Gaji Rp 60 juta per bulan tak membuat BS bebas utang. Utang miliaran rupiah membuatnya nekat merampok bank berbekal ilmu dari melihat film aksi ala Hollywood. Aksinya gagal total berkat petugas satpam bank nan pemberani.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
BS (43) tidak menduga, rencana perampokan yang sudah ia rancang gagal total gara-gara aksi heroik dari seorang petugas keamanan bank yang ia rampok, Fahrizal (29). Ilmu merampok yang dia peroleh dari sejumlah film itu pun sia-sia. Kini, dinginnya ruang jeruji besi menjadi tempat tinggal barunya.
BS hanya tertunduk malu ketika puluhan kamera menyorot wajahnya saat konferensi pers di Polres Jakarta Selatan, Selasa (5/3/2022). Beberapa kali dia menutup wajahnya dengan kedua tangan yang terborgol. Dia tidak menyangka aksinya tersebut terbongkar dengan mudah.
Padahal, rencana perampokan sudah dia rancang serapi mungkin. Berbekal ilmu dari sejumlah film aksi perampokan ala film Hollywood yang dia tonton selama bekerja dari rumah. Situasi dalam kantor bank pun sedikitnya dia tahu, karena BS bekerja di sebuah bank swasta sebagai staf HRD.
Sejumlah peralatan perampokan pun sudah disiapkan untuk mendukung aksinya. Mulai dari sepucuk airsoft gun, petasan, alat setrum, tali tis, dan pisau lipat. Airsoft gun untuk menakut-nakuti korban, talis tis disiapkan untuk mengikat sandera. Adapun alat setrum dan pisau lipat digunakan untuk membela diri jika sewaktu-waktu posisinya tersudut. Sementara petasan digunakan sebagai ”bom asap” saat akan melarikan diri.
Sebelum merampok, BS sempat melakukan survei situasi kawasan bank yang ia incar di Jalan Fatmawati Raya, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Pilihan jatuh di sebuah bank pembangunan daerah. Alasannya, bank itu tergolong sepi dibandingkan bank di sebelahnya.
Setelah survei selesai, BS memarkir mobil minibusnya di pinggir jalan dan turun dengan peralatan lengkap di tasnya. Melihat situasi lengang, BS pun masuk ke dalam kantor bank dan langsung menembaki meja teller, peluru airsoft gun itu pun merusak kaca teller.
Utang inilah yang mendorongnya untuk merampok bank.
Aksi itu sempat membuat orang yang ada di kantor gemetar. Namun, tidak bagi Fahrizal yang menjalankan tugasnya dengan baik. Melihat senjata yang digunakan bukan senjata api sungguhan, dengan berani dia langsung menyergap BS.
Melihat keberanian Fahrizal, BS sempat mengarahkan tembakan ke wajahnya, peluru itu menyerempet pipi Fahrizal, tetapi dia berhasil menyergap BS. Luka di pipinya tak dihiraukan. ”Tiarap, tiarap,” teriak BS mengancam Fahrizal yang saat itu tetap memegang tubuh pelaku.
Teriakan itu tidak membuat Fahrizal gentar. Sebaliknya, dia tetap bergelut dengan BS. Keberanian Fahrizal menular ke karyawan lain. Bersama-sama mereka menangkap BS dan sang perampok pun tak berdaya.
Salah satu karyawan pun keluar dan berteriak, ”Rampok..., rampok.” Teriakan itu mengundang perhatian warga sekitar. Anwar (57), pemilik toko kelontong yang berjarak 10 meter dari kantor BPD itu, pun langsung datang ke sumber suara.
Dia melihat BS dan Fahrizal bergelut. Tanpa rasa takut Anwar langsung membantu memegangi BS. Kini, pegawai bank itu pun pasrah ketika dibawa warga ke kantor polisi.
Selama 30 tahun berjualan di area itu, Anwar tidak pernah mengalami hal yang mendebarkan tersebut. ”Biasanya di sini aman-aman saja. Baru kali itulah ada kejadian perampokan. Semoga tidak terulang lagi,” kata Anwar.
Alih-alih trauma, dua hari berselang, Fahrizal kembali menjalankan tugasnya. Dia berjaga di pintu masuk, menyambut nasabah yang datang. Sesekali ia keluar kantor untuk memeriksa situasi lalu kembali lagi.
Luka tembak di wajahnya sudah sembuh. ”Sekarang saya sudah sehat,” kata Fahrizal. Namun, ketika ditanya mengenai perasaannya kini, dia berkata, ”Saya tidak bisa mengeluarkan statement, Pak. Silakan tanyakan saja ke kantor polisi,” ujarnya.
Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Ridwan Soplanit membeberkan bahwa permasalahan ekonomi menjadi alasan BS melakukan aksi perampokan. Dia memiliki utang kepada sejumlah orang. Totalnya ada sekitar Rp 5 miliar. ”Uang tersebut digunakan untuk menjalankan sejumlah proyek,” katanya.
Namun, pada Jumat (8/4/2022), BS harus melunasi utang terhadap rekan kerjanya Rp 1,5 miliar. Dengan rincian Rp 1 miliar untuk utang pokok dan Rp 500 juta merupakan bunga utang. ”Utang inilah yang mendorongnya untuk merampok bank,” katanya.
Padahal, sebagai anggota staf HRD di sebuah perusahaan bank nasional, gaji BS tergolong besar, yakni Rp 60 juta per bulan. Alih-alih dapat membayar utangnya, BS kini harus mendekam di penjara dengan ancaman kurungan hingga 10 tahun.
Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Budhi Herdi Susianto menyebut, dalam kondisi perekonomian yang belum stabil akibat pandemi, segala bentuk gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat bisa saja terjadi.
Namun, Budhi berharap masyarakat dapat menjaga diri untuk tidak melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum. Dia pun berharap adanya peran aktif dari masyarakat untuk menjaga situasi keamanan tetap kondusif.
Kejahatan, walau sudah dirancang rapi, tetap saja ada celah gagal dan berujung hukuman. Siang itu, BS merasakan sendiri akibat ulah bodohnya. Merampok bank memang tak semudah seperti di film-film aksi Hollywood.