Masuki PSBB Transisi Lanjutan, Transjakarta Siapkan 1.700 Armada
Wilayah DKI Jakarta segera memasuki PSBB transisi lanjutan mulai 3 Juli 2020. PT Trans Jakarta sebagai penyedia angkutan umum memastikan penambahan armada untuk tetap bisa melayani maksimal dengan protokol Covid-19.
Oleh
Helena F Nababan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembatasan sosial berskala besar atau PSBB masa transisi segera berakhir 2 Juli 2020 dan akan dilanjutkan dengan PSBB transisi lanjutan. Untuk mengantisipasi permintaan layanan dan demi bisa menerapkan jaga jarak aman antarpenumpang, PT Transportasi Jakarta menyiapkan 1.700-an unit bus dalam rencana operasi di 107 rute.
Prasetia Budi, Direktur Operasional PT Transportasi Jakarta, Rabu (1/7/2020) menjelaskan, situasi saat PSBB transisi berbeda dengan masa PSBB 1 dan 2 yang ditandai dengan banyaknya kebijakan yang membuat angka perjalanan orang berkurang drastis. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya kebijakan bekerja dari rumah dan bersekolah dari rumah. Selain itu juga kebijakan hanya sejumlah sektor kegiatan perekonomian yang diperbolehkan beroperasi.
Langkah itu lalu diikuti pembatasan layanan angkutan umum yang membuat Transjakarta mengurangi jumlah rute yang dilayani dan jumlah armada bus yang dioperasikan. Pada PSBB 1, jumlah rute yang dibuka ada 23 rute BRT atau rute utama dan delapan layanan tenaga medis. Dengan jumlah armada yang dioperasikan total 440 unit, rata-rata jumlah penumpang turun drastis ke 124.677 orang dari saat normal tanpa pandemi Covid-19 sebanyak 977.262 orang per hari.
Pada PSBB 2, 16-30 April 2020, jumlah rute yang dilayani hanya 23 rute BRT, delapan layanan tenaga kesehatan, tiga rute non-BRT integrasi dengan KCI, dan tiga rute layanan bantuan sosial bagi tenaga medis. Pada PSBB 1 armada yang dioperasikan 540 unit.
”Pada PSBB 1 itu pula jumlah penumpang Transjakarta turun menjadi 103.558 penumpang per hari,” ujarnya.
Angka penumpang, lanjut Prasetia, kembali merangkak naik saat PSBB masa transisi. Dengan membuka 13 rute BRT atau rute utama, delapan rute layanan medis, tiga rute layanan bantuan sosial (bansos), empat rute integrasi KCI, dan tujuh rute khusus mengangkut tenaga kesehatan, jumlah armada yang dioperasikan Transjakarta bertambah menjadi 759 unit. Jumlah rata-rata penumpang per hari pun terpantau naik menjadi 163.673 orang.
Selanjutnya, kata Prasetia, pada masa PSBB lanjutan yang segera dimulai 3 Juli 2020, dengan melihat perkembangan yang terjadi, Transjakarta akan membuka 107 rute. Itu terbagi atas 23 rute BRT, 15 rute angkutan umum terintegrasi, serta 69 rute mikrotrans.
”Kami menyiapkan 1.791 unit armada, dengan 900 unit di antaranya adalah armada mikrotrans atau angkutan kota yang selama empat bulan terakhir tidak beroperasi. Dua hari ini menjadi masa persiapan kami,” kata Prasetia.
Pengoperasian bus yang lebih banyak, jelasnya, salah satunya adalah adanya hasil pantauan pergerakan warga dari pinggiran Jakarta mulai bertambah. Sehingga membutuhkan layanan angkutan.
Terpisah, dalam diskusi daring yang digelar Institut Studi Transpotasi (Instran) dengan tema kesiapan layanan Transjakarta di Erna New Normal, Selasa (30/6/2020), Tulus Abadi selaku Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengutarakan bahkan saat memasuki era tatanan baru pun, ditinjau dari kesehatan publik tetap belum aman.
