Ekskavasi Arkeologi Awali Pembangunan Jalur MRT Glodok-Kota
Jalur fase 2A Glodok ke Kota ini mengarah ke Kota Tua Jakarta. Di jalur itu tertimbun sisa rel trem lama, tinggalan budaya yang penting bagi sejarah Jakarta. Ekskavasi dilakukan untuk menyelamatkan benda bersejarah itu.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan MRT Jakarta fase 2A paket kontrak atau CP 203 Glodok-Kota terus bergulir. Setelah diawali pemindahan dan penanaman kembali pohon-pohon di jalur hijau yang terdampak CP 203, mulai pekan ini dilakukan penggalian arkeologi untuk mengetahui obyek-obyek diduga cagar budaya di jalur dari Glodok ke Kota tersebut.
Rendi Alhial, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta (Perseroda), Selasa (14/12/2021), menjelaskan, penggalian arkeologi itu dilakukan di sisi median. Juga akan ada penggalian rel trem oleh kontraktor bersama tim arkeologi mitra MRT Jakarta.
Junus Satrio Atmodjo, ahli arkeologi mitra MRT Jakarta, secara terpisah membenarkan bahwa pada proses ekskavasi tahap pendahuluan di depan Gedung Mandiri, ditemukan rel trem lama. Rel trem lama itu merupakan obyek diduga cagar budaya.
Obyek diduga cagar budaya, maka isunya penyelamatan.
Dengan trek CP 203 yang dimulai dari Glodok ke Kota yang masuk wilayah Jakarta Barat tersebut, artinya jalur dan terowongan MRT Jakarta akan mengarah ke kawasan cagar budaya Kota Tua Jakarta. Trek dan terowongan MRT juga akan melewati bawah Jalan Pintu Besar Selatan.
Di Jalan Pintu Besar Selatan yang saat ini masih tertutup beton jalur bus Transjakarta, diduga di bawahnya ada rel trem lama yang tidak pernah diangkat. ”Jadi, sekarang dalam rangka persiapan membuat terowongan dan tembok-tembok yang menahan tunnel di bawah tanah itu, rel trem lama harus diangkat semua,” kata Junus.
Untuk itu, lapisan beton jalur khusus Transjakarta harus dibongkar semua. ”Sekarang pembongkaran beton sudah mulai jalan,” ujar Junus lagi.
Rel trem lama yang diduga ada di lapisan bawah beton itu diperkirakan sepanjang 500 meter, berupa rel ganda atau double track. Adapun yang akan diangkat adalah batang rel dan dua jenis bantalan rel, yaitu yang terbuat dari kayu dan baja.
Untuk penyelamatan, daripada pembangunan CP 203 merusak obyek diduga cagar budaya tersebut, seluruh batang rel dan bantalan rel akan diambil. ”Itu yang kita rapatkan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Saya bilang, karena itu obyek diduga cagar budaya, maka isunya penyelamatan,” kata Junus.
Adapun penggalian atau ekskavasi arkeologi itu menjadi salah satu metode pendataan untuk bisa melihat benda cagar budaya secara visual. Dari sana, tim bisa berbicara kronologi usia benda terkait.
Temuan rel trem akan bisa membuka sejarah transportasi umum di Jakarta. ”Jadi, kalau dulu jalan itu dibuat untuk lalu lalang orang, kereta atau kuda, kemudian diganti dengan trem. Sementara trem awal itu juga ditarik dengan kuda, kemudian berganti dengan lokomotif uap, lalu berganti dengan kereta listrik kemudian berhenti pada tahun 1960-an,” ujarnya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menjelaskan, untuk keperluan itu, pihaknya menyusun rekayasa lalu lintas. Untuk pembangunan segmen Stasiun MRT Kota Jalan Pintu Besar Selatan, tahap pertama dimulai 7 Desember sampai 19 Desember 2021. Pada tahap pertama ini, jenis pekerjaan yang dilakukan adalah penggalian arkeologis di median, relokasi lampu jalan, pembongkaran median, dan pengecoran jalur Transjakarta. Untuk itu, Jalan Pintu Besar Selatan hanya dilintasi oleh Transjakarta dan pemilik serta konsumen gedung di sisi barat dan sisi timur lajur paling kiri.
Kemudian pada tahap kedua, ada tahap 2.1 mulai 20 Desember 2021 sampai 16 Januari 2022, yakni penanganan rel trem dan trench protective measurement. Untuk itu, Jalan Pintu Besar Selatan hanya dilintasi oleh Transjakarta dan pemilik serta konsumen gedung di sisi barat dan sisi timur lajur tengah, dari arah selatan berpindah ke kiri sebelum simpang Asemka.
Selanjutnya, tahap 2.2 mulai 17 Januari sampai 3 April 2022 adalah pekerjaan trench protective measurement dan dinding panduan. Di tahap ini, Jalan Pintu Besar Selatan hanya dilintasi oleh Transjakarta dan pemilik serta konsumen gedung di sisi barat dan sisi timur lajur tengah.
Untuk itu, selama pekerjaan berlangsung, lalu lintas dari arah selatan atau Harmoni menuju utara Kota dialihkan melalui Jalan Pancoran-Jalan Pintu Kecil dan seterusnya. Untuk lalu lintas dari selatan atau dari Harmoni yang akan menuju ke barat atau Pesing dapat melalui Jalan Pancoran-Jalan Pintu Kecil-Jalan Malaka-Jalan Kopi-Jalan Bandengan Selatan dan seterusnya.
Jalan Pancoran yang semula dua arah akan menjadi satu arah ke arah utara. Jalan Pinangsia yang semula dua arah akan menjadi satu arah ke selatan. Lalu lintas dari arah utara atau Kota dan dari arah timur atau Jalan Gunung Sahari yang akan menuju ke selatan atau Harmoni dialihkan melalui Jalan Pinangsia-Jalan Hayam Wuruk.