Menjaga Warisan Alam, Kado Paling Berharga untuk Kini dan Masa Depan
Kemeriahan kembali mewarnai perayaan Hari Jadi Bogor setelah terhadang dua tahun pandemi. Warga diajak memiliki semangat tulus untuk menjalankan program-program berkelanjutan bagi lingkungan agar bumi terus lestari.
Setelah dua tahun Hari Jadi Bogor atau HJB diperingati dalam suasana pandemi Covid-19 tanpa keramaian, Jumat (3/6/2022) kemarin, warga kembali merasakan kemeriahan dan semarak HJB Ke-540. Warga diajak menghayati dan menjalani Abhinaya Satya Lestari, bersama-sama menjaga alam dan lingkungan agar tidak semakin rusak.
Perayaan HJB Ke-540 dibuka dengan parade atau Pawai Nusantara oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan sejumlah komunitas warga yang mengenakan pakaian adat dari seluruh Indonesia.
Mereka mengiringi Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Kapolresta Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro, dan Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto yang menunggangi kuda.
Pawai Nusantara dimulai dari Balai Kota Bogor menuju Alun-alun Kota Bogor melintasi Jalan Juanda dan Jalan Kapten Muslihat. Warga memadati jalan untuk menyaksikan Pawai Nusantara dan bersama ikut menuju alun-alun meski sempat diguyur hujan dan melunturkan kemeriahan HJB.
”Perayaan ini kami tunggu-tunggu, sudah lama. Senang bisa ikut dan melihat kemeriahan ada pawai tadi, ada acara kesenian, suka banget,” kata Fani (37).
Baca juga: Kado Manis untuk Hari Jadi Bogor dari Pulo Geulis
Kegembiraan serupa dirasakan Ipul (40) beserta keluarganya yang ikut Pawai Nusantara. Pandemi Covid-19 dua tahun terakhir menutup ruang kebersamaan dan berbagai gelaran kegiatan kesenian di Kota Bogor. Oleh karena itu, Ipul bersama keluarga tak mau ketinggalan momen bisa kembali berkumpul seperti masa sebelum pandemi Covid-19.
”Kalau dibandingkan 2019, memang HJB kali ini tak seramai tahun itu. Tapi, tetap saja ini membawa kesenangan dan kegembiraan bersama setelah sepinya HJB 2020-2021,” kata Ipul.
Wali Kota Bogor Bima Arya dalam sambutannya juga bersyukur bisa kembali bersama warga merayakan perjalanan panjang ”Kota Hujan” yang sudah menginjak usia ke-540.
Secara khusus Bima mengucapkan terima kasih kepada semua lapisan masyarakat, terutama tenaga kesehatan dan perawat yang telah bekerja keras di masa pandemi Covid-19.
Untuk seluruh petugas yang telah gugur dalam penanganan Covid-19 dan bagi warga yang meninggal di masa pandemi, Bima mengajak untuk mendoakan mereka agar diberikan tempat paling mulia di sisi Allah SWT.
”Hanya karena takdir Allah dan ikhtiar kita, kondisi dan situasi Kota Bogor sudah kembali normal dan siap memasuki masa endemi sehingga kita bisa merayakan HJB dengan meriah dan penuh rasa kebersamaan,” ujar Bima.
Abhinaya Satya Lestari
Pandemi yang menimpa Indonesia seperti menjadi cara Sang Pencipta mengingatkan semua orang yang lupa untuk menjaga lingkungan. Kota yang terus tumbuh ternyata mengabaikan kondisi alam sehingga berdampak pada kesehatan.
Pesan itu yang ingin disampaikan dalam HJB ke- 540 melalui Abhinaya Satya Lestari yang menjadi tema HJB 2022. Pesan agar setelah badai pandemi, warga dan pemangku kepentingan bersama dan berkolaborasi dalam situasi sulit. Terutama pesan untuk menjaga alam Kota Bogor dan identitas yang telah diwariskan para pendiri bangsa serta warisan leluhur dari sang Prabu Siliwangi.
Pada 540 tahun lalu, Prabu Siliwangi, pemimpin Kerajaan Pakuan Pajajaran, mulai bertakhta dan menjadi zaman keemasan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran. Warga hidup sejahtera di alam yang indah dan sejuk.
Sang Prabu raja visioner, kata Bima, harus menjadi teladan. Prabu Siliwangi berpikir jauh ke depan untuk kepentingan generasi masa depan. Menjaga lingkungan dan kelestarian alam menjadi salah satu perhatian utama dari Prabu Siliwangi.