Itu sebabnya, YLKI mengingatkan manajemen Transjakarta bahwa pengendalian Covid-19 tetap harus diakomodasi dalam standar pelayanan minimum atau SPM Transjakarta. Pengendalian harus dilakukan pralayanan, saat pelayanan, dan pascalayanan.
Selain itu juga penerapan protokol kesehatan seperti wajib pemakaian masker oleh penumpang, mencuci tangan dengan penyanitasi tangan, hingga mengurangi transaksi langsung atau tunai untuk menekan persebaran virus korona.
Gandrie Ramadhan dari Insitut for Transportation and Development Policy (ITDP) yang hadir sebagai pembicara, mengingatkan pentingnya mengatur kepadatan penumpang di halte Transjakarta. Jumlah pelanggan saat jam puncak dan dibandingkan dengan halte, kepadatan sangat tinggi. Padahal, standar kepadatan halte BRT adalah tiga penumpang per meter persegi, sedangkan dalam kenyataan yang terpantau adalah 10 penumpang per meter persegi.
Selain itu, penerapan protokol kesehatan memang harus diperkuat. Penempatan alat pengecekan suhu badan diperlukan. Juga jaga jarak di dalam armada bus harus juga diperhatikan.
Prasetia Budi dalam diskusi daring mengungkapkan untuk bisa memberikan layanan angkutan umum secara maksimal dalam masa PSBB, Transjakarta sudah menyusun strategi pelayanan.
Selama masa PSBB transisi, jumlah penumpang yang hendak masuk ke dalam halte, di dalam halte, serta di dalam bus masih dibatasi hingga 50 persen. Petugas di halte bisa mengatur posisi antrean penumpang di dalam halte dengan menjalankan jaga jarak. Lalu ada penutupan sementara bagi pelanggan yang hendak masuk dari luar halte untuk mengantisipasi pelimpahan penumpang transit, percepatan arus penumpang keluar halte dengan tetap memindai kartu di gerbang pembayaran, serta mengatur proses penurunan penumpang.
Selain itu, Prasetia melanjutkan, untuk mengurai kepadatan penumpang di dalam halte, Transjakarta sudah menyusun sejumlah strategi juga. Penambahan jumlah armada hingga 1.791 unit, memungkinkan manajemen untuk menerapkan sejumlah strategi mengurai kepadatan.
Strateginya, yaitu manajemen akan bisa menyiapkan bus kosong yang bersiaga di halte terdekat. Lalu Transjakarta akan memberlakukan rute poros atau tidak melayani hingga halte ujung terhadap rute-rute yang sudah dievaluasi jumlah pelanggannya di halte ujung untuk melayani halte yang padat. Transjakarta juga menyiapkan bus kosong untuk langsung melayani halte yang sedang terjadi antrean kepadatan dan penumpukan penumpang.
Selain itu, manajemen juga memodifikasi rute langsung ke tujuan tanpa transit untuk mengurangi antrean dan penumpukan. Strategi lainnya adalah memperbantukan bus dari rute sepi ke rute yang haltenya padat dan terjadi penumpukan.
Dijelaskan Prasetia, dalam situasi normal tanpa pandemi, strategi-strategi itu tidak mungkin dilakukan. Namun, karena ada kebutuhan untuk menjaga jarak antarpenumpang baik di dalam halte juga di dalam bus, hingga penerapan protokol kesehatan secara ketat, strategi itu disiapkan.
Strategi lainnya, jelas Prasetia, adalah dengan tetap menyemprot dan membersihkan bus saat sebelum memulai pelayanan, juga setelah bus masuk pul. Bus-bus disemprot dengan desinfektan. Lalu di dalam bus juga dipasang tanda-tanda yang menunjukkan adanya jaga jarak bagi penumpang.
Tulus menambahkan, dengan situasi yang belum aman, apabila operator sudah mengupayakan pengendalian virus dengan penerapan aturan protokol kesehatan, tetapi masih saja ada penumpang yang tidak memenuhi protokol, operator berhak untuk menegur. ”Ini demi kesehatan bersama,” kata Tulus.