Peringatan, Kluster Perumahan di Bogor Bertambah 35 Kasus
Kluster perumahan di Bubulak menjadi peringatan keras agar semua pihak memperkuat protokol kesehatan, 3T, kewaspadaan dan kesiagaan penyebaran Covid-19 pascalibur Lebaran, terutama pengawasan para pemudik yang kembali.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di kluster Perumahan Griya Melati, Bubulak, Bogor Barat, bertambah menjadi 35 kasus. Satuan Tugas Covid-19 Kota Bogor memberlakukan karantina wilayah di sekitar perumahan agar tidak ada warga yang bebas keluar masuk. Pertambahan kasus ini menjadi peringatan keras agar protokol kesehatan di tingkat wilayah RT/RW harus semakin ditingkatkan, terutama pengawasan untuk para pemudik yang kembali ke Kota Bogor.
Wakil Wali Kota Dedie A Rachim saat meninjau posko kesehatan di area Perumahan Griya Melati, Kamis (20/5/2021) siang, mengatakan, sebanyak 158 kontak erat sudah menjalani tes usap PCR dan 32 orang di antaranya terkonfirmasi positif. Sementara dari pembaruan data pada Kamis sore dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, ada penambahan tiga kasus dari hasil tes usap mandiri. Dengan demikian, total terkonfirmasi positif sebanyak 35 kasus.
”Satgas Covid-19 terus berupaya melakukan tracing. Ada 152 kontak erat menjalani tes swab PCR dan hasilnya 32 orang positif. Ditambah dari tes swab PCR mandiri ada 3 kasus, total 35 kasus. Sebanyak 35 orang itu dari 15 rumah di Griya Melati. Saat ini kami berlakukan karantina di area ini. Kami beri atensi khusus, ini masuk sebagai kejadian luar biasa,” kata Dedie, Kamis (20/5/2021).
Ini harus menjadi pelajaran bagi kader-kader RW Siaga di wilayah lainnya. Ini angka (positif) yang sangat besar dalam satu lingkungan. (Bima Arya)
Dedie menuturkan, kasus kluster perumahan Bubulak menjadi perhatian khusus dan keseriusan semua pihak agar upaya tracing, treatment, testing (3T) berjalan maksimal sehingga menekan penyebaran luas Covid-19. Pemerintah Kota Bogor juga sudah berkoordinasi dengan Kepolisian Resor Kota Bogor dan Komando Distrik Militer 0606 Kota Bogor untuk mengawasi keluar masuk warga perumahan dan warga luar perumahan.
”Memastikan warga mendapatkan logistik, seperti obat dan kebutuhan lainnya, agar warga di rumah saja, tidak boleh keluar. Kita pastikan juga sampah-sampah medis terkelola dengan baik. Sebanyak mungkin melakukan tracing kepada kontak erat. Dari tracing awal ternyata berkembang lebih banyak dan ini kita masih tunggu berapa jumlah warga yang masuk dalam tracing lanjutan dari 32 kasus positif ini, tidak semakin menyebar,” lanjutnya.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan, pihaknya sudah menerjunkan personel khusus untuk mengawasi pergerakan warga yang keluar masuk.
Tidak hanya itu, polisi juga bekerja sama dengan dinas terkait di Pemkot Bogor bersama Perusahaan Daerah (Perumda) Pasar Pakuan Jaya menyiapkan pasar RT/RW atau pasar mobile yang akan melayani kebutuhan warga Griya Melati yang sedang menjalani isolasi. Pasar RT/RW itu bertujuan agar aktivitas warga hanya di lingkungan perumahan. Sementara keluarga yang sedang menjalani isolasi mandiri mendapat pelayanan khusus, seperti seluruh kebutuhan logistik langsung diantar ke rumah.
