Pemerintah melalui Balai Latihan Kerja berupaya melatih warganya supaya memenuhi kualifikasi dunia kerja. Sementara pencari kerja mengasah keterampilan agar mampu berdaya saing di tengah persaingan memperoleh pekerjaan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY, STEFANUS ATO
·5 menit baca
Kamis (12/5/2022) menjadi hari terakhir bagi Naufal Habibi (21) dan Daru Handoko (19) sebagai peserta pelatihan keterampilan oleh Balai Latihan Kerja Kota Tangerang. Selama 39 hari sebelumnya, keduanya bersama 18 peserta lain berlatih segala hal perihal perhotelan di Hotel Golden Tulip Essential, Kota Tangerang.
Siang itu, mereka bergantian membuka sekaligus mengganti seprai, sarung bantal, dan handuk, serta membersihkan pemanas air, gelas, piring, sendok, dan sampah. Seketika kamar-kamar hotel di lantai 16 itu rapi dan troli di lorong kamar-kamar terisi cucian dan sampah.
Naufal merupakan lulusan salah satu sekolah madrasah aliyah. Ini pengalaman pertamanya menjalani pelatihan keterampilan setelah berhenti sebagai kurir karena pandemi Covid-19.
”Menambah keterampilan. Jadi tahu apa saja pekerjaan di hotel dan setelah dari sini mau ngelamar ke hotel-hotel yang ada,” ujarnya mengenai tujuan dan rencana setelah pelatihan.
Pelatihannya mencakup sepekan pemberian teori dan 33 hari praktik pelayanan tamu, resepsionis, layanan kamar dan kebersihan, serta staf dapur. Selama itu, mereka masuk pukul 08.00 hingga pukul 15.00.
Naufal yang lebih banyak bermain gim, rebahan, dan begadang setelah berhenti kerja perlahan berbenah. Kini, ia tidur lebih awal agar bisa bangun pagi, berpenampilan rapi dengan mencukur rambut dan kumis, serta banyak bersosialisasi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi. ”Senang sekali wawasan bertambah. Apalagi kalau dapat tip dari tamu atau dipuji layanannya bagus,” katanya, riang.
Berbeda lagi dengan Daru. Selepas lulus SMK jurusan teknik instalasi tenaga listrik, ia bekerja di gudang salah satu perseroan terbatas. Kariernya tak berumur panjang lantaran terkena pengurangan karyawan imbas pandemi Covid-19.
Setelah dua tahun yang sulit, mereka berpeluang meningkatkan kehidupan dengan pekerjaan yang layak dan baik di Ibu Kota.
Berbekal informasi dari Instagram Pemkot Tangerang, situs dinas ketenagakerjaan, dan Tangerang LIVE, dia mendaftar pelatihan keterampilan. ”Pas daftar, pelatihan kelistrikan sudah penuh. Saya beralih ke hotel karena saya pikir hotel butuh instalasi listrik,” ujarnya.
Setelah sepekan pembekalan teori, Daru mulai praktik sekaligus beradaptasi karena tidak ada pekerjaan yang berhubungan dengan listrik. Dia belajar membersihkan kamar, berbagai jenis linen, merapikan tempat tidur, menata handuk, dan layanan kehilangan atau ketinggalan barang.
”Seru dan asyik bisa ketemu banyak orang. Tadinya malas, jadi rajin membersihkan kamar dan rumah,” ucapnya yang menurut rencana setelah pelatihan akan melamar ke hotel-hotel.
Sejak 2018, Balai Latihan Kerja Kota Tangerang telah bekerja sama dengan Hotel Golden Tulip Essential untuk pelatihan. Setiap tahunnya ada 3-4 gelombang pelatihan dengan jumlah pesertanya 20 orang per gelombang.
Ahmad Bitu, instruktur dari Hotel Golden Tulip Essential yang dibantu asisten Muhammad Sukron, menyebut, awalnya peserta kurang antusias karena belum tahu tentang perhotelan. Seiring waktu, mereka banyak belajar, disiplin, sopan, dan menjaga penampilan.
”Tadinya suara kenceng, jadi lembut karena biasa menghadapi tamu. Hotel, kan, jual jasa atau layanan, jadi harus ramah, jaga penampilan,” ucapnya.