”Beliau membangun hutan Samida untuk menjaga kelestarian lingkungan. Hutan ini yang sekarang menjadi paru-paru utama Kota Bogor, Kebun Raya Bogor,” kata Bima.
Bogor asri dan hijau yang dinikmati hari ini merupakan buah kerja keras di masa lalu. Kerja keras itu tidak boleh dihentikan atau bahkan dirusak.
Zaman dulu, lanjut Bima, para pendahulu sudah berpikir untuk melestarikan alam. Saat ini ketika kota sudah dihuni lebih dari satu juta warga, Kota Bogor tidak boleh mengingkari sejarah dan mengkhianatinya sehingga merusak lingkungan dan warga.
”Kota Bogor harus selalu hijau dan lestari. Kita perlu pembangunan dan perubahan, tapi tidak dengan merusak lingkungan. Kita perlu pertumbuhan ekonomi, tapi tidak mengorbankan anak cucu kita. Kita perlu mengejar investasi, tapi hanya yang peduli pada pembangunan yang berkelanjutan,” ujar Bima.
Warga tidak hanya harus meresapi Abhinaya Satya Lestari, tetapi juga menjalankannya. Abhinaya Satya Lestari mengandung makna semangat, tulus, dan tidak berubah, bertahan, dan terus hidup.
Secara luas, Abhinaya Satya Lestari memiliki arti semangat yang tulus untuk menghadirkan program-program berkelanjutan bagi lingkungan agar bumi terus hidup atau lestari.
Jika kita berpikir untuk masa depan, maka masa depan akan menjadi milik kita. Menjaga ketulusan dan semangat untuk lingkungan daan generasi masa depan.
Dalam logo tema HJB Ke-540, ada simbol yang harus dimaknai warga sebagai pesan penting bahwa alam yang telah dijaga oleh para pendahulu harus terus dipertahankan.
Seperti pada simbol atau elemen sungai di logo HJB Ke-540, menggambarkan salah satu usaha kebijakan populer yang diputuskan Sri Baduga Maharaja, yaitu menciptakan parit besar yang mengitari ibu kota Pajajaran, Pakuan, langkah ini tertulis pada Prasasti Batutulis.
Konon, parit ini selain sebagai pengairan persawahan, juga untuk kesejahteraan warga dan menjadi sarana melindungi area ibu kota Pajajaran dari lawan.
Daun bermakna simbol hidup harus bekerja sama atau berkolaborasi. Sehelai daun ternyata saling mendukung dengan dedaunan lainnya untuk menjaga keberlanjutan hidup.
Apabila suatu pepohonan memiliki daun yang rimbun nan hijau, ibarat pohon tersebut hidup dengan baik. Selain itu, daun juga sebagai simbol bahwa Pemkot Bogor sangat peduli pada isu lingkungan dan program pembangunan yang berkelanjutan.
Sementara logo Mahkota Sri Baduga Maharaja terinspirasi dari sang Prabu Siliwangi yang telah mewariskan jalan hidup bagi generasi sekarang yang sangat relevan dengan kondisi saat ini.
Baca juga: Kandungan Mikroplastik yang Kian ”Mencekik” Ciliwung
Prabu Siliwangi mewariskan prinsip kebajikan yang disebut dengan pakena gawe rahayu (membiasakan diri berbuat kebajikan). Prinsip ini merupakan jalan menuju kesejahteraan yang hakiki dengan berbuat kebajikan kepada tanah air, bangsa, negara, orangtua, guru dan pemimpin.
”Di hari istimewa ini saya mengajak kepada seluruh warga Bogor untuk menjaga alam. Terus bekerja untuk Sungai Ciliwung yang lebih bersih, mengolah sampai dari hulu ke hilir, mengurangi penggunaan plastik, menghidupkan bank sampah, menanam pohon, membuat lubang biopori, edukasi warga tentang bahaya perubahan iklim dan bersama dengan hati untuk bumi yang lestari,” kata Bima.
Seperti Prabu Siliwangi dalam keyakinan menjaga alam, maka manusia akan mendapat balasannya. Alam ikut menjaga manusia. Menjaga alam menjadi salah satu upaya menghormati para pendahulu yang menjaga lingkungan.
”Jika kita berpikir untuk masa depan, maka masa depan akan jadi milik kita. Menjaga ketulusan dan semangat untuk lingkungan dan generasi masa depan,” ujar Bima.
Dinu kiwari ngancik nu bihari. Seja ayeuna sampeureun jaga. Dirgahayu Kota Bogor. Raharja Salawasna.