Satgas Covid-19 Kota Bogor dan RS UMMI Belum Terima Hasil Tes Usap Rizieq Shihab
Pemkot Bogor mempertimbangkan untuk tak melanjutkan aduan ke polisi kepada Rumah Sakit UMMI. Namun, koordinasi dan pelaporan data perkembangan pasien Covid-19 harus ditingkatkan dan diperbaiki.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemimpin Front Pembela Islam Muhammad Rizieq Shihab mengakhiri perawatan di Rumah Sakit UMMI, Kota Bogor, Jawa Barat, dan kembali ke rumahnya atas permintaan keluarga dan saat ini dalam kondisi sehat. Namun, pihak rumah sakit dan Satuan Tugas Covid-19 Kota Bogor belum mendapatkan laporan hasil tes usap tenggorokan pimpinan FPI itu. Pelaporan data itu penting untuk mengukur risiko penularan Covid-19 di Bogor.
Direktur Rumah Sakit UMMI Andi Tatat mengatakan, Rizieq Shihab pulang atas permintaan keluarga. Pihak rumah sakit sudah menyarankan agar menunggu hasil pemeriksaan (tes usap) selesai.
”Tetapi, ia tetap meminta untuk pulang. Oleh karena ada hasil yang belum selesai, kami mohon kepada kelurga besar Habib Rizieq Shihab untuk tetap menjalankan isolasi,” kata Andi dalam konfrensi pers daring, Minggu (29/11/2020), di Bogor.
Andi menambahkan, pihak rumah sakit juga sampai saat ini belum mendapatkan laporan terkait hasil tes usap tenggorokan Rizieq. Sebab, tes usap itu dilakukan secara pribadi melalui Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C). Mer-C merupakan organisasi sosial kemanusian yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis.
Rumah Sakit UMMI, kata Andi, juga tidak berniat menyembunyikan data terkait pasien. Pihak internal rumah sakit mengakui ada kelemahan secara internal dalam komunikasi dan koordinasi sehingga ada kesan menghalangi upaya Satgas Covid-19 Kota Bogor dalam mendapatkan informasi.
Wakil Sekretaris Umum FPI Aziz Yanuar, dihubungi terpisah, membenarkan kabar kepulangan Rizieq ke rumahnya sejak Sabtu (28/11/2020) malam. Rizieq disebut kembali ke rumahnya dalam kondisi sehat.
Ketua Presidium Mer-C Sarbini Abdul Murad, dalam siaran pers, mengatakan, Rizieq memercayakan Mer-C untuk melakukan pemeriksaan dan pengawalan kesehatan. Mer-C juga yang mengirim Rizieq untuk beristirahat di rumah sakit.
Namun, Rizieq disebut mendapatkan perlakuan yang kurang beretika dan melanggar hak pasien terutama dari Wali Kota Bogor. Perlakuan itu berupa upaya mengintervensi tim medis yang sedang bertugas dan mengganggu pasien yang beristirahat.
Wali Kota Kota Bogor juga dinilai tidak beretika dalam memublikasi kondisi pasien kepada publik. Situasi ini diklaim dapat menimbulkan kesimpang-siuran dan keresahan bagi masyarakat.
Data pasien penting
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, informasi adanya intervensi dan memaksa untuk membuka hasil medis merupakan informasi yang tidak benar. Fokus atau atensi dari Satgas Covid-19 Kota Bogor ialah proses dan pelaporan terkait perkembangan pasien Covid-19.
”Dapat dibayangkan, rumah sakit tidak berkoordinasi dengan satgas, dinas kesehatan, pemerintah kota, terkait perkembangan pasien Covid-19. Selama ini, sejak Maret 2020, seluruh rumah sakit selalu berkoordinasi dan menyampaikan data pertambahan pasien pelaksanaan tes PCR. Tetapi, identitas pasien tidak dibuka dan tidak diumumkan,” ucap Bima.
Bima menambahkan, atensi utama Satgas Covid-19 Kota Bogor itu ialah proses koordinasi dan pelaporan. Sebab, tanpa ada koordinasi antara rumah sakit dan pemerintah, tren, dan penyebaran Covid-19 sulit diukur. Pelaporan itu juga bertujuan untuk merumuskan strategi penanganan dan pencegahan tanpa ada data yang lengkap.
Pemerintah Kota Bogor, menurut Bima, sudah memberikan sanksi administratif berupa teguran keras kepada Rumah Sakit UMMI. Pemkot Bogor juga mempertimbangkan untuk tidak melanjutkan aduan ke polisi terkait kesulitan mendapatkan informasi dari protokol penanganan tes usap Rizieq Shihab.
”Kami percaya Rumah Sakit UMMI memiliki itikad baik untuk meningkatkan profesionalitas untuk melayani warga Bogor dan warga mana pun yang datang ke Kota Bogor. Bagi saya, musuh kita adalah Covid-19 yang harus kita hadapi bersama,” ucap Bima.
Di Kota Bogor masih ada potensi penyebaran Covid-19 atau masih berada dalam zona tidak aman. Pada Minggu tercatat ada penambahan 45 kasus baru sehingga keseluruhan kasus aktif Covid-19 di daerah itu mencapai 527 kasus. Secara keseluruhan, akumulasi kasus Covid-19 di Kota Bogor sebanyak 3.300 kasus. Dari jumlah itu, 97 kasus meninggal dan 2.676 kasus sembuh.