Taman dibangun agar masyarakat Kota Tangerang di Banten tidak jenuh. Namun, taman yang tidak terawat justru memicu kejenuhan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
Taman dibangun agar masyarakat Kota Tangerang di Banten tidak jenuh. Namun, taman yang tidak terawat justru memicu kejenuhan.
”Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, taman ini sedang dalam perbaikan” tertulis dalam spanduk di muka Taman Potret, Kota Tangerang, Banten, Rabu (3/8/2022) siang. Pada salah satu sisi taman, dekat sangkar burung raksasa, terpasang garis polisi penanda adanya perbaikan.
Sebelum hujan mengguyur, ada dua pasangan suami istri dan anak asyik berpose di kapal, patung gadis Cisadane atau Lenggang Nyai, dan tulisan besar ”I Love TNG”. Tak ketinggalan muda mudi bercengkerama di bangku semen dekat wahana bermain anak-anak yang berbentuk jamur.
Pepohonan menjulang tinggi dan rindang seantero taman seluas 9.600 meter persegi. Terdapat pula jembatan membelah kanal, lengkap dengan bangunan kios makanan dalam kawasan Pasar Jajan Taman Potret di taman yang dibangun atas inisiatif pewarta foto dan diresmikan tahun 2015.
Perbaikan juga sedang berlangsung di Taman Kupu-Kupu dan Kelinci yang terletak di seberang Taman Potret. Tumpukan material dan paving blok berjejer di dekat dua rumah kecil setinggi 1 meter yang masih dibangun.
Taman seluas 4.200 meter persegi itu dibangun untuk wisata edukasi. Pengunjung bisa berinteraksi dengan kelinci dan kupu-kupu di bawah pepohonan rindang, serta membaca buku di perpustakaan yang terletak di sudut taman.
Bergeser ke Taman Benteng Jaya (Cisadane Walk) seluas 12.480 meter persegi di tepi Sungai Cisadane yang membelah Kota ”Benteng” Tangerang. Trotoarnya selebar lebih dari 5 meter, ada bangku kayu, bangku semen, tangga menuju air, dan pusat jajanan.
Obyek untuk berpose, antara lain tulisan ”Cisadane Walk” dan sudut mengarah ke jembatan dengan tulisan ”Kota Tangerang”. Agar lebih ciamik, pengunjung bisa naik ke menara pandang setinggi 5 meter. Sayang kondisinya kurang terawat, tangga meliuknya mulai keropos dan bau pesing.
Andrey (28), warga Neglasari, senang sekaligus prihatin ketika ditanya tentang taman. Jumlah taman sudah cukup banyak, tetapi tak terurus dengan baik.
Perbaikan
Taman menjadi prioritas program pembangunan Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah sejak tahun 2016. Pembangunan bukan sekadar menambah ruang terbuka hijau, tetapi juga menjadi ruang publik untuk masyarakat berinteraksi.
”Taman dibangun agar masyarakat Kota Tangerang tidak jenuh. Kami ingin menjadikan masyarakat bahagia di kotanya. Makanya, kami dorong agar membangun taman tematik menjadi bagian pembangunan,” kata Arief (Kompas, 28 Februari 2017).
Baca juga: Murah Tawa Lagi Murah Nyawa Bersama Odong-odongTerdapat 212 taman berdasarkan data yang dikelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang, serta kecamatan se-Kota Tangerang. Luasnya mencapai 527,797 meter persegi atau 0,52 kilometer persegi.
Kepala Bidang Pertamanan dan Dekorasi Kota Indri Suryani menuturkan, ratusan taman itu terdiri dari taman tematik, taman lingkungan, dan taman di median jalan. Mulai tahun 2022, secara perlahan dilakukan perbaikan taman-taman. Saat ini perbaikan sedang berjalan di lima taman, antara lain Taman Potret dan Taman Kupu-Kupu dan Kelinci.
”Selama pandemi Covid-19, pemanfaatan taman kerap dibatasi jumlah pengunjung dan jam buka. Anggaran juga dirasionalisasi sehingga pemeliharaan dan perbaikan baru dioptimalkan mulai tahun 2022,” katanya.
Pemeliharaan dan perbaikan itu supaya warga dapat memanfaatkan taman, merasa senang datang ke taman, ruang terbuka, dan bangga mempunyai taman, serta turut menjaga agar menjadi daya tarik pariwisata.