Saat ini satgas sedang memetakan sejumlah warga untuk dievakuasi ke pusat isolasi Pusat Diklat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Ciawi. Dinas Kesehatan Kota Bogor sudah membawa marbot masjid dan petugas keamanan perumahan untuk menjalani perawatan intensif di pusat isolasi Pusdiklat BPKP Ciawi. Selain pendirian posko kesehatan dan petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Bogor serta tim surveilans puskesmas, tampak pula ambulans yang siaga 24 jam untuk mengantisipasi kejadian darurat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, dari pembaruan data pada Kamis (20/5/2021), ada penambahan 45 kasus harian. Sebanyak 35 kasus di antaranya disumbang dari kluster perumahan di Bubulak. Dengan demikian, total kasus konfirmasi positif mencapai 15.757 kasus. Adapun yang masih sakit 279 kasus, selesai isolasi atau sembuh 15.220 kasus, dan meninggal 256 kasus.
Sementara data kesiapan di 21 rumah sakit, dari 737 tempat tidur isolasi, saat ini jumlah yang terisi ada 118 tempat atau 16 persen. Adapun ruang ICU terisi 16 tempat tidur atau 34 persen.
Dari hasil tracing, kata Retno, munculnya kluster perumahan di Bubulak terjadi karena satu warga terpapar dari istrinya. Penelusuran selanjutnya, istri yang memapari anak dan suaminya itu memiliki riwayat perjalanan ke luar kota sebelum hari-H Lebaran.
”Dari hasil tracing ada satu warga yang tertular dari istrinya. Lalu, ia melakukan kegiatan ibadah, di situ terjadi penularan. Nah, warga itu tidak tahu jika ia terpapar. Ia baru tahu setelah istrinya menjalani tes cepat antigen dan hasilnya positif pada Sabtu kemarin. Satu keluarga itu positif semua,” jelas Retno.
Peringatan keras
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, kasus kluster perumahan di Bubulak menjadi peringatan keras agar semua pihak memperkuat protokol kesehatan, 3T, kewaspadaan dan kesiagaan penyebaran Covid-19 pascalibur Lebaran, terutama pengawasan untuk para pemudik yang kembali ke Kota Bogor.
”Ini harus menjadi pelajaran bagi kader-kader RW Siaga di wilayah lainnya. Ini angka (positif) yang sangat besar dalam satu lingkungan. Tentu ini menjadi atensi khusus bagi satgas dan menjadi peringatan bagi RT/RW se-Kota Bogor agar tidak lalai mengidentifikasi orang yang baru datang dari luar kota,” tegas Bima.
Untuk mengantisipasi warga yang baru datang dari luar kota, lanjut Bima, penguatan di wilayah harus ketat. ”Saya dan Kapolresta menginstruksikan RT/RW untuk mengikuti prosedur yang telah disepakati. Kalau ada yang pulang dari luar kota, langsung lapor, tes antigen, protokol kesehatannya ketat. Itu wajib. Jadi penguatannya di PPKM mikro,” lanjutnya.
Sementara itu, Dedie khawatir, perkembangan kasus kluster perumahan di Bubulak bisa menghambat pembelajaran tatap muka pada Juli mendatang. Alasan larangan mudik dan pembatasan kegiatan selama Ramadhan dan Lebaran dari pemerintah, salah satu tujuannya agar menekan angka kasus penyebaran sehingga pembelajaran tatap muka bisa berlangsung.
”Anak-anak ini sudah setengah tahun di rumah. Jadi, sudah ada instruksi persiapan, bahkan uji coba pada Juli dengan syarat status wilayah masing-masing di zona kuning atau hijau. Nah, Bogor yang zona oranye saat ini, kan, menjadi rentan, apalagi penambahan kasus yang sangat signifikan seperti ini,” kata Dedie yang menyesalkan masih ada warga yang belum disiplin protokol kesehatan.
Selain upaya 3T, Dedie mengimbau warga yang pulang mudik untuk melapor dan menunjukkan surat hasil negatif tes antigen. Warga di tingkat wilayah RT/RW pun harus membantu dan membendung pemudik yang bandel tanpa syarat surat negatif Covid-19.