lantai dua sebagai peron terowongan jalur ke selatan (Stasiun Lebak Bulus Grab), lantai tiga sebagai beranda peron (concourse), dan lantai empat sebagai peron terowongan menuju utara (Stasiun Kota).
Ditilik dari profilnya, Stasiun Harmoni direncanakan terdiri atas dua lantai, panjang stasiun 252 meter, lebar stasiun 16,4 meter, dengan kedalaman 17 meter di bawah permukaan tanah. Stasiun Harmoni akan memiliki tujuh akses pintu masuk (entrance) terdiri dari empat di trotoar dan tiga terintegrasi langsung dengan halte Transjakarta.
Stasiun Sawah Besar dirancang terdiri atas empat lantai, panjang stasiun 200 meter, lebar stasiun 14,1 meter, dengan kedalaman 27 meter di bawah permukaan tanah. Stasiun Sawah Besar akan memiliki lima akses pintu masuk dengan empat akses dibangun di trotoar dan satu akses terintegrasi langsung dengan halte Transjakarta.
Adapun Stasiun Mangga Besar dirancang terdiri atas empat lantai dengan panjang stasiun 220 meter, lebar stasiun 14,1 meter, dan kedalaman 28 meter di bawah permukaan tanah. Stasiun Mangga Besar akan memiliki lima akses pintu masuk, empat akses dibangun di trotoar dan satu akses terintegrasi langsung dengan halte Transjakarta.
Dengan banyaknya bangunan di kanan dan di kiri jalur MRT Jakarta fase 2A, menurut Silvia, itu juga tantangan yang mesti diantisipasi. Dalam desain, MRT Jakarta merancang struktur dinding bawah tanah harus lebih tebal, 1,2 meter. ”Kemudian ada banyak penguatan tanah. Kami injeksi tanah supaya tanah lebih keras sebelum kami mulai penggalian,” ujar Silvia.
Di bawah Kali Ciliwung
Dengan Kali Ciliwung di area CP 202, menurut dia, nantinya jalur pejalan kaki di Stasiun Sawah Besar untuk akses masuk-keluar akan dibangun berbentuk terowongan. Terowongan bagi pejalan kaki itu akan berada di bawah Kali Ciliwung, lalu muncul di permukaan seberang jalan.
Selain itu, tentu saja bagaimana MRT Jakarta memproteksi cagar budaya. ”Ini saya bicara soal gedung-gedung bangunan cagar budaya yang ada di sekitar di sepanjang koridor,” kata Silvia.
Untuk memproteksi cagar budaya, MRT Jakarta memasang alat-alat di gedung-gedung sekitar koridor. Di satu gedung ada satu alat untuk monitor semuanya. ”Jadi, kalau ada pergerakan apa, kami akan tahu,” ujarnya.
Rendi menambahkan, CP 202 telah dimulai sejak 27 Juli 2022 setelah penandatanganan kontrak pelaksanaan pada 18 Juli 2022. Hingga 15 September 2022, perkembangan pembangunannya telah mencapai 6,82 persen.
Pekerjaan yang sudah dilakukan pada pembangunan CP 202 di antaranya pemasangan moveable concrete barrier (MCB) dan pagar sebagai bagian dari manajemen rekayasa lalu lintas, kegiatan archeological test pit, dan penanaman pohon terdampak. Bersama-sama dengan CP lainnya serta dengan tantangan yang muncul, fase 2A direncanakan selesai pada 2028 mendatang.
”PT MRT Jakarta (Perseroda) bersama kontraktor pelaksana Shimizu-Adhi Karya JV (SAJV) akan memastikan pembangunan MRT Jakarta fase 2A dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk menjaga aspek lingkungan yang berkelanjutan tetap terpenuhi,” pungkas Rendi.