Transjakarta, Antara Keselamatan, Kesehatan, dan Inovasi
PT Transjakarta memastikan untuk melakukan perbaikan aspek keselamatan sesuai rekomendasi KNKT setelah rentetan kecelakaan yang melibatkan armadanya. Pemprov DKI meyakinkan bus aman dan sehat untuk mobilitas warganya.
Dalam tiga bulan terakhir kejadian demi kejadian insiden yang melibatkan bus-bus Transjakarta mengkhawatirkan. Sebagian masyarakat pengguna angkutan umum takut dan tidak nyaman bermobilitas dengan Transjakarta, cemas apakah perjalanan mereka akan selamat atau ada gangguan. Sebagian lainnya tetap menggunakan Transjakarta, bahkan angka pengguna naik.
Di saat aspek keselamatan banyak disorot, manajemen angkutan umum berbasis jalan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini serta sejumlah pihak berupaya meyakinkan masyarakat bahwa angkutan umum seperti Transjakarta masihlah moda yang aman dan sehat saat pandemi Covid-19 untuk memulihkan kepercayaan.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo dalam diskusi yang digelar Institut Studi Transportasi (Instran) bertajuk ”Komitmen Layanan Transjakarta: Keselamatan, Kesehatan, dan Inovasi” yang digelar Rabu (29/12/2021) meyakinkan publik, sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung sampai saat ini tidak ditemukan adanya kluster angkutan umum.
Syafrin menyatakan, begitu pandemi terjadi, Dishub bersama operator angkutan perkotaan seperti Transjakarta, KRL, MRT, dan LRT berkoordinasi menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Di antaranya dengan penyediaan wastafel di halte supaya penumpang bisa mencuci tangan, penyediaan hand sanitizer, penumpang menjaga jarak, pemakaian masker saat di dalam angkutan umum, hingga penempatan petugas yang memantau penumpang yang menggunakan masker dengan cara tidak benar dan akan menegur dengan sopan.
Dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat melalui status level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) selama pandemi, hal itu diikuti dengan kebijakan pembatasan kapasitas dalam sarana angkutan umum.
Untuk mendukung kegiatan masyarakat, khususnya masyarakat yang beraktivitas di sektor esensial saat status PPKM masih ada di level 4 atau 3, Dinas Perhubungan DKI bahkan menyiapkan angkutan bus dengan bekerja sama dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Ada angkutan bus gratis dari wilayah penyangga ke lima stasiun di Jakarta.
Saat Jakarta ada di level 4 atau 3 PPKM, pengguna angkutan umum juga mobilitas warga tidak banyak. Namun, sejak Jakarta ada di PPKM level 1, terjadi peningkatan penggunaan angkutan umum perkotaan.
”Data pengguna pada PPKM level 1 dibandingkan saat PPKM level 3 naik 81,7 persen. Dari empat moda ini sebelumnya jumlah penumpang adalah 569.000 orang, sekarang menjadi 1.034.000 orang. Untuk Transjakarta saja ada kenaikan jumlah penumpang hingga 500.000 orang,” kata Syafrin.
”Artinya, penumpang harian ada peningkatan. Ini satu hal yang mau saya sampaikan, dengan peningkatan jumlah penumpang, dan dengan kami menerapkan kebijakan kapasitas 100 persen, ini berdasarkan data dan pelaksanaan protokol kesehatan di angkutan umum baik di Jakarta maupun di Jabodetabek, tidak ditemukan yang namanya kluster angkutan umum Covid-19,” kata Syafrin.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia menyatakan, sejak awal merebaknya Covid-19 di Indonesia, Dinas Kesehatan sudah mengidentifikasi salah satu sektor yang merupakan titik kumpul banyak orang adalah sektor transportasi. Dengan Covid-19 yang penularannya melalui droplets, penularan di transportasi umum harus dicegah.
Baca juga : KNKT Sarankan Transjakarta Punya Unit Keselamatan
Ada upaya untuk menumbuhkan kewaspadaan bagi pekerja transportasi dan para pengguna, juga pekerja transportasi memiliki pengetahuan baik tentang kesehatan di angkutan umum. Tujuannya supaya tetap bisa bermobilitas menggunakan angkutan umum dengan aman dan sehat.
