Warga di Kota Bogor Meninggal Saat Isolasi Mandiri
Lonjakan pasien masih terjadi di Kota Bogor, Jawa Barat. Hal serupa terjadi di Kota Tangerang, Banten, yang kini masuk zona merah karena tingginya tingkat penularan Covid-19.
Oleh
AGUIDO ADRI/STEFANUS ATO
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — B (65), warga Ciluar, Bogor Utara, Kota Bogor, yang terkonfirmasi positif Covid-19 meninggal saat isolasi mandiri di rumah. Camat Bogor Utara Marse Hendra Saputra mengatakan, B meninggal pada Selasa (22/6/2021) dini hari setelah sekitar sepekan menjalani isolasi mandiri. Kondisi pasien terus menurun karena memiliki penyakit bawaan.
”Beliau terkonfirmasi positif setelah menjalani tes usap antigen. Pihak puskesmas menyarankan pasien untuk menjalani perawatan lanjutan. Namun, pihak keluarga meminta isolasi di rumah saja. Kondisi semakin menurun karena ada penyakit penyerta,” kata Marse saat dihubungi pada Jumat (25/6/2021) malam.
Kondisi kesehatan warga yang terkonfirmasi positif memburuk saat isolasi mandiri. (Sri Nowo Retno)
Marse melanjutkan, tim satgas wilayah dan puskesmas sudah melakukan tes usap PCR kepada keluarga pasien yang meninggal serta upaya pelacakan juga sudah berjalan.
”Dari laporan, pasien sebelum terkonfirmasi positif ada riwayat perjalanan ke luar kota. Dugaannya pasien terpapar karena perjalanan luar kota itu,” lanjut Marse.
Dari kasus lonjakan kasus di Kota Bogor, lanjut Marse, ia sudah memberikan imbauan langsung ke lurah dan warga, satgas wilayah, tim surveilans puskesmas, agar gencar melakukan pemantauan orang keluar masuk wilayah Kota Bogor dan harus menjalani tes usap antigen.
Selain itu, dari tim satgas wilayah, selain mengawasi keluar masuk warga, mereka juga melakukan patroli protokol kesehatan, seperti pengawasan kerumunan lebih dari 5-10 orang, pengunaan masker, dan meniadakan kegiatan atau acara apa pun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, kondisi kesehatan warga yang terkonfirmasi positif memburuk saat isolasi mandiri. Beberapa dari mereka terpaksa isolasi mandiri karena ruangan isolasi dan perawatan di rumah sakit rujukan semakin penuh dan memiliki daftar tunggu.
Wali Kota Bogor Bima Arya meminta puskesmas memastikan stok dan suplai obat-obatan serta vitamin tercukupi untuk keluarga atau pasien yang sedang menjalani isolasi. Tidak hanya itu, ia juga menegaskan camat dan lurah untuk mengawasi warga dari luar kota untuk wajib tes usap antigen.
”Camat dan lurah harus mengumumkan, buat edaran agar semua yang keluar kota dan kembali, harus melapor ke RT/RW, tes antigen, dan isolasi mandiri selama lima hari,” lanjut Bima.
Bima menuturkan, kluster keluarga dan kluster luar kota merupakan penyumbang kasus tertinggi di Kota Bogor. Dari 230 kasus positif Covid-19 (data 22 Juni 2021), 155 diantaranya merupakan kluster keluarga dan sisanya dari kluster perjalanan luar kota. Jika dibedah, kluster keluarga juga dari kluster luar kota atau terpapar dari tempat kerja.
”Selain pusat isolasi di Pusdiklat BPKP Ciawi, gedung BNN Lido juga bisa kembali menjadi tempat isolasi,” tutur Bima.
Meski gedung BNN Lido sudah bisa kembali difungsikan sebagai pusat isolasi, Bima mengakui, itu belum cukup sehingga perlu menambah tempat isolasi lagi di sejumlah wilayah agar warga yang positif tanpa gejala atau gejala ringan bisa diperhatikan dan mendapat perawatan di ruang isolasi. Sementara rumah sakit hanya untuk pasien bergejala sedang dan berat.
Berdasarkan pembaruan data pada Jumat (25/6/2021), angka kasus di Kota Bogor masih menunjukkan tren meningkat. Ada penambahan konfirmasi positif 300 kasus sehingga total sebanyak 19.069 kasus. Adapun pasien sembuh atau selesai isolasi sebanyak 16.244 kasus, dalam perawatan 2.547 kasus, dan meninggal 278 kasus.
Keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di 21 rumah sakit rujukan mencapai 83,5 persen atau terisi 729 tempat tidur dari 873 tempat tidur. Adapun ruang ICU sudah mencapai 80,9 persen, dan pusat isolasi di Pusdiklat BPKP Ciawi mencapai 78 persen.
Retno melanjutkan, para tenaga kesehatan juga mulai banyak yang terpapar Covid-19. Pada minggu ketiga Juni ada 17 tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Total dari November 2020 hingga saat ini total ada 186 tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Tenaga kesehatan yang terpapar saat periode lonjakan kasus. Seperti pada Januari 2021 silam, sebanyak 21 nakes terpapar Covid-19.
”Potensi tertular semakin tinggi karena tren kenaikan kasus positif. Mereka langsung menghadapi pasien. Meski sudah divaksin, potensi paparan itu tetap ada,” kata Retno.
Kota Tangerang zona merah
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, meningkatnya angka kasus positif Covid-19 berdampak pada status zona penularan. Menurut data Pemprov Banten, per hari ini Kota Tangerang berstatus zona merah penyebaran Covid-19.
”Di lingkungan zona merah juga diberlakukan mikro lockdown. Satgas Covid-19 RT/RW juga menjadi kunci penanganan pandemi Covid-19. Warga adalah garda terdepan,” kata Arief dari keterangan tertulis, Jumat (25/6/2021).
Arief mengungkapkan, salah satu hal yang disesuaikan dengan meningkatnya status penyebaran Covid-19 adalah kegiatan peribadatan masyarakat sesuai dengan aturan yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian Agama dan MUI pusat.
Dengan status zona merah, lanjut Arief, kegiatan-kegiatan di wilayah Kota Tangerang untuk sementara waktu ditiadakan hingga dinyatakan aman atau terdapat perubahan status yang menjadi lebih baik.
”MUI Kota Tangerang juga sudah mengeluarkan edaran selama pemberlakuan PPKM Mikro. Salah satu poinnya, shalat Jumat boleh diganti dengan shalat zuhur. Warga beribadah di rumah masing-masing,” kata Arief.
Aturan beribadah itu berdasarkan Surat Edaran MUI Kota Nomor C.54/XVI 05/SE/VI/2021 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro di Kota Tangerang.
”Tokoh-tokoh agama diminta untuk dapat membantu sosialisasi agar jumlah warga yang terjangkit Covid-19 tidak semakin bertambah,” tutur Arief.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada Kamis (24/6/2021), konfirmasi positif mingguan dari 15-21 Juni mencapai 443 kasus. Adapun angka BOR di ruang perawatan rumah sakit mencapai 90,46 persen, ICU 88,98 persen, dan rumah isolasi terkonsentrasi 93,45 persen.
Dari tinggi kasus dan BOR itu, Arief mengimbau warga untuk patuh protokol kesehatan dan membantu menjadi garda terdepan membantu para tenaga kesehatan yang menjadi garda terakhir penanganan pasien Covid-19.
”Bersama kita saling melindungi diri, keluarga, dan para tenaga kesehatan yang saat ini terus berjuang tanpa lelah membantu penanganan pasien. Keabaian protokol kesehatan akan semakin merugikan kita,” katanya.