Tatap Muka Kembalikan Praktik Keterampilan yang Penting bagi Siswa SMK
Kurikulum SMK yang mengharuskan porsi praktik keterampilan sedikitnya 60 persen membuat pembelajaran jarak jauh sukar dilakukan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka dalam kapasitas uji coba di sejumlah sekolah di DKI Jakarta dimulai pada Rabu (7/4/2021). Bagi sekolah menengah kejuruan atau SMK, pertemuan langsung ini sangat berharga karena kurikulumnya menerapkan minimal praktik 60 persen. Pengalaman turun langsung memakai alat praktik ini tidak akan bisa diperoleh melalui pembelajaran jarak jauh.
PTM tahap uji coba ini dilangsungkan pada 7-29 April di 85 sekolah, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA dan SMK. Pesertanya adalah satuan pendidikan negeri dan swasta yang berdasarkan penilaian Dinas Pendidikan DKI Jakarta dinyatakan siap secara sarana, prasarana, dan komitmen orangtua atau wali murid.
Pengalaman turun langsung memakai alat praktik ini tidak akan bisa diperoleh melalui pembelajaran jarak jauh.
Di SMK Negeri 15 Jakarta, PTM dilangsungkan khusus untuk siswa kelas X. Mereka dibagi menjadi dua rombongan belajar yang masing-masing terdiri atas 16 siswa. ”Sistemnya adalah satu hari masuk, satu hari libur untuk disinfeksi sekolah. Lusa baru masuk lagi untuk kelas X jurusan lain,” kata Kepala SMK Negeri 15 Jakarta Prihatin Gendra Priyadi.
Bagi siswa kelas X, ini adalah pertama kali mereka datang dan belajar di sekolah. Selama satu tahun mereka hanya melihat guru dan teman sekelasnya secara daring. Akibatnya, ketika bertemu di kelas, mereka tidak saling mengenal dan masih malu-malu bertegur sapa. Oleh sebab itu, selama 15 menit pertama, guru-guru meminta siswa menghangatkan suasana untuk mengenal wajah-wajah yang biasanya mereka lihat di layar gawai elektronik.
Pemahaman kurang
Kurikulum SMK yang mengharuskan porsi praktik keterampilan sedikitnya 60 persen membuat pembelajaran jarak jauh (PJJ) sukar dilakukan. SMK Negeri 15 Jakarta khusus mendidik jurusan Akuntansi, Keuangan, dan Lembaga; Otomatisasi Perkantoran; Bisnis Daring dan Pemasaran; serta Usaha Perjalanan Wisata. Keempat jurusan ini sejatinya memerlukan keterampilan digital, tetapi piranti lunak dan aplikasinya harus diunduh dengan memori besar.
”Di jurusan-jurusan ini perangkat lunaknya tidak bisa dioperasikan hanya dengan hape (telepon genggam). Harus pakai laptop karena butuh memori besar. Masalahnya, tidak semua anak punya laptop. Hape saja banyak yang dipakai bersama dengan orangtua atau saudara,” kata Diana Sinta, guru Akuntansi, Keuangan, dan Lembaga.
Mau tidak mau pembelajaran kejuruan jadi lebih banyak teori. Guru-guru juga membuat berbagai video turtorial pengoperasian program-program komputer untuk kejuruan masing-masing. Namun, hal ini tidak membuat siswa cepat menyerap pelajaran karena mereka tidak bisa bertanya langsung dengan guru.
Utari, siswi kelas X jurusan Akuntansi, Keuangan, dan Lembaga, mengungkapkan, di keluarganya hanya ada satu komputer pangku. Ia harus berbagi dengan kakaknya yang mahasiswa. Biasanya, ia baru bisa menggunakan komputer ketika kakak sudah selesai kuliah daring. Akibatnya, Utari hanya punya waktu 1-2 jam untuk memakai komputer.
”Boro-boro bisa bertanya kepada guru, buat download sama membuka program saja sudah habis waktu. Untungnya hari ini sudah bisa masuk sekolah (langsung), saya bisa bertanya kepad guru semua yang saya enggak ngerti selama ini,” ujarnya.
Uji kompetensi
Lamanya PJJ sangat terasa bagi siswa kelas XII SMK karena mereka harus menghadapi uji sertifikasi kompetensi (USK). Sertifikat kompetensi dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja sebagai bukti bahwa siswa SMK itu mumpuni secara teori dan keterampilan di jurusan yang mereka pelajari. Ini adalah senjata mereka untuk mencari pekerjaan setelah lulus sekolah.
Kepala SMK Negeri 30 Jakarta Tini Kartini menjelaskan, PJJ selama setahun berarti siswa harus kreatif memenuhi kebutuhan praktikum masing-masing di rumah. Sekolah ini mengkhususkan diri di jurusan Tata Boga, Tata Busana, dan Perhotelan. Misalnya, siswa jurusan perhotelan selama PJJ membuat video mereka mempraktikkan standar penyiapan kamar hotel di rumah masing-masing, tentunya dengan sarana terbatas.
Tini berharap uji coba PTM di SMK Negeri 30 Jakarta berlangsung aman sehingga bisa diteruskan dengan protokol kesehatan yang ketat. Jika SMK harus kembali melakukan PJJ penuh, keterampilan siswa sukar terasah dengan baik. Apalagi, SMK-SMK mulai mengadakan USK sejak akhir Maret. Para siswa mengaku sempat kaget ketika mengikuti USK dengan perlengkapan sesuai dengan standar industri setelah satu tahun berlatih dengan alat sekadarnya di rumah.
”Sempat deg-degan karena pas USK yang dinilai tidak hanya kemampuan memasak, tetapi juga mulai dari cara saya memakai sepatu pengaman, seragam untuk memasak, postur tubuh, letak topi, semuanya. Kompor sama peralatan masak yang dipakai juga standar di dapur komersial, beda banget dengan yang di rumah,” kata Putra Tri Hardiansyah, siswa kelas XII Jurusan Tata Boga.
Bus sekolah
Salah satu upaya PTM dilaksanakan dengan aman ialah memastikan proses siswa pergi dan pulang sekolah terhindar dari risiko penularan Covid-19. Sejumlah sekolah bekerja sama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk menyediakan bus sekolah gratis. Menurut Pengawas Lapangan Bus Sekolah Dishub Jakarta, Yudistira Dinda, ada 50 bus sekolah yang dioperasikan pada hari pertama PTM. Satu unit mengangkut maksimal 12 siswa.
Terdapat 33 trayek bus sekolah. Misalnya, bus sekolah khusus SMK Negeri 15 Jakarta dengan trayek Pondok Labu akan berhenti di Pasar Pondok Labu. Di sekolah ini disediakan empat bus dengan layanan empat trayek Pondok Labu, Pasar Minggu, Ciledug, dan Cilandak karena rata-rata rumah siswa di daerahg sana. Dari perhentian akhir bus, siswa menyambung dengan ojek daring atau berjalan kaki karena sudah dekat dari rumah.
”Belum semua sekolah menyadari ada layanan bus. Dishub masih melakukan jemput bola ke beberapa sekolah agar mau memanfaatkannya, Total ada 100 bus yang tersedia,” kata Yudistira.