PPKM Darurat, Kota Bogor Catat Kasus Harian Positif Terendah
Meski ada penurunan angka kasus harian sejak PPKM darurat, penanganan Covid-19 masih perlu ditingkatkan terutama penanganan pasien isolasi mandiri di rumah. Tercatat ada 40 warga isolasi mandiri yang meninggal.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat di Kota Bogor, Jawa barat, mulai berdampak pada penurunan angka kasus positif harian. Meski dinilai efektif, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor terus berupaya mengawasi ketat kepatuhan protokol kesehatan. Selain itu, penanganan kesehatan pasien pun masih perlu ditingkatkan karena sejak PPKM darurat ada 40 kasus warga yang meninggal saat isolasi mandiri.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor pada Minggu (11/7/2021), konfirmasi positif ada 228 kasus, sehingga total mencapai 25.378 kasus. Masih sakit 7.514 kasus, selesai isolasi atau sembuh 17.565 kasus, dan meninggal 299 kasus. Angka konfirmasi positif harian itu merupakan terendah sejak kebijakan PPKM darurat.
Jika merujuk data yang sama sejak di mulainya PPKM darurat pada Sabtu (3/7) silam, Kota Bogor masih menunjukan tren peningkatan kasus. Bahkan dalam sepekan kebijakan pengetatan mobilitas warga itu terjadi tiga kali lonjakan kasus yaitu pada Senin (5/7), sebanyak 562 kasus; Kamis (Kamis 8/7), sebanyak 524 kasus; dan Jumat (9/7) 622 kasus.
Seiring upaya pengawasan ketat PPKM darurat juga disertai penambahan tempat tidur di rumah sakit rujukan di Kota Bogor turun mencapai 79,8 persen atau terisi 974 tempat tidur dari total 1.220 tempat tidur di 21 rumah sakit rujukan. Meski begitu tingkat keterisian tempat tidur di ruang ICU masih tinggi yaitu 89,8 persen.
Adapun pasien Kota Bogor yang menjalani perawatan sebanyak 533 orang (54,7 persen) dan pasien luar kota dan asal Kabupaten Bogor yang dirawat di kota hujan itu mencapai 441 orang (45,3 persen).
“Berbagai upaya penanganan terus bersama kita lakukan. Kepatuhan protokol kesehatan harus semakin tinggi dan mobilitas harus ditekan. Juga penanganan di rumah sakit, pasien di rumah isolasi terpusat, isolasi berbasis masyarakat, dan yang isolasi mandiri. Begitu pula dengan kebutuhan tabung oksigen hingga logistik. Upaya penguatan penanganan harus maksimal dan harus terus dipantau langsung ke lapangan,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Senin (12/7/2021).
Sebagian besar rumah sakit di Kota Bogor memang kondisinya sama, krisis ketersediaan oksigen, karena enam filling station di Kabupaten Bogor yang biasa memasok itu kurang pasokan
Dari lonjakan kasus itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 masih harus bekerja keras dalam penanganan pasien Covid-19. Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, lonjakan kasus membuat banyak warga yang terkonfirmasi positif harus isolasi mandiri di rumah karena rumah sakit rujukan sulit untuk menerima pasien. Dari data menunjukan sejak 3-11 Juli 2021 ada 40 kasus meninggal saat isolasi di rumah.
Meski kapasitas tempat tidur terus ditambah, begitu pula dengan tempat isolasi terpusat, dan tempat isolasi berbasis masyarakat juga dibuka, tingginya angka kasus membuat warga terpaksa isolasi di rumah pun tak terhindarkan.
“Ada total 40 yang meninggal. Rekor tertinggi warga yang dimakam kemarin ada 11 orang. Kondisi pasien sebelumnya gejala ringan, tetapi pasien alami penurunan kondisi, saturasi oksigen terus menurun. Sudah ada penambahan tempat tidur, tetapi lonjakan kasus membuat tempat isolasi dan ruang perawatan cepat penuh, ruang ICU pun penuh,” kata Dedie.
Selain itu, lanjut Dedie, kebutuhan tabung oksigen medis juga meningkat. Kebutuhan itu tidak hanya diperlukan di rumah sakit, tetapi juga di puskesmas, tempat isolasi, atau bahkan di rumah isolasi mandiri. Belum lagi jumlah petugas tenaga kesehatan dan non tenaga medis yang kurang, sehingga pemantauan pasien isolasi mandiri kurang maksimal. Hingga saat ini tenaga kesehatan yang terpapar mencapai 440 kasus.
“Sedidaknya jumlah pasien Covid-19 di Kota Bogor yang isolasi mandiri mencapai sekitar 6.000 orang. Jumlah itu tak sebanding dengan ketersediaan petugas. Ada 25 puskesmas yang petugasnya ikut memantau mengalami kesulitan,” kata Dedie.
Saat ini, Satgas Kota Bogor dan bersama Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) melalui gerakan Kota Bogor Butuh Kamu merekrut 180 sukarelawan pemuda-pemudi dan dibantu 50 pengurus KNPI yang setiap hari berada di tengah masyarakat memantau kondisi pasien isolasi mandiri di rumah. Para relawan juga bertugas menyalurkan logostik kepada warga yang membutuhkan.
Bima menambahkan, kebutuhan tabung oksigen memang urgensi tidak hanya untuk rumah sakit tetapi juga untuk puskesmas, tempat isolasi terpusat, dan rumah-rumah isolasi. Tingginya kasus kematian pasien isolasi mandiri Covid-19 juga menjadi perhatian. Untuk itu perlu ada tambahan petugas atau relawan membantu memantau kondisi pasien isolasi mandiri. Dua hal itu perlu lebih diperkuat di lapangan.
“Dalam rapat untuk memetakan stok oksigen. Sebagian besar rumah sakit di Kota Bogor memang kondisinya sama, krisis ketersediaan oksigen, karena enam filling station di Kabupaten Bogor yang biasa memasok itu kurang pasokan,” kata Bima.
Bima mengaku terus komunikasi secara intensif dengan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, untuk membantu memasok kebutuhan oksigen medis ke Kota Bogor. Sejumlah rumah sakit yang memiliki liquid oxygen tank hanya mampu bertahan 1-2 hari saja. Jika Kota Bogor mendapat pasokan oksigen 30 ton oksigen di enam filling station per hari, maka bisa dikatakan aman.
“Saya sudah komunikasi dengan pak Luhut. Beliau berjanji akan membantu, ada dua filling station di Cileungsi dan Citeureup. Namun masih kurang, saya minta untuk Kota Bogor paling tidak perhari untuk satu filling station di drop 5 ton. Jika 5 ton di drop rutin di enam filling station, maka Insya Allah akan mencukupi, ” lanjut Bima.