Senangnya ke Sekolah Lagi
Pada 3 Januari 2022, siswa ditemani orangtua/wali bersemangat kembali ke bangku sekolah. Rasa senang menyambut pembelajaran tatap muka 100 persen itu dibarengi wanti-wanti agar mereka selalu disiplin protokol kesehatan.
Warga sekolah dan wali murid antusias menyambut kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas yang boleh diikuti 100 persen murid di DKI Jakarta dan sebagian daerah tetangga, seperti di Kota Tangerang, Banten, Senin (3/1/2022). Antusiasme menutupi persiapan kegiatan yang diakui banyak dilakukan secara mendadak.
Kemarin, orangtua yang menemani anak-anak berseragam pergi sekolah kembali mewarnai jalanan menuju bangunan-bangunan sekolah.
Suasana ini terlihat di Sekolah Dasar Negeri 25, SDN 18, dan SDN 16 Kramat Jati, Jakarta Timur. Kebanyakan orangtua atau wali murid menunggu di luar sekolah karena tidak diperkenankan pihak sekolah masuk ke gedung sekolah.
Jika ingin masuk, mereka harus melakukan skrining vaksin di aplikasi Peduli Lindungi yang tersedia. Sebagian dari mereka pun memilih berkerumun di luar sekolah, seperti di pinggir jalan atau warung yang dekat dengan sekolah.
Salah satu wali murid kelas III SDN 25 Kramat Jati, Suriasih (40), mengaku senang anaknya bisa merasakan kembali sekolah tatap muka setelah dua tahun mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Namun, ia masih khawatir dengan kembalinya pola belajar normal di tengah pandemi.
”Senang akhirnya anak bisa sekolah lagi walau infonya dadakan baru Jumat kemarin. Tapi paling tidak anak jadi bisa disiplin, enggak pusing belajar online lagi. Namun, saya juga masih khawatir anak saya nanti ke mana-mana kalau ternyata pulang cepat dan saya enggak bisa jemput,” ujarnya.
Kekhawatiran itu juga membuat ia tidak pulang dulu ke rumah. Hal itu sempat diarahkan petugas sekolah agar tidak memicu kerumunan dengan wali murid lainnya.
Adapun anak-anak mereka atau para siswa harus masuk dengan mengikuti protokol kesehatan. Mereka harus memakai masker, tidak makan di kelas, menjaga jarak satu sama lain, mencuci tangan, dan dicek suhu tubuh saat tiba dan akan meninggalkan sekolah.
Suasana ini terlihat di SDN 16 Kramat Jati, yang secara umum memulai kegiatan belajar hari pertama dari pukul 06.30 sampai pukul 10.00. Tidak satu pun dari 207 murid melewatkan hari pertama pembelajaran tetap muka terbatas (PTMT) di sekolah itu.
Lebih senang belajar di sekolah. Enggak ngantuk.
Hafiz dan Haris, saudara kembar yang duduk di bangku kelas II, pun senang bisa belajar di sekolah untuk pertama kalinya. Hari itu mereka mulai belajar dari pukul 09.00 karena kelas mereka sebelumnya dipakai murid kelas III.
”Lebih senang belajar di sekolah. Enggak ngantuk,” ujar Hafiz yang mengaku bangun pukul 05.00 karena semangat untuk masuk sekolah.
Erni Puspitasari, selaku kepala sekolah, mengatakan, seluruh murid dari enam kelas mengikuti PTMT meskipun tetap ada pilihan untuk PJJ.
Padahal, arahan itu baru disampaikannya kepada murid dan wali murid pada Kamis (30/12/2021) sambil menunggu keputusan pasti dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Keputusan itu baru terbit beberapa hari lalu untuk menindaklanjuti Surat Keputusan Bersama 4 Menteri tanggal 21 Desember 2021.
Erni menilai keputusan itu mendadak karena mereka dan wali murid membutuhkan waktu untuk mempersiapkan alat sekolah hingga adaptasi kebiasaan baru. ”Ini pertama kalinya sekolah kami dibuka setelah dua tahun PJJ, langsung 100 persen. Kalau waktu itu kan sempat ada sekolah PTMT 50 persen sehingga bisa lebih ada persiapan. Kalau ini memang perlu waktu. Tapi karena ini tugas negara, kami coba kondisikan segera,” ujarnya.
