Hendak Bergabung dalam Unjuk Rasa, Belasan Siswa Ditangkap Polisi di Monas
Polisi menangkap belasan siswa yang hendak bergabung dalam unjuk rasa mahasiswa. Para siswa itu mengenakan pakaian bebas, salah satu di antaranya membawa tongkat berbendera Merah Putih.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Belasan siswa ditangkap polisi karena hendak mengikuti unjuk rasa di seputaran Patung Arjuna Wijaya dan Monumen Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2022) siang. Mereka diangkut polisi menggunakan mobil dan dibawa ke dalam Monas untuk diperiksa.
Belasan pelajar tersebut mengenakan pakaian bebas. Mereka bercelana panjang, mengenakan kemeja atau kaus lengan panjang, jaket, dan topi. Bahkan, salah satu di antaranya membawa tongkat berbendera Merah Putih.
Belum ada penjelasan dari Polda Metro Jaya perihal penangkapan belasan pelajar itu. Mereka masih berada di dalam kawasan Monas.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta meminta para kepala SMP dan SMA atau sederajat untuk memastikan para siswanya tak berpartisipasi dalam unjuk rasa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di kawasan Istana Negara.
Upaya ini selaras dengan imbauan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kepada kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten untuk mencegah siswa SMK ikut unjuk rasa lantaran beredarnya ajakan ”STM Bergerak” di media sosial. Baca Juga: Dinas Pendidikan Jakarta Imbau Siswa Tak Ikut Unjuk Rasa BEM Senin Besok
Kepala Bagian Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja Gah menyebutkan, dinas melakukan pendekatan persuasif dan edukatif melalui koordinasi dengan kepala sekolah sejak Sabtu (9/4/2022).
Tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada siswa supaya hadir di sekolah dan tak berpartisipasi dalam unjuk rasa. ”Kami minta berikan pemahaman kepada orangtua dan siswa tentang unjuk rasa, seperti apa urgensinya. Bukan melarang atau menakuti, tetapi pelajar sebaiknya ke sekolah dan belajar,” katanya.
Baca Juga: Polisi Menyekat Peserta Unjuk Rasa di Patung Kuda dan MonasDinas Pendidikan DKI Jakarta tidak mengeluarkan edaran ke sekolah-sekolah. Sebagai gantinya, guru mencatat kehadiran siswa dan mengecek siswa yang tidak hadir serta memastikan keberadaannya.
Taga menuturkan, sekolah dan orangtua bersama-sama mengawasi dan memastikan keberadaan siswa atau anaknya. Sementara tidak ada sanksi, tetapi pembinaan bagi mereka yang ketahuan ikut unjuk rasa.
”Sekolah laporkan kehadiran siswa. Jika terdeteksi oleh sekolah atau polisi, akan kami bina yang mendidik. Bentuknya bisa saja berikan tugas tentang arti demokrasi, etika, dan menyampaikan pendapat supaya memicu kreativitas dan daya kritis,” ujarnya.
Hingga siang ini belum ada pergerakan massa ke seputaran Patung Arjuna Wijaya dan Monumen Nasional. Lalu lintas di kawasan ini juga belum dialihkan meskipun polisi, TNI, dan Satpol PP telah berjaga-jaga. Polisi memperkirakan 1.000-1.500 massa akan berunjuk rasa.