Kota Bogor Mulai Program Pengurangan Jumlah Angkot
Hingga akhir tahun 2021, Pemkot Bogor mengurangi 147 angkot dan diganti 49 bus dari BPTJ sebagai penguatan program ”buy the service” (BTS).

Pelaksanaan reduksi angkutan kota di halaman GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (1/11/2021). Pemkot Bogor memulai program reduksi tiga angkot menjadi satu bus berkapasitas 35 penumpang.
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, mulai mengonversi 30 angkutan kota menjadi 10 bus. Konversi angkot ini sejalan dengan program layanan transportasi umum melalui skema buy the service atau BTS, bentuk kampanye angkutan publik yang disubsidi pemerintah.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, program konversi 3:1 (tiga angkot menjadi 1 bus) atau reduksi angkutan kota (angkot) sejalan dengan program layanan angkutan umum BTS yang menjadi bagian upaya penataan transportasi di Kota Bogor.
Baca juga : Bus Kita Trans-Pakuan Mengaspal November
Senin (1/11/2021), 30 angkot siap dihancurkan di kawasan Gelanggang Olahraga (GOR) Pajajaran, Kota Bogor. Angkot-angkot itu beroperasi di berbagai rute, salah satunya rute 07 atau koridor 5. Sebagian dari angkot tua itu dibesi-tuakan, sebagian lainnya dilarang beroperasi lagi untuk mengangkut penumpang.
”Angkot secara bertahap dikurangi. Pada suatu saat nanti di Kota Bogor sudah tidak ada lagi angkot. Angkot hanya akan jadi angkutan feeder (pengumpan). Sebanyak 30 angkot dikonversi dengan 10 bus yang besok (Selasa) beroperasi,” ujar Bima.

Wali Kota Bogor Bima Arya saat memimpin pelaksanaan reduksi angkutan kota yang masuk daftar dikurangi di halaman GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (1/11/2021).
Berdasarkan data, sepanjang 2021 Pemkot Bogor mereduksi 147 angkot melalui program konversi 2:1 (dua angkot lama diganti satu angkot baru) dan konversi 3:1 (tiga angkot diganti satu bus).
Bus Kita Trans-Pakuan diproyeksikan menggantikan angkot-angkot di Kota Bogor dengan sistem konversi. Kehadiran 49 bus dari BPTJ akan menggantikan 147 angkot sampai akhir tahun 2021.
Secara keseluruhan, Pemkot Bogor secara bertahap hingga 2022 menargetkan jumlah angkot 3.066 kendaraan. Tahun 2020, jumlah angkot tercatat 3.412 kendaraan. Saat ini, jumlah angkot di Kota Bogor sekitar 3.100 kendaraan.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor Eko Prabowo melanjutkan, dengan proses reduksi atau konversi, pihaknya akan terus berupaya mengurangi jumlah angkot secara bertahap. Sejalan dengan program layanan BTS pula, dishub akan mempertegas aturan batas usia pakai angkot.
”Sesuai perencanaan, pada Januari akan mempertegas aturan batas usia untuk reduksi angkot. Kami akan mempertegas aturan. Batas usianya 10 tahun. Ini akan dipertegas dalam perda. Di atas usia 15 tahun akan dibesituakan atau dipelathitamkan,” lanjutnya.

Program pengurangan angkutan kota di halaman GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (1/11/2021). Pemerintah Kota Bogor mulai program reduksi tiga angkot jadi satu bus berkapasitas penumpang 35 orang.
Bima menambahkan, para pengemudi angkot yang terdampak konversi akan direkrut ke dalam tim di Trans-Pakuan. Meski begitu, mereka yang tergabung harus memenuhi syarat, seperti memiliki SIM B1, usia, dan pendidikan.
Namun, menurut Bima, syarat tersebut jangan menjadi hambatan bagi para sopir angkot. Oleh karena itu, Pemkot Bogor akan membantu membuka jalan bagi para sopir yang akan tergabung ke dalam program BTS.
”Jangan sampai syarat-syarat ini menghambat para pengemudi eks angkot untuk jadi pengemudi Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT), bus Trans-Pakuan,” tuturnya. Para sopir angkot lulusan SD atau yang tidak lulus SMA bisa dibantu mendapat ijazah kejar paket pendidikan melalui program inovasi dishub bersama bersama PDJT.
Tidak hanya itu, para sopir angkot juga dibantu keterampilan mengendarai bus hingga bantuan mendapatkan SIM B1. Tidak semua sopir angkot itu menjadi sopir bus. Mereka juga akan diarahkan menjadi mekanik atau ditempatkan di bagian perawatan. Selain sopir angkot yang terdampak konversi, para mantan sopir Trans-Pakuan juga ditarik kembali untuk menjadi sopir.