Dengan demikian, Dwi melanjutkan, sepanjang pandemi, ada perilaku baik para pengguna transportasi umum yang akhirnya terjadi sebagai adaptasi baru. Perilaku baik itu di antaranya antre di luar stasiun atau halte sebelum memasuki alat angkutan umum, mencuci tangan, memakai masker, tidak makan minum di dalam moda angkutan umum, hingga tidak boleh berbicara di dalam kendaraan.
”Kami mengapresiasi perilaku baik yang muncul melalui by system. Selanjutnya adalah bagaimana operator angkutan bisa mempertahankan perilaku baik itu supaya tidak longgar,” kata Dwi.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta M Yana Aditya menyatakan, dalam hal pencegahan Covid-19, sejumlah langkah memastikan kesehatan di halte dan bus tetap dilakukan meski jumlah penumpang meningkat dan kapasitas sudah 100 persen. Transjakarta sudah mulai menggunakan aplikasi Peduli Lindungi, pengecekan suhu, memakai masker, hingga pembersihan bus dengan disinfektan. Bahkan, karyawan Transjakarta yang melayani langsung masyarakat dipastikan sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Namun, menurut Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono, dalam transportasi umum, selain kesehatan, regulator dan operator harus juga memberikan rasa selamat, sehat, dan aman bagi para pengguna.
Baca juga : DTKJ Kembali Dorong Transjakarta Bentuk Direktorat Keselamatan
Berangkat dari rentetan insiden yang melibatkan bus-bus Transjakarta juga dari pengalaman dengan operator bus lainnya, KNKT meminta regulator, operator, juga masyarakat memahami perannya supaya terjadi berangkutan umum yang selamat, aman, dan sehat.
Masalah keselamatan di angkutan umum, Soerjanto mengingatkan, tidak lepas dari peran regulator untuk menjaga regulasi selalu up to date. ”Aslinya regulasi itu tintanya merah. Artinya sudah ada korban. Jadi aturan regulasi ditujukan untuk keselamatan. Makanya ini sangat penting bagaimana kita menjaga update regulasi,” katanya.
Regulator, jelas Soerjanto, selain mengeluarkan perizinan, juga mesti melakukan audit terhadap operator; apakah persyaratan dalam perizinan telah dipenuhi, kemudian melaksanakan regulasi untuk menjamin keselamatan. Selain itu, regulator melakukan pengawasan atau audit atas implementasi regulasi yang berlaku guna meyakinkan operator selalu bekerja sesuai dengan regulasi tersebut.
Peran lainnya ialah regulator melakukan evaluasi atas hasil implementasi aturan tersebut, memberikan hasil review atau audit terhadap operator tentang masalah pemenuhan regulasi untuk dilakukan perbaikan, melakukan revisi regulasi jika kurang efektif dalam menjamin keselamatan.
Operator, lanjut Soerjanto, berperan menjaga senantiasa patuh pada regulasi yang berlaku, memastikan bus baru memenuhi standar teknis baik yang telah ditetapkan dalam regulasi oleh pemerintah maupun standar praktis lainnya seperti ergonomis bus. Operator menjamin kendaraan laik jalan memenuhi aspek teknis dan administrasi, juga menjamin pengemudi memiliki kompetensi dan fit to work.
”Terkait pengemudi ini satu kalimat,tetapi yang dikerjakan di Transjakarta panjang. Mulai dari saat rekrutmen, pelatihan, ketika mengemudi, dia fit to work, sehat jasmani,” katanya.
Operator juga mesti menjamin keselamatan keamanan kesehatan sejak naik di halte keberangkatan sampai keluar di halte tujuan. ”Kami mendapat banyak masukan, juga ke stasiun kereta, banyak fasilitas umum yang terbuka basah kalau hujan. Misal lantai yang diganti keramik. Itu bagus, tetapi kalau sudah kepleset kepala benjot. Itu bagian dari keselamatan, jadi keselamatan tidak selalu kita lihat di kendaraan, tetapi juga di halte stasiun,” katanya.
Operator juga mesti memastikan pengemudi memahami prosedur tanggap darurat. Pengemudi Transjakarta juga menjaga emosinya untuk tetap sabar ketika melihat pengguna jalan menerobos jalur busway atau ketika terjadi crossing.
”Kita melihat ini perlu ada coaching secara psikologis. Jalur sempit dan sitausi membuat perlu ada pelatihan-pelatihan,” ujarnya.
Lalu, operator juga mesti menjamin rute yang dilalui bus-bus memenuhi aspek keselamatan atau risk journey. ”Seperti di Transjakarta ini, rute suka mepet pohon. Ini tugas dishub meyakinkan lintasan Transjakarta aman dari pohon, dari segala macam yang membahayakan,” kata Soerjanto.
