Problem Pendataan dan Keraguan Pedagang Hambat Vaksinasi di Pasar Tanah Abang
Persoalan pendataan sasaran vaksin dan keraguan pedagang menghambat vaksinasi di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki hari ketiga pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (19/2/2021), baru 2.800 pedagang dan pengelola pasar yang menjalani vaksinasi dari target 10.000 orang. Padahal, pemerintah menargetkan setiap hari vaksin harus diberikan untuk 2.000 orang, dan vaksinasi di Pasar Tanah Abang ini ditargetkan berlangsung 17-22 Februari.
Lambatnya progres pemberian vaksin ini disebabkan pendataan sasaran vaksin yang berjalan lambat dan keraguan pedagang untuk vaksinasi. Pedagang dan pengelola Pasar Tanah Abang ini merupakan kelompok pertama vaksinasi bagi pekerja serta petugas pelayanan publik, selain pejabat di kementerian/lembaga.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi lewat telepon, menuturkan, vaksinasi belum mencapai target harian karena proses pendaftaran belum selesai dan ada keraguan yang membayangi pedagang.
”Masih ada yang mendaftar manual. Kemarin ada pedagang yang ragu-ragu divaksinasi. Setelah melihat pedagang lain divaksinasi, baru mau ikut vaksinasi,” ujarnya.
Siti menambahkan, sejauh ini belum ada laporan gangguan kesehatan yang dialami pedagang dan pengelola pasar setelah menerima vaksinasi. Untuk mengantisipasi adanya penerima vaksin yang alami gangguan kesehatan setelah diimunisasi, Kementerian Kesehatan menyediakan ruang khusus unit perawatan intensif mini di lantai 8.
Membatalkan vaksinasi
Saat vaksinasi berlangsung pun ditemukan pedagang yang memutuskan tidak menjalani vaksinasi. Ades (37), pedagang pakaian di Blok B Pasar Tanah Abang, memutuskan kembali ke kiosnya meskipun sudah mendaftarkan diri mengikuti vaksinasi.
Ades mengaku tak punya cukup waktu mengikuti antrean vaksinasi karena tidak ada orang yang menjaga kiosnya. Menurut dia, berdasarkan informasi yang diperoleh dari petugas keamanan, antrean vaksinasi untuk 15 orang bisa memakan waktu satu jam.
”Saya tidak takut divaksinasi. Hanya kerepotan toko ditinggal (sehingga membatalkan vaksinasi). Tidak ada yang jaga kios,” kata Ades.
Tidak seperti vaksinasi sebelumnya, pada Jumat itu vaksinasi juga hanya berlangsung di lantai 8 Blok A. Lantai 12 Blok A yang sebelumnya digunakan sebagai tempat vaksinasi, pada hari itu digunakan untuk ibadah salat Jumat.
Untuk memperluas jangkauan vaksinasi, petugas vaksinasi di Pasar Tanah Abang mengumumkan bahwa pendaftaran vaksinasi bagi pedagang dan pengelola pasar masih akan dibuka hingga 22 Februari. Pedagang wajib membawa bukti surat izin pemakaian tempat usaha atau pembayaran layanan, KTP, dan kartu parkir bagi karyawan toko.
Untuk memperluas jangkauan vaksinasi, petugas vaksinasi di Pasar Tanah Abang mengumumkan bahwa pendaftaran vaksinasi bagi pedagang dan pengelola pasar masih akan dibuka hingga 22 Februari.
Petugas vaksinasi juga mengumumkan bahwa bagi pedagang dan karyawan toko lanjut usia berusia di atas 59 tahun 11 bulan dapat menjalani vaksinasi di RSUD Tanah Abang pada 22 Februari.
PKL mulai didata
Sementara itu, pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang juga mulai didata sebagai calon penerima vaksin selanjutnya. Mereka didata oleh pengurus rukun warga atau rukun tetangga.
Wina (36), pedagang kaki lima di depan Blok B Pasar Tanah Abang, belum tahu kapan akan divaksinasi, meskipun ia mengaku sudah didata pengurus warga di Kampung Bali, Tanah Abang. Data untuk vaksinasi terdiri dari identitas kependudukan dan nomor kontak yang bisa dihubungi.
Wina bersedia divaksinasi karena sudah ada pedagang lain yang ikut vaksinasi dan tak alami gangguan kesehatan. Kekhawatirannya vaksin Covid-19 itu berbahaya, menjadi sirna.
”Teman-teman pedagang sudah ada yang divaksinasi kemarin. Mereka baik-baik saja setelah disuntik. Jadi tidak takut,” ujar Wina.
Berbeda dengan Jalil (28), pedagang kaki lima di depan Blok A Pasar Tanah Abang, ini enggan mendaftarkan diri untuk vaksinasi. Ia beralasan takut jarum suntik karena trauma dari kejadian masa lalu.
Ia pun menghindar ketika pengelola pasar datang untuk pendataan vaksinasi. ”Kemarin ada pengelola yang turun untuk pendaftaran. Saya tidak mau karena takut jarum. Dari dulu sudah takut disuntik,” kata Jalil.
Sam (40), pedagang kaki lima di depan Blok A ini juga masih mempertimbangkan untuk ikut vaksinasi. Ia mengaku bersedia divaksin asalkan tidak ada karantina wilayah yang bisa menyebabkan penutupan akses ke tempatnya biasa berdagang.
”Bersedia (vaksinasi) kalau buat sehat. Yang penting tidak ada penutupan wilayah saja,” kata Sam.
Sejauh ini, pemerintah pusat menargetkan 16,9 juta petugas pelayanan publik untuk divaksin. Mereka, antara lain, pedagang pasar, tenaga pendidik, tokoh agama dan penyuluh agama, wakil rakyat dan pejabat pemerintahan, petugas keamanan, pemadam kebakaran dan kepala desa, pekerja transportasi umum, atlet, serta wartawan.