Presiden Joko Widodo mengingatkan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk hati-hati dan mewaspadai potensi penambahan jumlah kasus Covid-19 pasca-Lebaran.
Oleh
AGUIDO ADRI
·2 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, menyiapkan 30.000 tes cepat antigen dan akan memperketat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM mikro di level RT dan RW.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, Presiden Joko Widodo mengingatkan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk hati-hati dan mewaspadai potensi penambahan jumlah kasus Covid-19 pasca Lebaran.
”Dari arahan Gubernur Jawa Barat juga agar mewaspadai peningkatan kasus pascamudik hingga 29 Mei. Khususnya bagi para pemudik yang kembali lagi. RT/RW dan PPKM mikro harus diperketat lagi. Kami menyiapkan 30.000 tes cepat antigen dan sudah tersebar di seluruh wilayah. Puskesmas stand by,” kata Retno, Selasa (18/5/2021).
Kami menyiapkan 30.000 tes cepat antigen dan sudah tersebar di seluruh wilayah. Puskesmas stand by
Sebelumnya Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, satgas Covid-19 terus berupaya untuk menekan penyebaran Covid-19, seperti dengan tes cepat antigen dan penguatan PPKM mikro di lingkungan RT/RW. Satgas Covid-19 Kota Bogor mendirikan pos penyekatan dan pemeriksaan tes cepat antigen di pos Terminal Baranangsiang dan pos pintu Tol BORR.
Menurut Bima, kasus Covid-19 di Kota Bogor cukup terkendali. Untuk itu, ia meminta semua lapisan masyarakat menjaga betul serta tetap meningkatkan pengawasan dan kepatuhan protokol kesehatan pasca-Lebaran. Semua pihak diminta untuk tetap mewaspadai peningkatan kasus Covid-19 dua pekan ke depan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, angka kasus Covid-19 mencatat rekor terendah selama pandemi. Pada Jumat (14/5), terkonfirmasi ada penambahan 3 kasus; Sabtu (15/5) ada penambahan 2 kasus; Minggu (16/7) ada 18 kasus; dan Senin (17/5) ada 10 kasus. Total akumulatif 5.641 kasus, masih sakit 257 kasus, pasien sembuh 15.127 kasus, dan meninggal 257 kasus.
”Saat ini keadaan cukup terkendali, rasio ketersediaan tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di bawah 30 persen. Angka kesembuhan pun meningkat. Namun, kita perlu mewaspadai dan siaga dua pekan ke depan. Untuk itu, protokol kesehatan dan pengawasan pemudik di tingkat kelurahan-RT/RW harus ketat,” tutur Bima.
Bima menjelaskan, dua minggu pascalibur Lebaran merupakan interval masif terjadinya paparan Covid-19. Hal itu berdasarkan pengalaman pada masa libur Natal dan Tahun Baru silam. Pada periode itu angka kasus di Kota Bogor meningkat rata-rata 100 kasus per hari.
Retno melanjutkan, berdasarkan data, kasus positif Covid-19 Kota Bogor didominasi oleh orang usia produktif pada rentang usia 20 sampai 59 tahun. Tingginya mobilitas di luar rumah dan interaksi tinggi menyebabkan orang usia produktif paling mendominasi dibandingkan dengan orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak.
”Orang usia produktif mobilitasnya tinggi dan banyak kegiatan sehingga risiko tertular Covid-19 juga tinggi. Usia produktif itu sebanyak 254 kasus atau 67,18 persen,” katanya.