Standar pelayanan ini harus di-review tidak ada kata minimum supaya pelaksanaannya jangan minimum.
Hal lainnya yang mesti dikerjakan tentu saja bahwa sistem manajemen keselamatan dapat memastikan bahwa semua hazard telah dilakukan dan ada aksi terkait keselamatan. Sementara masyarakat, jelas Soerjanto, dengan mematuhi regulasi yang ada dalam bermobilitas sudah berperan menjadikan angkutan umum itu aman, sehat, selamat.
Secara terpisah, Prayudi, Ketua Komisi Kelaikan dan Keselamatan Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), dalam paparan refleksi transportasi 2021 dan outlook 2022 DTKJ juga menegaskan, merujuk pada rekomendasi KNKT terkait dengan banyaknya kecelakaan, ada banyak catatan untuk perbaikan. Di antaranya operator harus memiliki divisi khusus untuk keselamatan, harus ada pemeriksaan kesehatan pengemudi, penyediaan fasilitas istirahat bagi pengemudi, hingga evaluasi jam kerja pengemudi.
Catatan Transjakarta menyebutkan, setidaknya pada Januari-Oktober 2021 terjadi 502 kecelakaan. Sementara data DTKJ dari pemberitaan, dari Januari-Desember 2021 ada 508 kecelakaan.
15 rencana aksi keselamatan
Terkait rekomendasi KNKT untuk perbaikan manajemen keselamatan, M Yana Aditya menyatakan, sejak Transjakarta menerima rekomendasi itu dari KNKT, saat ini ada 15 rencana aksi keselamatan yang sudah mulai dikerjakan. Yana menyebutkan, ada penyediaan tempat istirahat di ujung terminal atau halte bagi pramudi supaya bisa beristirahat sambil menunggu jadwal berikutnya.
Kemudian Transjakarta akan merealokasi patroli jalur berdasarkan hasil road hazard mapping. Transjakarta memiliki 600 petugas patroli jalur dan akan direalokasi penempatan petugas ke tempat-tempat yang sering terjadi kecelakaan seperti di putar balik, perempatan, juga titik-titik yang sering untuk pelintasan memotong jalur Transjakarta.
”Kita juga akan memberlakukan rencana operasi mingguan dan memastikan pramudi dan armada dedicated melayani di rute atau koridor yang tetap atau tidak berpindah-pindah,” kata Yana.
Transjakarta tengah melakukan penyusunan risk journey untuk tiap-tiap rute dan sosialisasi ke pramudi tiap operator dan swakelola, penempatan pramudi langsir untuk di ujung terminal dan pada saat pengisian BBM atau BBG, serta pemberlakuan medical check up untuk seluruh pramudi yang bertugas.
Selain itu akan dilakukan juga tes acak narkoba, perbaikan data kecelakaan dan proses pelaporan dan evaluasi, adanya petugas di atas bus sekitar 800 petugas, pemberlakuan batas kecepatan di tol dan non-tol, penyusunan perbaikan prosedur standar operasi (SOP) rekrutmen dan syarat kompetensi pramudi, penyusunan SOP fit to work bagi pramudi dan pengecekan berkala bagi pramudi.
Aksi berikutnya adalah penyusunan laporan investigasi kaitan antara kompetensi pramudi dan kilometer, perbaikan proses pengecekan kelaikan kendaraan sebelum beroperasi, dan penyusunan modul dan kurikulum pelatihan pramudi untuk bus academy pramudi Transjakarta.
Baca juga : KNKT Temukan Sopir Kelelahan hingga Perlunya Manajemen Sumber Daya
Tulus Abadi, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), mengapresiasi langkah perbaikan Transjakarta. Namun, untuk bisa memenuhi harapan pengguna, ia berharap Transjakarta akan melakukan inovasi pelayanan dan tidak sekadar memenuhi standar pelayanan minimum (SPM). Artinya, harapan pengguna Transjakarta harus difasilitasi dengan inovasi dan terobosan yang menjawab kebutuhan pada pra, selama, dan pasca perjalanan dengan tiket, prokes, dan angkutan yang terintegrasi.
”Standar pelayanan ini harus di-review tidak ada kata minimum supaya pelaksanaannya jangan minimum. Transjakarta juga mestinya bisa membuat terobosan membuat standar pelayanan tanpa minimum,” kata Tulus.