Belum ada lonjakan kasus Covid-19 besar pascacuti bersama akhir Oktober lalu di Ibu Kota dan sekitarnya. Namun, kewaspadaan diharap tetap ditingkatkan di semua lini.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA/AGUIDO ADRI/STEFANUS ATO/HELENA F NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Sudah sepuluh hari sejak cuti bersama di pekan terakhir Oktober lalu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan, belum ada kenaikan angka kasus positif Covid-19 baru yang signifikan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (9/11/2020) menjelaskan, DKI mewaspadai akan munculnya kluster keluarga pascacuti bersama. “Namun kalau melihat angka kasus harian di Jakarta, sampai hari ini tidak ada yang signifikan,” kata Ahmad Riza.
Menurut Ahmad Riza hal itu bisa terjadi dengan adanya pesan yang terus menerus disampaikan ke masyarakat agar tidak memanfaatkan libur panjang dengan beraktivitas ke luar kota.
Dalam laman resmi corona.jakarta.go.id pada 1–7 November 2020, angka kasus positif harian antara 620–931 kasus dengan persentase kasus positif harian di Jakarta berkisar 7,6–14,8 persen. Sementara pada 25–31 Oktober atau saat pekan libur panjang terjadi, angka kasus harian antara 550–981 kasus dengan persentase kasus positif harian antara 7,5–12,2 persen.
Diakui Ahmad Riza, di hari-hari setelah libur panjang, jumlah orang yang dites menurun, namun penurunan tidak banyak. “Prinsipnya, kami terus melakukan upaya peningkatan testingnya. Targetnya terus sampai 9.000–10.000 per hari, itu secara bertahap kita tingkatkan,” kata dia.
Belum ada peningkatan kasus positif baru juga didukung data dari Rumah Sakit Daerurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat. “Saya kira kondisi hunian masih cukup kalau ada pertambahan pasien dalam waktu dekat,” kata Koordinator RSDC Wisma Atlet, Mayor Jenderal TNI Tugas Ratmono, kemarin.
Di sini, terdapat empat menara yang dimanfaatkan sebagai tempat perawatan pasien Covid-19. Menara 6 dan 7 disebut RSDC Wisma Atlet, dihuni pasien terkonfirmasi positif bergejala ringan hingga sedang. Menara 4 dan 5 disebut Flat Isolasi Mandiri, diisi pasien tanpa gejala hingga bergejala ringan.
Per Senin pagi, pasien rawat inap di Menara 6 dan 7 ada 1.036 orang. Ada 524 pasien menempati Menara 6 sehingga keterisiannya baru 30,6 persen dari kapasitas 1.712 tempat tidur. Di Menara 7, ada 512 orang atau 21,43 persen dari kapasitas 2.389 tempat tidur.
Di Flat Isolasi Mandiri, Menara 4 bahkan untuk sementara waktu dinonaktifkan karena jumlah pasien tanpa gejala atau bergejala ringan sangat sedikit. Jumlah pasien di Menara 5 hanya 539 orang, atau 34,33 persen dari kapasitas 1.570 tempat tidur.
Jika menggunakan kekuatan penuh, Menara 4 diawaki 400 perawat dan 15 dokter. Tenaga kesehatan Menara 4 yang masa kontrak sukarelawannya habis selama pengistirahatan ini tidak diperpanjang lagi, sedangkan yang masa kontraknya belum habis punya kesempatan rehat mengisolasi diri. “Jadi, kalau nanti ada penugasan betul-betul sudah fresh (segar),” ujar Tugas.
Menurut Tugas, kasus tidak bertambaha signifikan berkorelasi dengan tingkat kepatuhan masyarakat menjalankan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan). “Dari laporan tadi malam (Minggu) dalam rapat Satgas (Satuan Tugas Penanganan Covid-19), di DKI khususnya, nilai kepatuhannya cukup tinggi, di atas 80 persen. Itu nomor dua setelah Bali yang tingkat kedisiplinannya di atas 90 persen,” katanya.
Gubernur DKI Anies Baswedan sebelumnya menegaskan wabah di Jakarta lebih terkendali dan menuju kategori aman berdasarkan data-data epidemiologis. Karena itu, DKI memutuskan memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi hingga 22 November, tanpa perlu peningkatan pengetatan.
Lonjakan di Kota Bogor
Pandemi yang melandai di Ibu Kota tidak serta merta di iikuti kota tetangga. Berdasarkan data Dinas Kesehatan yang disampaikan Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Kota Bogor Sri Nowo Retno, dari Senin (2/11) hingga kemarin, terjadi lonjakan kasus konfirmasi positif sebanyak 272 kasus.
“Total kasus konfirmasi hingga saat ini 2.401 kasus. 464 kasus masih sakit atau dalam perawatan. Sedangkan jumlah kasus sembuh mencapai 1.858 kasus,” kata Retno.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, lonjakan kasus juga karena pihaknya gencar mengelar tes usap. “Gambaran peningkatan kasus positif harus melihat secara luas. Beberapa persen dari penyumbang kasus lonjakan memang dari libur, tetapi belum diketahui berapa persen. Harus liat dulu ya,” kata Bima.
Sementara di Kota Bekasi, kasus Covid-19 di sepanjang November ini cenderung fluktuatif. Berdasarkan data Satgas Covid-19 Kota Bekasi, akumulasi kasus hingga kemarin mencapai 7.325 kasus. Dari jumlah itu, 6.789 kasus dinyatakan sembuh, 393 kasus dirawat atau isolasi mandiri, dan 143 kasus meninggal.
“Angka kematian sekarang 2 persen, menurun. Total konfirmasi 7.325 kasus. Ini bukan ukuran tidak berhasil. Harusnya semakin banyak ditemukan semakin berhasil atau semakin masif,” kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Berangkat dari data itu, kata Rahmat, berbagai aktivitas di Kota Bekasi yang dihentikan sudah bisa kembali dimulai termasuk kegiatan belajar tatap muka di sekolah. Pembelajaran daring selama pandemi dinilai kurang efektif.
Pemerintah Kota Bekasi juga memperkuat ketersediaan fasilitas layanan kesehatan baik itu alat tes cepat, tes usap, dan ruang perawatan atau isolasi. Stok alat tes usap mencukupi hingga Desember ini.