Ahmad melanjutkan, dari tahun ke tahun selalu ada penyempurnaan pelatihan. Dari mulanya porsi teori dan praktik seimbang menjadi lebih dominan praktik. ”Biasanya tiga peserta terbaik direkrut setelah pelatihan. Penilaiannya berdasarkan perilaku, keterampilan, dan pengetahuan,” katanya.
Naufal, Daru, dan 18 peserta pelatihan lainnya merupakan bagian dari 1,12 juta angkatan kerja yang ada di Kota ”Benteng” Tangerang. Pada saat yang sama tingkat pengangguran terbuka mencapai 8,63 persen atau 97.344 jiwa (Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2021 oleh Badan Pusat Statistik).
Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Kota Tangerang Mualim menyebutkan, Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang berupaya melatih warganya supaya memenuhi kualifikasi dunia kerja, termasuk membuat Bursa Kerja Khusus yang ada di SMA/SMK dan perguruan tinggi supaya lulusan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.
Tahun 2021, berlangsung 18 pelatihan menjahit pakaian, tata boga, komputer, desain grafis dan digital printing, montir sepeda motor, perhotelan, dan teknik pendinginan. Jumlah pesertanya mencapai 350 orang.
Dari jumlah itu, 118 orang bekerja di tujuh perusahaan dan 32 orang berwirausaha. Karena itu, tahun 2022 ini balai latihan kerja mengintensifkan kerja sama dengan swasta untuk 20 pelatihan dengan target 400 peserta.
Kian menantang
Dua tahun pandemi Covid-19, dunia usaha di Jabodetabek belum sepenuhnya pulih. Sektor otomotif, ritel, industri pengolahan, pertanian, serta perdagangan masih menyerap tenaga kerja, tetapi dalam jumlah terbatas.
Pada saat yang sama perantau berdatangan seiring arus balik Lebaran dan kota masih berkutat dengan bertambahnya pengangguran. Ibu Kota, misalnya, jumlah angkatan kerjanya mencapai 5,1 juta jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka mencapai 439.899. Pada saat yang sama ada 30.009 lowongan kerja terdaftar dan 31.633 pencari kerja terdaftar (Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2022 oleh Badan Pusat Statistik).
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi menuturkan, serapan tenaga kerja yang dibutuhkan masih terbatas hanya pada sektor-sektor minim terdampak pandemi, seperti pertanian, industri pengolahan, dan perdagangan meskipun dalam skala yang terbatas.
”Beberapa sektor memang telah memperlihatkan perkembangannya hingga usai Idul Fitri. Tetapi, kondisi ini belum memerlukan sumber daya manusia baru karena dunia usaha masih dalam tahap pemulihan, fokus meninjau dan menata ulang usaha,” ujarnya secara terpisah.
Kadin DKI Jakarta berharap tren perkembangan ekonomi selama satu bulan terakhir dapat terus berlanjut. Dengan begitu pemulihan ekonomi dapat berlangsung secara cepat dan merata.
Rakhmat Hidayat, sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta menyebutkan, Jakarta menjadi daya tarik sosial dan ekonomi bagi perantau sudah menjadi rutinitas setelah Lebaran. Namun, pada 2022 berbeda karena terjadi setelah pembatasan aktivitas imbas pandemi Covid-19.
”Mudik yang masif tahun ini membuat ekspektasi perantau bertambah. Setelah dua tahun yang sulit, mereka berpeluang meningkatkan kehidupan dengan pekerjaan yang layak dan baik di Ibu Kota,” katanya.
Pertumbuhan balai latihan kerja Infografik.
Menurut dia, laju perantau dengan ekspektasi tinggi ini patut ditunjang intervensi pemerintah berupa pelatihan kapasitas dan kemampuan kerja, serta ruang untuk mengembangkan ekonomi. Selain sinergi dengan pelaku industri dan usaha terkait lowongan kerja, kerja sama antardaerah penyangga dalam lingkup Jabodetabek harus ditingkatkan supaya perantau terdistribusi ke sektor industri dan usaha, ekonomi kreatif, dan sektor informal.