Banjir telah menelan 5 korban jiwa di DKI Jakarta, 4 orang di antaranya adalah anak-anak. BPBD DKI Jakarta mengingatkan para orangtua agar mencegah anak mereka bermain banjir. Sebab, jika terseret arus, bisa fatal.
Oleh
Sucipto/Stefanus Ato
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pedagang membersihkan lantai dari sisa-sisa air bekas banjir yang sempat menggenangi lantai dasar Pasar Cipulir, Jakarta, Minggu (21/2/2021). Banjir yang menggenangi pasar tekstil sehari sebelumnya tersebut disebabkan meluapnya Kali Pesanggrahan yang terletak di sebelah pasar. Aktivitas perdagangan sempat lumpuh karena selain menggenangi pasar, banjir juga memutus akses menuju pasar.
JAKARTA, KOMPAS — Banjir di sejumlah wilayah DKI Jakarta menelan lima korban jiwa. Bencana ini dinilai sebagai peringatan serius bagi pemerintah daerah terkait situasi darurat ekologis dan krisis iklim yang kian parah.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta Sabdo Kurnianto mengatakan, korban jiwa akibat banjir di DKI Jakarta itu terdiri dari 1 orang dewasa dan 4 anak-anak. Salah satu korban laki-laki berumur 67 tahun terkunci di dalam rumah di Jatipadang, Jakarta Selatan.
”Selain itu ada empat anak. Mereka adalah 3 anak laki-laki di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat yang hanyut terseret arus banjir saat sedang bermain. Terakhir, satu anak perempuan berusia 7 tahun yang tenggelam di Jakarta Barat,” kata Sabdo dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Minggu (21/2/2021).
Ia mengimbau petugas dan semua orangtua mengawasi anak-anak yang bermain genangan air. Untuk sementara, hindari bermain air saat banjir.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Petugas pemadam kebakaran menyedot luapan banjir Kali Sunter untuk dibuang di aliran Kalimalang di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Minggu (21/2/2021). Curah hujan tinggi diiringi meluapnya sungai-sungai dan drainase memicu banjir di sebagian Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tingginya curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), selama dua hingga tiga hari terakhir masih berpotensi terjadi selama sepekan ke depan.
Mulai surut
Banjir menggenangi 200 rukun tetangga (RT) di DKI Jakarta akibat hujan lebat selama hingga 6jam, Sabtu lalu. BPBD DKI Jakarta mencatat, Minggu (21/2/2021) mulai pukul 09.00, banjir mulai surut di beberapa titik. Tersisa 49 RT yang masih terdampak banjir dari total 30.470 RT di Jakarta.
Meski demikian, air masih terlihat menggenangi sejumlah jalan protokol Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, penyebab genangan di sisi Jalan Sudirman adalah luapan air Kali Krukut. Luapan Kali Krukut, kata Anies, ditengarai menampung tambahan debit air hujan lokal kawasan Depok, Jawa Barat.
”Di hulunya terjadi curah hujan yang sangat tinggi, tercatat 136 milimeter per hari,” kata Anies.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hujan disertai kilat dan angin kencang masih berpotensi terjadi hingga Selasa (23/2/2021). Hujan diperkirakan hampir merata, seperti di Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pengungsi anak-anak korban banjir dihibur sukarelawan Forum Anak Jakarta Timur di halaman Masjid Universitas Borobudur di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Minggu (21/2/2021). Sebanyak 60 warga masih mengungsi di masjid tersebut akibat rumahnya masih terendam banjir luapan Kali Sunter. Curah hujan tinggi diiringi meluapnya sungai-sungai dan drainase memicu banjir di sebagian Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Prakiraan BMKG, tingginya curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jabodetabek), selama dua hingga tiga hari terakhir masih berpotensi terjadi selama sepekan ke depan.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan, jika terus dibiarkan, berbagai krisis lingkungan hidup yang terjadi di Jakarta dan wilayah penyangga akan terus terakumulasi. Hal itu juga dinilai bisa memicu bencana ekologis yang semakin parah dan menelan korban.
Adapun di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, 19 kecamatan terdampak banjir. ”Ada tujuh kecamatan yang terparah. Dari jumlah tersebut, ada empat kecamatan yang dilalui Daerah Aliran Sungai Citarum dan cukup urgen yang harus ditangani. Empat kecamatan itu, antara lain, Kedungwaringin, Pebayuran, Cabangbungin, dan Muara Gembong,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi Henri Lincoln.
Dapur umum
Kepolisian Daerah Metro Jaya pun mendirikan dapur umum untuk membantu korban banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Citarum di Kabupaten Bekasi. Dari data Polda Metro Jaya, warga yang terdampak akibat tanggul jebol itu mencapai 10.000 keluarga dan tersebar di empat desa.
”Kami siapkan dapur umum yang bisa memuat sekali masak 500 sampai 750 porsi makanan. Makanan dimasak oleh personel kepolisian,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus.
POLDA METRO JAYA
Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran dan Panglima Komando Daerah Militer Jaya Mayor Jenderal Dudung Abdurachman meninjau warga terdampak banjir di Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (21/2/2021).
Sementara di Banten, Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah, Minggu, menjelaskan, pihaknya berupaya meminimalkan dampak puncak musim hujan. Upaya yang dimaksud, antara lain, pengosongan tandon, embung, situ, hingga danau. Selain itu mengoperasikan enam dari tujuh pintu air yang ada.
”Pembangunan turap di beberapa titik juga sudah kami lakukan,” kata Arief.