Sampah di Sungai Ciliwung yang Tak Kunjung Selesai
Temuan masalah saat susur Sungai Ciliwung akan Bima Arya sampaikan kepada Pemprov DKI Jakarta, Pemprov Jawa Barat, Pemkot Depok, dan Pemkab Bogor agar menjadi evaluasi bersama penanganan sampah hingga banjir.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Setelah sekitar 16 jam atau dua hari menempuh sekitar 70 kilometer perjalanan susur sungai dari Bogor menuju Manggarai, Wali Kota Bogor Bima Arya dan rombongan mencatat temuan ratusan titik tumpukan sampah, limbah industri, hingga vegetasi yang semakin berkurang. Penanganan Sungai Ciliwung harus melibatkan dan perhatian dari semua kalangan.
Memperingati Hari Pahlawan pada Selasa (10/11/2020) dan Hari Sungai Ciliwung pada Rabu (11/11/2020), Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Satuan Tugas Naturalisasi Sungai Ciliwung serta sukarelawan dari Komunitas Peduli Ciliwung menyusur sungai.
Bima mengatakan, kegiatan itu susur sungai juga sekaligus untuk memetakan dan mencatat permasalahan yang selama ini luput dari perhatian pemerintah, seperti masalah sampah, pendangkalan, vegetasi yang perlu dijaga, hingga masalah infrastruktur pendukung warga tidak lagi membuang sampah sembarangan dan menghindari banjir.
Perjalanan susur Sungai Ciliwung hari pertama, Selasa (10/11/2020), sekitar pukul 10.00 dimulai dari Sukaresmi, Kota Bogor, menuju Depok. Menggunakan perahu karet, Wali Kota Bogor beserta rombongan menemukan sejumlah titik tumpukan sampah, pembuangan sampah akhir (TPA) yang dikelola oleh warga. Setidaknya ada 34 titik tumpukan sampah dari Bogor hingga Depok.
Kami mencatat dan merekam ada titik pembuangan sampah dan pembuangan limbah industri ilegal. Semakin ke hilir jumlahnya semakin banyak. (Bima Arya)
Selain itu, ditemukan pula limbah pabrik ilegal. Setidaknya ada sekitar 11 limbah pabrik ilegal yang dibuang langsung ke sungai sehingga menimbulkan bau tak sedap. Beberapa dari limbah itu diduga limbah pabrik tahu.
Kondisi semakin parah ketika pada hari kedua, Rabu (11/11/2020) bertolak dari Depok menuju Pintu Air Manggarai, Jakarta. Ratusan titik tumpukan sampah ditemukan. Begitu pula dengan limbah industri cukup banyak ditemukan.
”Kami mencatat dan merekam ada titik pembuangan sampah dan pembuangan limbah industri ilegal. Semakin ke hilir jumlahnya semakin banyak. Catatan ini akan kita sampaikan ke kepala daerah di Pemprov DKI Jakarta, Pemprov Jawa Barat, Pemkot Depok, dan Pemkab Bogor. Ini masalah serius yang harus dihadapi bersama,” kata Bima.
Menurut Bima, permasalahan di Sungai Ciliwung menjadi urasan bersama. Jika penanganan di hulu serius, tetapi penanganan di hilir tidak serius, masalah sampah hingga banjir tidak akan pernah selesai.
Bima melanjutkan, pelibatan langsung Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, serta pemerintah pusat dengan intervensi langsung oleh Presiden Joko Widodo sangat penting agar permasalahan sampah terutama banjir bisa berkurang.
Bima menuturkan, pemerintah tidak bisa begitu saja melarang warga membuang sampah sembarangan, tetapi tempat sampahnya tidak ada. Begitu pula larangan tidak buang air besar dan air kecil, tetapi IPAL tidak ada. Infrastruktur dan edukasi menjadi tanggung jawab pemerintah.
”Ini bukan hanya soal Ciliwung, ini juga soal sungai seluruh Indonesia yang seharusnya menjadi perhatian kita semua. Kita ingin menjadikan sungai sebagai perkarangan depan rumah, sungai yang bersih dan sungai yang asri. Itu pesan kita yang ingin disampaikan dalam susur sungai ini. Selain itu, yang penting juga, pemulihan Sungai Ciliwung harus menjadi program strategis nasional, seperti Citarum. Jadi, diharapkan jadi perhatian presiden juga,” kata Bima.
Dalam kesempatan yang sama, Bima memberikan apresiasi besar kepada seluruh sukarelawan Sungai Ciliwung dari Bogor dan Depok yang selama ini tanpa lelah, berkorban, dan berdedikasi untuk menjaga lingkungan Sungai Ciliwung. Para sukarelawan itu terus memberikan edukasi kepada warga dan rutin membersihkan sungai dari sampah.
Bima menilai, para sukarelawan Sungai Ciliwung dan sukarelawan sungai lainnya merupakan pahlawan kekinian dalam menjaga dan terus berjuang untuk sungai yang bersih dan asri sehingga memberikan dampak besar untuk semua orang.
”Hari ini hari pahlawan, pesan kita bahwa hari ini kita perlu pahlawan-pahlawan kekinian yang lebih peduli sama lingkungan, siapa itu? Mereka, komunitas dam temen-teman dari Ciliwung Depok, Ciliwung bogor, Satgas Ciliwung, itu pahlawan masa kini,” lanjut Bima.
Ady Saiman (43), Koordinator bidang edukasi dan kampanye Satgas Ciliwung sekaligus sukarelawan dari Komunitas Peduli Ciliwung, menuturkan, sejak terbentuknya Satgas Ciliwung dua tahun lalu, gerakan edukasi dan bersih-bersih sungai semakin gencar dan rutin.
”Di Kota Bogor saja sejak kami melakukan program naturalisasi dengan bersih-bersih ada 87 titik tumpukan sampah. Sekarang kita lihat bersama tidak ada tumpukan sampah lagi. Namun, memang masih ada sampah kita liat karena sampah kiriman dan sejumlah warga masih buang sampah sembarangan,” kata Ady.
Ady berharap gerakan bersih-bersih sungai disertai edukasi bisa lebih gencar lagi oleh pemerintah lainnya. Menurut dia, dukungan pemerintah begitu penting karena mereka memiliki sumber daya pendukung dan pengaruh dari aturan atau kebijakan serta implementasinya.
”Saat ini kita menunggu kebijakan denda bagi siapa saja yang mencemari lingkungan sungai. Wacananya tahun depan akan sudah diterapkan. Kita rutin setiap hari susur sungai, jadi bakal ketahuan siapa yang buang sampah sembarangan,” lanjut Ady.