11 Tenaga Kesehatan di Kota Bogor Positif Covid-19, Puskesmas Kayumanis Tutup
Kota Bogor memiliki perda kertertiban umum yang mengatur penanganan pandemi hingga sanksi kepada masyarakat yang melanggar. Perda itu harus ditegakkan agar menekan kasus dan tidak ada kluster baru.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, menutup layanan Puskesmas Kelurahan Kayumanis, Tanah Sareal, mulai Selasa (8/6/2021) hingga lima hari ke depan. Penutupan puskesmas ini setelah 11 tenaga kesehatan terkonfirmasi positif Covid-19.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, 11 tenaga kesehatan Puskesmas Kayumanis terkonfirmasi positif Covid-19. Atas temuan kasus itu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor menutup sementara layanan kesehatan itu selama lima hari mulai Selasa ini.
”Mereka terpapar diduga dari seorang nakes pada perawatan poli gigi. Selama puskesmas itu tutup selama lima hari, kami turunkan petugas untuk sterilisasi dan dilakukan penyemprotan disinfektan. Kami juga langsung lakukan pelacakan,” kata Dedie, Selasa (8/6/2021).
Dedie munuturkan, satu nakes yang diduga menularkan Covid-19 kepada teman-temannya itu sudah menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan 10 nakes yang terpapar sudah dibawa ke pusat isolasi di Pusdiklat Badan Pemeriksaan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Ciawi.
Penularan di Puskesmas Kayumanis, lanjut Dedie, bermula dari satu tenaga kesehatan yang sedang bertugas bersama empat tenaga kesehatan lainnya pada Rabu (2/6/2021). Tenaga kesehatan tersebut bertugas di poli gigi.
Sehari setelah bertugas, Kamis (3/6/2021), tenaga kesehatan itu mengeluhkan tidak dalam kondisi sehat. Meski sakit, ia tetap masuk kerja. Kondisi itu ternyata juga dialami oleh petugas kebersihan Puskesmas Kayumanis. Ia merasa demam. Begitu pula dengan petugas pendaftaran yang mengeluhkan tidak enak badan.
Mereka yang mengeluhkan kondisi badan tidak enak lalu menjalani pemeriksaan dan tes usap. Hasilnya terkonfirmasi positif Covid-19.
”Tim surveilans dan dinkes langsung melacak dan melakukan tes usap PCR kepada 10 tenaga kesehatan pada Sabtu (5/6/2021). Hasilnya, 10 orang itu terkonfirmasi positif sehingga total ada 11 orang. Selanjutnya, kami lakukan tes usap kepada total 34 orang. Kita tunggu hasilnya nanti,” kata Dedie.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, kasus di layanan kesehatan menjadi pembelajaran bersama untuk semua elemen bahwa protokol kesehatan tak bisa ditawar dan harus ketat. Selain itu, para tenaga kesehatan di Puskesmas Kayumanis juga sudah menjalani vaksinasi pada Januari lalu.
”Kejadian di Puskesmas Kayumanis ini menjadi contoh bahwa vaksinasi tidak menjamin kita kebal. Jika kita tidak selalu berusaha menerapkan protokol kesehatan ketat, kita masih berpotensi terpapar,” kata Bima.
Tegakkan aturan
Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor, Endah Purwanti, munculnya kluster pesantren dengan 65 orang yang terpapar dan Puskesmas Kayumanis 11 orang positif Covid-19 membuat semua pihak harus mematuhi protokol kesehatan dan Pemkot Bogor harus menegakkan peraturan daerah ketertiban umum (tibum).
”Kota Bogor memiliki perda tibum yang mengatur terkait penanganan pandemi. Mulai dari langkah penanganan hingga sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang melanggar. Kita berharap Pemkot Bogor menegakkan perda tersebut untuk menekan angka penyebaran dan mencegah munculnya kluster baru,” kata Endah.
Endah melanjutkan, agar aparat di wilayah tingkat kecamatan bisa memaksimalkan pemberlakuan PPKM mikro dengan tidak ragu untuk mengambil kebijakan sebagai upaya untuk menekan angka penyebaran.
Sebab, katanya, kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan semenjak Lebaran mulai mengalami penurunan 10 persen. Hal itu menjadi perhatian serius karena bisa menjadi penyebab munculnya penularan dan kluster baru.
”Tingkat kepedulian dan kepatuhan masyarakat semakin menurun. Prokes harus ketat dan PPKM mikro harus lebih kuat lagi. Para camat harus berani mengambil tindakan teknis untuk pencegahan penyebaran Covid-19 di wilayahnya,” tutur Endah.
Terkait kluster pesantren dan puskesmas, lanjut Endah, ia sudah meminta pihak Dinkes Kota Bogor agar melakukan tracing dan tes usap PCR secara masif. Hal ini untuk mencegah terjadinya penularan lebih luas, seperti yang terjadi di Griya Melati.