Semangat Kembali Bersekolah meski Waktu Persiapan Mepet
Pagi hari ini, pemandangan orangtua yang menemani anak-anak berseragam pergi sekolah kembali mewarnai jalanan menuju bangunan-bangunan sekolah di DKI Jakarta.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga sekolah dan wali murid antusias menyambut kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas yang boleh diikuti 100 persen murid di DKI Jakarta, Senin (3/1/2022). Antusiasme menutupi persiapan kegiatan yang diakui banyak dilakukan secara mendadak.
Pagi hari ini, pemandangan orangtua yang menemani anak-anak berseragam pergi sekolah kembali mewarnai jalanan menuju bangunan-bangunan sekolah. Setelah jam sekolah dimulai, di beberapa lokasi, para orangtua tampak berkerumun menunggu anak-anak mereka pulang.
Suasana ini terlihat di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 25, SDN 18, dan SDN 16 Kramat Jati, Jakarta Timur. Kebanyakan orangtua atau wali murid menunggu di luar sekolah karena tidak diperkenankan pihak sekolah masuk ke gedung sekolah.
Jika ingin masuk, mereka harus melakukan skrining vaksin di aplikasi PeduliLindungi. Namun, beberapa sekolah belum menyiapkan poster kode respons cepat untuk skrining tersebut. Sementara itu, sebagian dari mereka justru berkerumun di luar sekolah, seperti di pinggir jalan atau warung yang dekat dengan sekolah.
Wali murid menunggu anak pulang sekolah di depan SDN 16 Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (3/1/2022). Salah satu wali murid kelas III SDN 25 Kramat Jati, Suriasih (40), mengaku senang anaknya bisa merasakan kembali sekolah tatap muka setelah dua tahun mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Namun, ia masih khawatir dengan kembalinya pola belajar normal di tengah pandemi.
”Senang akhirnya anak bisa sekolah lagi, walau infonya dadakan baru Jumat kemarin. Tapi paling tidak anak jadi bisa disiplin, nggak pusing belajar online lagi. Cuma, saya juga masih khawatir anak saya nanti ke mana-mana kalau ternyata pulang cepat dan saya enggak bisa jemput,” ujarnya.
Kekhawatiran itu juga membuat ia tidak pulang dulu ke rumah. Hal itu sempat diarahkan petugas sekolah agar tidak memicu kerumunan dengan wali murid lainnya.
Adapun anak-anak mereka atau para siswa harus masuk dengan mengikuti protokol kesehatan. Mereka harus memakai masker, tidak makan di kelas, menjaga jarak satu sama lain, mencuci tangan, dan dicek suhu tubuh saat tiba dan akan meninggalkan sekolah.
Suasana ini terlihat di SDN 16 Kramat Jati, yang secara umum memulai kegiatan belajar hari pertama dari pukul 06.30 sampai pukul 10.00. Tidak satu pun murid yang berjumlah 207 orang melewatkan hari pertama pembelajaran tetap muka terbatas (PTMT) di sekolah itu.
Hafiz dan Haris, saudara kembar yang duduk di bangku kelas II pun senang bisa belajar di sekolah untuk pertama kalinya. Hari itu, mereka mulai belajar dari pukul 09.00, karena kelas mereka sebelumnya dipakai murid kelas III.
”Lebih senang belajar di sekolah. Enggak ngantuk,” ujar Hafiz yang mengaku bangun tidur pukul 05.00 pagi karena semangat untuk masuk sekolah.
Erni Puspitasari, selaku kepala sekolah, mengatakan, seluruh murid dari total enam kelas mengikuti PTMT meskipun tetap ada pilihan untuk PJJ.
Padahal, arahan itu baru disampaikannya kepada murid dan wali murid pada Kamis (30/12/2021) lalu, sambil menunggu keputusan pasti dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Keputusan itu baru terbit beberapa hari lalu untuk menindaklanjuti Surat Keputusan Bersama 4 Menteri tanggal 21 Desember 2021.
Erni menilai keputusan itu mendadak karena mereka dan wali murid membutuhkan waktu untuk mempersiapkan alat sekolah hingga adaptasi kebiasaan baru.
”Ini pertama kalinya sekolah kami dibuka kembali setelah dua tahun PJJ, langsung 100 persen. Kalau waktu itu kan sempat ada sekolah PTMT 50 persen, jadi bisa lebih ada persiapan. Kalau ini, memang perlu waktu. Tapi, karena ini tugas negara kami coba kondisikan segera,” ujarnya.
Walau demikian, PTMT dinilai lebih baik dari PJJ yang banyak berkendala. Saat PJJ, banyak murid mereka yang berasal dari kalangan menengah bawah terkendala gawai. Ada juga yang terkendala dukungan keluarga di rumah karena tidak tinggal bersama orangtua utuh atau kedua orangtua kandung. Sekolah itu pun kerap mengadakan kegiatan belajar di sekolah untuk membantu mereka.
Erni pun berjanji akan terus mengevaluasi kegiatan PTMT di sekolahnya agar bisa tetap melayani pendidikan murid-muridnya secara optimal dan efektif. Untuk hari ini, misalnya, ia menemukan masih banyak wali murid yang berkerumun di luar sekolah.
Petugas mengecek suhu murid SDN 16 Kramat Jati, Jakarta Timur, yang hendak pulang, Senin (3/1/2022). ”Besok kami akan atur lagi dan ingatkan agar orangtua pulang ke rumah dulu, daripada menunggu anak dan membuat kerumunan. Kepada murid-murid dan rekan saya juga ingatkan agar mematuhi protokol kesehatan karena menjaga kesehatan ini jadi tanggung jawab diri masing-masing,” katanya.
Selain itu, ia juga akan memastikan semua muridnya yang berusia di bawah 12 tahun sudah divaksin minimal dosis pertama. Menurut catatannya, baru 95 persen muridnya mendapatkan vaksinasi dari program vaksin massal untuk anak. Sementara murid lainnya yang belum karena sakit dan lainnya perlu menyusul divaksin di puskesmas terdekat.