Sebagian pedagang kaki lima sudah kembali terlihat di berbagai pedestrian di sejumlah ruas jalan. Jakarta mendekati normal.
Oleh
STEFANUS ATO, FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Nadi perekonomian rakyat di Ibu Kota kembali berdenyut seusai libur Lebaran 2022. Sebagian pedagang kaki lima sudah kembali terlihat mengokupasi berbagai petak pedestrian di sejumlah ruas jalan. Jakarta mendekati normal.
Senin (9/5/2022) siang, total kepadatan di Stasiun Tanah Abang mencapai 1.204 orang dari kapasitas 30.000 orang berdasarkan pemindaian Peduli Lindungi. Separuh lapak pedagang di jembatan penyeberangan multiguna tutup.
Situasinya tak jauh beda dengan trotoar di bawah jembatan. Tidak ada keramaian hingga kerumunan lantaran hanya segelintir pedagang kaki lima (PKL) yang menggelar lapak di situ. Situasi berbeda jauh jika dibandingkan hari-hari biasa.
Dari informasi petugas keamanan, rata-rata pedagang masih tutup karena Pasar Tanah Abang dan Pusat Grosir Metro Tanah Abang baru buka Senin ini setelah tutup selama libur Idul Fitri 2022. "Pergerakan orang belanja sudah ada, tetapi belum seramai normal," ujar Imam (50), salah satu pedagang pakaian di jembatan penyeberangan multiguna.
Warga Pondok Kopi, Jakarta Timur, ini membuka lapaknya sejak Jumat (6/5/2022). Selama itu omzetnya paling besar Rp 1 juta. Padahal, dalam situasi normal, keramaian di jembatan penyeberangan multiguna hingga blok-blok pasar terjadi mulai pukul 07.00 hingga pukul 17.00 dan penjualannya bisa mencapai Rp 3 juta, terutama selama akhir pekan.
"Akhir pekan kemarin malah sepi. Mungkin karena pasar dan pusat grosir baru buka hari ini," katanya yang sedikit lega karena masih ada pemotongan biaya sewa lapak dari Rp 3 juta menjadi Rp 1,5 juta per bulan imbas pandemi Covid-19.
Trotoar di muka Stasiun Tanah Abang juga tak seramai biasanya. Tak sampai sepuluh PKL yang berjualan. Salah satunya Suyatno (40) yang tetap berjualan selama libur Lebaran.
"Ada saja orang jalan-jalan ke sini. Saya bisa dapat pemasukan sampai Rp 2 juta," ucapnya yang menjajakan bakso malang dengan harga Rp 15.000 seporsi.
Baksonya cukup laris manis. Siang itu setidaknya ada enam pelanggan. Rata-rata mereka mampir setelah keluar dari Stasiun Tanah Abang.
Di Palmerah, Jakarta Pusat, pintu masuk keluar Stasiun Palmerah pun tak dijejali warga, PKL, pengojek, dan sopir taksi seperti biasanya. Hanya ada tujuh PKL, taksi dan ojek yang mangkal tak sampai memakan badan jalan, serta belasan warga yang menunggu jemputan.
Situasi yang belum ramai itu membuat Asep (30) baru berjualan bakso bakar di trotoar pukul 10.00. Biasanya dia sudah ada di situ sejak pukul 08.00.
"Lalu lalang orang belum seramai biasanya. Paling banter bisa dapat Rp 100.000, itu juga tidak setiap hari," katanya sembari melayani pembeli.
Stasiun Palmerah dan sekitarnya mulai ramai pukul 07.00 hingga pukul 09.00 dan pukul 16.00 hingga pukul 17.00. Saat sedang ramai-ramainya, bakso bakar Asep laris manis sehingga bisa mendapat pemasukan Rp 300.000.
Senada dengan Jumiyatno (44), pengojek daring yang "ngetem" di Stasiun Palmerah sejak pukul 07.00. Sejak pagi hingga siang, dia sudah mengantar 18 penumpang dari stasiun ke perkantoran, mal, pasar, dan kembali ke stasiun.
"Kalau situasi normal, bisa dapat 20 trip sebelum jam 12.00. Hari ini sudah mulai ada pergerakan orang tetapi belum seramai biasanya," ucapnya.
Di tepi Jalan Prof DR Satrio, Kuningan, Jakarta Selatan, dua pengojek daring mengobrol santai sembari menikmati segelas kopi hitam di pedestrian. Mereka berbincang santai terkait pendapatan mereka yang masih belum begitu pulih.
"Saya dari Grogol, sampai sini enggak ada yang nyangkut. Masih sepi, belum semua pekerja balik (dari mudik)," kata salah satu dari mereka.
Pengojek daring yang bernama Fakhri (39) itu keluar dari rumahnya di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk mencari pelanggan atau penumpang sejak pukul 12.00 siang. Hingga pukul 15.00, dia baru mendapat pemasukan Rp 42.000.
Fakhri bersama rekannya sore itu lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk mengobrol santai. Di tempat Fakhri mangkal itu terdapat pula berbagai pengojek daring yang bersantai sembari memarkirkan kendaraannya di atas pedesterian.
Hanafi (55), salah satu pedagang kaki lima yang berjualan di pedestrian Jalan Prof DR Satrio juga mengakui kalau dagangannya mulai diserbu pembeli. Namun, jumlah pelanggan yang berbelanja belum ramai.
"Tempat ini biasanya padat. Apalagi kalau jam orang keluar kerja, jalanan ini biasanya penuh," kata lelaki yang baru balik dari mudik tiga hari yang lalu itu.