Alat tes PCR yang disediakan pemerintah untuk melacak kasus Covid-19 tak akan cukup jika pelanggaran protokol kesehatan terus terjadi.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Tingkat penyebaran Covid-19 di Kota Bekasi, Jawa Barat, kian masif dan hampir merata di setiap kelurahan di daerah itu. Ketersediaan alat tes usap tenggorokan yang sudah disiapkan untuk dipakai hingga Maret 2021 diperkirakan tak cukup jika lonjakan kasus terus terjadi. Meski demikian, pemerintah daerah tidak membatasi waktu operasional aktivitas usaha di daerah tersebut menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, penyebaran Covid-19 di tingkat kelurahan wilayah Kota Bekasi hampir merata. Penyebaran korona di daerah itu kini ada di 43 dari 56 kelurahan di kota tersebut.
”Tetapi, dalam laporan Kementerian Kesehatan, Kota Bekasi masih zona oranye. Masih sedang, bukan tinggi,” kata Rahmat, Kamis (17/12/2020), di Bekasi.
Tetapi, dalam laporan Kementerian Kesehatan, Kota Bekasi masih zona oranye. Masih sedang, bukan tinggi.
Dari data Satuan Tugas Covid-19 Kota Bekasi, hingga Kamis, akumulasi kasus korona di daerah itu mencapai 13.124 kasus. Rinciannya, 1.105 orang dalam perawatan, 11.805 orang sembuh, dan 215 orang meninggal dunia.
Rahmat menambahkan, selama satu pekan terakhir, persentase kematian akibat Covid-19 meningkat 0,3 persen, yaitu dari 1,3 menjadi 1,6 persen. Angka kesembuhan menurun dari 93 persen menjadi 91 persen.
”Memang satu minggu ke belakang, angka kematian kami naik dari 1,3 persen menjadi 1,6 persen. Tetapi kalau dilihat rata-rata dari apa yang kami dapat, tentunya kami jauh bisa mengatasi pandemi ini,” kata Rahmat.
Di Kota Bekasi, kata Rahmat, salah satu penyebab tingginya temuan kasus Covid-19 tidak terlepas dari tes massal Covid-19. Salah satu program tes massal yang sedang berjalan yakni tes di tingkat RW, yaitu setiap minggu minimal mengetes 20 orang. Dari program tes tersebut, sudah 10.000 alat tes PCR yang dihabiskan. Hasilnya, 7.898 sampel negatif dan 1.164 sampel dinyatakan positif Covid-19.
”Ini data periode pemeriksaan 3-4 minggu lalu. Saat itu, kami minta dinas kesehatan untuk melacak kasus di wilayah-wilayah prioritas yang teridentifikasi tinggi penyebarannya,” kata Rahmat.
Stok alat tes PCR menipis
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati mengatakan, di Kota Bekasi sejak kemunculan virus korona baru pada Maret 2020, sudah 99.000 alat tes usap yang digunakan untuk melacak kasus Covid-19. Daerah itu masih memiliki stok 30.000 alat tes PCR.
”Kami tidak ingin dihabiskan karena diperkirakan (digunakan) sampai Maret 2021. Tetapi, kalau kasusnya meningkat terus, 30.000 alat tes PCR itu tidak akan sampai Maret 2021,” kata Dezy.
Dezy mengimbau masyarakat untuk lebih tertib dan patuh pada protokol kesehatan. Sebab, sebanyak apa pun alat tes PCR yang tersedia tidak akan cukup kalau masih ada pelanggaran pada protokol kesehatan.
”Kewaspadaan penting, jangan sampai kasus itu berat dan berisiko. Kami sedang mempelajari terkait mutasi virus karena di beberapa daerah itu sama, yaitu waktu pemulihan pasien lebih lama,” kata Dezy.
Antisipasi kerumunan
Untuk mengantisipasi liburan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021, Pemerintah Kota Bekasi akan mengawasi secara ketat aktivitas warga agar tak ada kerumunan. Kegiatan ibadah perayaan Natal 2020 juga dibatasi jumlah pesertanya.
”Kegiatan ibadah dikurangi jumlahnya dan lebih banyak menggunakan live streaming. Malam Tahun Baru tidak ada hiburan atau hura-hura,” kata Rahmat.
Ia menambahkan, Pemerintah Kota Bekasi tidak membatasi waktu operasional berbagai aktivitas usaha di daerah itu. Fokus pemerintah daerah yakni memperketat pengawasan agar memastikan antusiasme masyarakat menyambut Natal dan Tahun Baru tidak sampai menimbulkan kerumunan orang.