Baca juga: Di Jakarta, 10.429 Sekolah Gelar Pembelajaran Tatap Muka Penuh
Walau demikian, PTMT dinilai lebih baik dari PJJ yang banyak berkendala. Saat PJJ, murid mereka yang berasal dari kalangan menengah bawah terkendala gawai. Ada juga yang terkendala dukungan keluarga di rumah karena tidak tinggal bersama orangtua utuh atau kedua orangtua kandung. Sekolah itu pun kerap mengadakan kegiatan belajar di sekolah guna membantu mereka.
Erni pun berjanji akan terus mengevaluasi kegiatan PTMT di sekolahnya agar bisa tetap melayani pendidikan murid-muridnya secara optimal dan efektif. Untuk hari ini, misalnya, ia menemukan masih banyak wali murid yang berkerumun di luar sekolah.
Petugas mengecek suhu murid SDN 16 Kramat Jati, Jakarta Timur, yang hendak pulang, Senin. ”Besok kami akan atur lagi dan ingatkan agar orangtua pulang ke rumah dulu daripada menunggu anak dan membuat kerumunan. Kepada murid-murid dan rekan saya juga ingatkan agar mematuhi protokol kesehatan karena menjaga kesehatan ini jadi tanggung jawab diri masing-masing,” katanya.
Selain itu, ia juga akan memastikan semua muridnya yang berusia di bawah 12 tahun sudah divaksin minimal dosis pertama. Menurut catatan Erni, baru 95 persen muridnya mendapatkan vaksinasi dari program vaksin massal untuk anak. Murid lainnya yang belum karena sakit dan lainnya perlu menyusul divaksin di puskesmas terdekat.
Penyesuaian
Sekolah di Kota Tangerang membagikan rapor siswa sekaligus sosialisasi kebijakan semua siswa mengikuti pembelajaran tatap muka secara terbatas pada awal tahun ajaran baru kemarin. Terdapat sejumlah penyesuaian, seperti tidak ada sesi pagi dan siang untuk setiap kelas, serta jam belajar tanpa istirahat guna mencegah kerumunan dan penyebaran Covid-19.
Di SDN Panunggangan Barat 1 dan 4, misalnya, siswa dan orangtua yang datang dicek suhu tubuhnya dan mencuci tangan dengan sabun pada wastafel yang tersedia sebelum masuk ke kelas masing-masing. Orangtua menerima rapor sekaligus informasi tentang Surat Keputusan Bersama Mendikbudristek, Menag, Menkes, dan Mendagri Nomor 05/KB/2021, Nomor 1347 Tahun 2021, Nomor HK.01.08/MENKES/6678/2021, dan Nomor 443-5847 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
Isinya pemerintah memperbolehkan daerah berstatus PPKM level 1 dan level 2 dengan capaian vaksinasi dosis dua pada pendidik dan tenaga kependidikan di atas 80 persen serta capaian vaksinasi dosis dua pada warga lanjut usia (lansia) di atas 50 persen menerapkan pembelajaran tatap muka setiap hari. Jumlah peserta didik 100 persen dari kapasitas ruang kelas dan lama belajar paling banyak enam jam pelajaran per hari.
”Besok (Selasa (4/1/2022) baru mulai belajar tatap muka 100 persen. Kami komunikasi dan sosialisasi lagi pas terima rapor,” ujar Budi, guru kelas VI SDN Panunggangan Barat.
”Tidak pakai sesi pagi dan siang karena kurang efektif. Siswa tetap belajar daring ketika tidak giliran masuk sekolah,” katanya menambahkan.
Baca juga: Kota Tangerang Modifikasi Sekolah Tatap Muka
Sutiman (38), salah satu orangtua siswa, mengatakan, wali kelas telah menyampaikan kebijakan baru itu sejak Desember lalu. Orangtua pun dimintai tanggapan sebagai umpan balik. ”Anak-anak, kan, sudah divaksin sehingga tidak masalah. Yang penting protokol kesehatan terjaga,” ujarnya.
Pemerintah Kota Tangerang melakukan pengawasan secara aktif dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah pertama. Dinas Kesehatan Kota Tangerang bakal melakukan tes usap PCR secara acak kepada guru. ”Sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus Covid-19,” ujar Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah.
Sesuai rencana, di Kota Tangerang, pembelajaran tatap muka secara terbatas berlangsung tiga kali dalam sepekan dengan kapasitas ruang kelas 100 persen sepanjang Januari.
Arief menuturkan, akan ada evaluasi mekanisme tersebut di akhir Januari. Apabila aman, frekuensi tatap muka ditambah menjadi lima kali sepekan mulai Februari. ”Intinya, kesehatan warga sekolah yang utama,” ujarnya.
Baca juga: Semangat Kembali Bersekolah meski Waktu Persiapan Mepet