Menyambung Hidup dari Bantuan yang Datang Menghampiri
Sepaket bahan pokok begitu berharga bagi mereka yang keran penghasilannya nyaris tertutup rapat selama masa pandemi yang diikuti berbagai pembatasan aktivitas publik ini.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
Hampir tiga bulan lebih, Ade (55) begitu merasakan beban hidup semakin berat karena kondisi pandemi Covid-19 yang tidak juga mereda, ditambah sejumlah kebijakan pembatasan di Kota Bogor. Penghasilannya sebagai penarik becak turun drastis bahkan kerap ia tak memperoleh sepeser rupiah pun, meski sudah seharian bekerja dari subuh hingga malam hari.
Kerja ekstra itu sudah ia lakoni sejak awal pandemi tahun lalu demi memenuhi kebutuhan harian keluarga. Namun, baru kali ini sekitar tiga bulan terakhir ia begitu terpukul dengan kondisi pandemi.
”Sebenarnya mulai ada penurunan penghasilan itu dari awal tahun lalu. Namun, baru ini berat banget rasanya untuk cari uang. Penumpang sepi. Tidak ada bawa uang ke rumah. Dalam seminggu narik dapat Rp 200.00 syukur Alhamdullilah. Ini seminggu kemarin total hanya dapat Rp 100.000. Sehari narik pernah tidak dapat apa-apa, bahkan sering berhari-hari tidak dapat apa-apa,” kata pria yang sudah menjalani profesi penarik becak sejak 30 tahun itu, Jumat (6/8/2021).
Ade siang itu duduk bersandar di samping becaknya tak jauh dari Gedung Wanita Kota Bogor tempat posko logistik dikumpulkan. Ia tampak kaget dan langsung berdiri ketika dua orang pria mendatanginya membawa dan memberikan satu paket besar berisi beras, gula, minyak, dan lainnya.
Setiap hari mikir cari uang, bahkan harus nginap. Semoga bantuan sembako ini sering dan jangan putus.
Dua orang itu adalah Ketua Yayasan Dana Kemanusian Kompas A Tomy Trinugroho dan Koordinator Logistik Posko Bantuan Kota Bogor Muzakkir. Ade merasa senang dan bersyukur dengan pemberian sembako dari dua pria itu. Bantuan yang akan menyambung kehidupan keluarganya.
Paket kebutuhan pokok yang baru saja ia terima merupakan paket ketiga yang didapat selama awal pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sebelumnya ia mendapatkan bantuan dari kelurahan tempatnya tinggal.
”Jadi, seperti menggantungkan memenuhi kebutuhan harian dari bantuan seperti ini. Dua bantuan sebelumnya sudah habis. Saya terima kasih atas bantuan ini kembali menyabung kehidupan kami,” lanjutnya.
Muzakkir menuturkan, dalam penyaluran bantuan paket bahan kebutuhan pokok, satu warga bisa saja dapat dua atau lebih paket selama yang bersangkutan melapor atau kelurahan mendata warga untuk menambah paket bantuan.
Yozak (34), sopir angkutan umum, juga bersyukur bisa kembali mendapat bantuan sembako di kawasan GOR Padjadjaran. Ini adalah bantuan bahan kebutuhan pokok kedua yang ia dapat sejak PPKM darurat.
”Ini membantu sekali. Kami para sopir angkot memang dapat pengecualian di masa pembatasan, tetapi tetap saja pendapatan kami tidak sebanyak sebelum pembatasan. Apalagi, kan, kami para sopir ada yang harus nyetor. Bayangkan, pendapatan sudah berkurang karena pandemi dan masih harus nyetor juga,” kata Yozak.
Sama seperti Yozak, sopir angkot lainnya Rudi (40), juga merasakan penghasilan harian kerap tak mencukupi kebutuhan keluarga. Dalam sehari rata-rata penghasilan Rp 150.000 hingga Rp 300.000 dan harus dipotong atau disetor ke pemilik angkot. Sehingga penghasilan bersih sehari yang ia terima Rp 50.000-Rp 100.000, itu pun belum lagi dipotong dengan utang. Jumlah pundi rupiah yang mengecil itu mengakrabinya di masa PPKM.
”Benaran terasa banget, sangat memukul. Pusing harus ngejar setoran. Tapi kondisinya juga sepi. Semoga pandemi ini cepat berakhir. Kasihan anak dan istri. Setiap hari mikir cari uang, bahkan harus nginap. Semoga bantuan sembako ini sering dan jangan putus,” kata Rudi yang beberapa hari lalu juga mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 600.000.
Untuk saat ini, dengan bantuan paket sembako dari Pemkot Bogor yang dihimpun dari donasi dari berbagai pihak dan BLT menambah panjang hidup Rudi. Namun, ia mulai dihantui pikiran, jika sembako dan BLT habis, apakah ada rezeki tambahan untuk menyambung hidup.
”Setelah ini habis tidak tahu. Tapi percaya saja berserah diri kepada Allah ada bantuan. Sejauh ini kami masih bisa bertahan meski tipis. Ada saja tetangga lalu beberapa minggu yang lalu ada dapat sembako juga. Semoga banyak dapat penumpang lagi,” katanya.
Bantuan dari banyak pihak
Wali Kota Bogor Bima Arya menuturkan hingga Jumat sore kemarin ada sekitar 400 paket bahan pokok yang disebar kepada warga yang terdampak secara ekonomi dan warga yang menjalani isolasi mandiri di sejumlah kelurahan di Kota Bogor.
Selain itu di Posko Logistik Gedung Wanita kembali mendapat bantuan 3 ton telur. Sekitar 1.5 ton langsung disebar ke 45 kelurahan. Sebanyak 1,3 ton telor lagi akan segera disalurkan kepada para tenaga kesehatan yang tersebar di 68 kelurahan. Total paket kebutuhan pokok yang sudah tersalurkan kepada warga sebanyak 17.760 paket.
Pandemi Covid-19 yang tidak tahu kapan berakhir dan berbagai kebijakan pengetatan seperti PPKM level 4 ini berdampak besar kepada warga kelas menengah ke bawah, pekerja harian, dan buruh, di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Kota Bogor.
Bima mengucapkan terima kasih atas bantuan paket bahan pokok dari pembaca Kompas dan dari berbagai pihak. Bantuan yang terus mengalir masuk ke Posko Logistik Gedung Wanita itu membuktikan solidaritas yang luar biasa dan menjadi modal sosial yang kuat.
”Dalam penanganan pandemi seperti saat ini, modal sosial yang kuat ini sangat berarti. Bantuan paket dari DKK dan bantuan lainnya akan segera kami salurkan ke seluruh kelurahan dan langsung disalurkan ke warga-warga yang sangat membutuhkan dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan harian,” tutur Bima.
Bima melanjutkan, di luar bantuan sosial dari anggaran daerah (APBD) dan dari kementerian, berbagai bantuan kebutuhan pokok dari warga dan berbagai lembaga yang terus mengalir sangat berarti untuk warga Kota Bogor.
”Kita terus salurkan bantuan ini kepada warga isolasi mandiri yang saat ini ada sekitar 2.900 orang. Ini sudah jauh berkurang dari awal PPKM yang mencapai sekitar 9.000 orang. Tetapi tidak semua warga kita bantu. Hanya mereka yang betul-betul membutuhkan atau warga kelas menengah ke bawah yang terdampak secara ekonomi,” kata Bima.
Karena bagi mereka, sepaket bantuan benar-benar sebagai penyambung hidup.