Sejumlah unit kendaraan angkutan kota yang antre dihancurkan seiring pelaksanaan reduksi angkutan kota di halaman GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (1/11/2021).
Siap mengaspal
Bima melanjutkan, melalui konversi 30 angkot menjadi 10 Bus Kita Trans-Pakuan, menguatkan layanan penyelenggaraan BTS yang akan mulai diuji coba pada Selasa (2/11/2021). Sebanyak 10 bus itu akan beroperasi di koridor 5.
Dalam uji coba, untuk sementara BTS melayani koridor 5, yaitu rute Ciparigi, Warung Jambu, Ahmad Yani, Air Mancur, Fly Over Martadinata, Merdeka, Jembatan Merah, dan Stasiun Bogor. Kemudian dari Stasiun Bogor kembali lagi menuju Ciparigi melalui Jalan Juanda, Sudirman, Pemuda, Warung Jambu, Sholeh Iskandar, Talang, dan Simpang Pomad.
Bima mengatakan, pihaknya terus berupaya membenahi transportasi di Kota Bogor dengan berbagai langkah program akselerasi.
Sejumlah program pun terus direalisasikan, mulai dari penataan ulang rute bus, peremajaan, hingga konversi 3:1. Program ini tidak hanya untuk mengurangi jumlah angkot, tetapi juga memberikan kenyamanan dan kemudahan bertransportasi bagi warga.
Baca juga : Menanti Wajah Baru Transportasi Publik di Kota Bogor
”Bus berukuran tiga per empat ini menjadi arah bagus dalam penataan transportasi dan menciptakan budaya baru bertransportasi,” kata Bima.

Pelaksanaan reduksi angkutan kota yang masuk dalam daftar dikurangi di halaman GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (1/11/2021).
Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Polana B Pramesti menuturkan, setelah tertunda beberapa waktu, layanan angkutan umum massal dengan konsep bus rapid transit (BRT) di Kota Bogor bisa diluncurkan Selasa besok.
Layanan bus inovatif, solusi transportasi perkotaan terintegrasi, dan andal (Bis Kita Trans-Pakuan) tersebut merupakan bagian dari program subsidi BPTJ Kementerian Perhubungan untuk pengembangan transportasi massal di wilayah Bodetabek (Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi).
Polana menjelaskan, program subsidi untuk pengembangan angkutan umum massal di wilayah Bodetabek telah menjadi perhatian BPTJ sejak lama, tetapi baru pada tahun 2021 program tersebut terealisasi di Kota Bogor sebagai kota percontohan atau pilot project.
”Subsidi diberikan dalam bentuk skema BTS. Kota Bogor diputuskan sebagai penerima subsidi karena memiliki komitmen pembenahan transportasi perkotaan dan mendapat dukungan pula dari legislatif,” kata Polana.

Bus Kita Trans-Pakuan yang dibuat di Karoseri Laksana, Semarang, Jumat (29/10/2021), siap mengaspal di jalan raya Kota Bogor pada awal November.
Tahap awal implementasi skema BTS, lanjut Polana, pemilihan operator layanan dilakukan melalui proses pelelangan. Operator pemenang lelang harus mampu menyiapkan dan menyelenggarakan layanan dengan standar pelayanan BRT. Kemudian, biaya operasionalnya dibeli atau dibayar sebagai subdisi dari pemerintah pusat.
PDJT yang merupakan BUMD Kota Bogor menjadi operator layanan angkutan umum kerja sama dengan PT Kodjari Tata Angkutan dan Lorena. Standar pelayanan BRT yang harus dipenuhi operator layanan meliputi berbagai aspek seperti keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan pelayanan.
”Sederhananya, layanan BRT ini seperti halnya layanan Transjakarta di DKI Jakarta, hanya bedanya untuk di Kota Bogor belum memungkinkan menggunakan lajur khusus,” kata Polana.
Sejauh ini di wilayah Jabodetabek baru DKI Jakarta yang mampu menyelenggarakan layanan angkutan massal dengan konsep BRT berkelanjutan. Sementara untuk wilayah Bodetabek belum mampu menyelenggarakan, salah satunya karena alasan pembiayaan yang tinggi.

Bus Kita Trans-Pakuan yang dibuat di Karoseri Laksana, Semarang, Jumat (29/10/2021), siap mengaspal di jalan raya Kota Bogor pada awal November.
Polana berharap, layanan angkutan umum massal di Kota Bogor mendorong masyarakat untuk beralih dan memilih menggunakan Bus Kita Trans-Pakuan. Oleh karena itu, standar layanan harus terpenuhi dengan baik dan dukungan aplikasi digital untuk kemudahan pelayanan bagi masyarakat.
Melalui aplikasi digital BISKITA, warga dapat mengakses informasi layanan, terutama untuk mengetahui headway atau jarak kedatangan dan keberangkatan bus.
Untuk memudahkan jangkauan informasi, masyarakat juga bisa membuka akun media sosial @biskita.id. Selain itu, ada pula pemasangan peralatan internet of things (IOT), seperti passenger counting, GPS tracking, dan camera surveillance, pada setiap unit bus yang berguna untuk mendukung aspek pengawasan dan keselamatan.