Sekitar 17.000 Pekerja Terdampak, Satgas Covid-19 Kota Bogor Minta Mal Dibuka
Setidaknya ada 17.000 pekerja di pusat perbelanjaan Kota Bogor, Jawa Barat, yang terdampak ekonomi. Belum dibukanya mal atau pusat perbelanjaan akan membuat para pekerja semakin sulit bertahan memenuhi kebutuhan hidup.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Jawa Barat, akan kembali menyampaikan data kepada Koordinator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Jawa-Bali serta Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional agar mal di Kota Bogor bisa beroperasi seperti kota lain di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sedikitnya ada 17.000 pekerja di pusat perbelanjaan yang terdampak pandemi.
Wali Kota Bogor Bima Arya saat meninjau kesiapan pusat perbelanjaan Bogor Trade Mall dan Botani Square, Sabtu (21/8/2021) sore, mengatakan, meski mal di Kota Bogor belum buka seperti kota lain, semua pusat perbelanjaan di Kota Bogor harus siap menjalankan protokol kesehatan ketat. Hal ini juga harus terus berjalan jika hasil evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 menyatakan mal di Kota Bogor boleh dibuka.
Menurut Bima, Mal di Kota Bogor belum bisa dibuka karena ada metode penghitungan indikator dari Kementerian Dalam Negeri. Salah satu indikator penanganan untuk penentuan mal dibuka atau tidak adalah tingkat keterisian tempat tidur dan tren kasus harian positif. Kota Bogor dinilai belum memenuhi indikator itu.
”Pemerintah daerah seharusnya diberikan kewenangan mengurus terkait penanganan seperti ekonomi. Dalam rapat evaluasi satgas akan kami sampaikan data dan penanganan di Kota Bogor, termasuk kesiapan mal beroperasi. Kami akan koordinasi lagi,” kata Bima.
Sebelumnya, kata Bima, saat Kota Bogor tidak bisa membuka mal seperti kota lain, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor sudah menyampaikan kepada Kementerian Dalam Negeri untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan kembali menghitung level dan penanganan di Kota Bogor sebagai penentuan pembukaan mal.
”Kita tunggu hasil evaluasinya dan berharap mal bisa buka karena data menunjukkan penanganan yang semakin baik. Angka keterisian tempat tidur sudah menurun, tren kasus turun, dan angka capaian vaksinasi pun sudah 52 persen, tertinggi ke dua di Jawa Barat. Kita belum tahu kapan bisa buka, tetapi mal-mal sudah harus siap, salah satunya menyiapkan kode batang (barcode) Peduli Lindungi,” lanjut Bima.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor pada Jumat (20/8/2021), angka keterisian tempat tidur di 21 rumah sakit rujukan mencapai 332 unit (27,4 persen) dari total 1.210. Adapun warga Kota Bogor yang dirawat mencapai 193 pasien (58,1 persen), warga Kabupaten Bogor 87 pasien (26,2 persen), dan warga kota lain 52 pasien (15,7 persen).
Dari data Dinkes Kota Bogor juga tercatat ada penambahan konfirmasi positif harian sebanyak 110 kasus sehingga total mencapai 36.107 kasus. Pasien sembuh 34.723 kasus, masih sakit 896 kasus, dan meninggal 488 kasus.
Jika merujuk pada data yang menunjukkan tren penurunan kasus, kata Bima, mal atau pusat perbelanjaan sudah bisa dibuka. Ia khawatir jika mal belum bisa dibuka seperti kota lain, para pekerja akan semakin parah terdampak ekonomi.
Butuh relaksasi
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Ganjar Gunawan menuturkan, berdasarkan data setidaknya ada 17.000-18.000 pekerja di pusat perbelanjaan.
”Hampir dua bulan lebih mal tidak buka, artinya berapa banyak pekerja yang terdampak. Kami harapnya bisa segera dibuka agar secara bertahap ada perbaikan kondisi ekonomi para pekerja. Bayangkan di Botani Square saja ada 1.600 pekerja dan di mal BTM ada 4.000 pekerjaan. Belum lagi di pusat perbelanjaan lain. Itu alasan penting perlu ada relaksasi. Mal-mal sudah siap secara protokol kesehatan,” katanya.
Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Susatyo Purnomo Condro menambahkan, ada 19 indikator yang harus disiapkan pusat perbelanjaan. Indikator itu, antara lain, menyiapkan pemindai kode batang aplikasi Peduli Lindungi, tim satgas mal yang mengawasi alur masuk, pengawasan protokol kesehatan pengunjung, kapasitas mal maksimal 50 persen, hingga setiap mal memiliki gerai pendaftaran vaksin untuk warga.
Gerai itu menjadi upaya agar capaian vaksinasi lebih luas. Warga yang mendaftar di gerai vaksin di mal akan dijemput ke sentra vaksinasi terdekat.
”Ada 19 indikator ini harus terpenuhi. Kami ingin ada penanganan kesehatan dan ekonomi. Kami tim satgas kota juga akan memantau pasti dan jika ada pelanggaran tentu ada sanksinya,” katanya.