Kerja para petugas medis dan paramedis saat pandemi Covid-19 masih berlanjut, bahkan hingga Laran di depan mata. Mereka mulai mencoret kebiasaan pulang kampung lantaran panggilan tugas dan alasan kesehatan.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·2 menit baca
Futri Dewi Sari (33) sudah dua bulan bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta. Kemungkinan dia akan melewati Lebaran kali ini dengan merawat pasien yang tertular Covid-19. Ia tak sempat memikirkan banyak hal, kecuali ingin segera menuntaskan pekerjaannya.
”Berlebaran sama pasien, terus makannya bukan opor ayam, melainkan nasi kotak. Baju lebarannya alat pelindung diri (APD). Ha-ha-ha,” ujar Futri, sukarelawan tenaga kesehatan ini, Kamis (21/5/2020).
Lebaran tahun 2020 ini sangat ditunggu Futri. Pegawai Balitbangkes Kementerian Kesehatan ini ingin pulang ke Makassar, Sulawesi Selatan. Sebab, selama bertugas di Jakarta, dia jarang pulang kampung. ”Biasanya aku pulang saat Idul Adha saja. Makanya, untuk Lebaran tahun ini, betul-betul ingin pulang kampung. Tetapi, ada pandemi Covid-19. Ya, jadinya gatot (gagal total),” ucapnya.
Sebagai sukarelawan, masa dinas Futri dalam sekali periode dinas berlangsung 14 hari. Sesudah itu, sukarelawan menjalani tes Covid-19. Jika hasi tes positif, sukarelawan harus dikarantina. Jika hasilnya negatif, mereka diberi dua pilihan: tetap menjadi sukarelawan dengan perpanjangan masa tugas selama tujuh hari sampai 14 hari atau kembali ke institusi asal setelah menjalani karantina.
Berlebaran sama pasien, terus makannya bukan opor ayam, melainkan nasi kotak. Baju lebarannya alat pelindung diri.
Futri sudah memasuki periode dinas ketiga. Perawat yang pernah bertugas di salah satu rumah sakit militer ini tak punya pilihan selain melanjutkan perjuangan sebagai sukarelawan. ”Kan, gak bisa pulang juga,” katanya.
Menurut Futri, butuh persiapan fisik dan batin dalam menghadapi Lebaran. Fisiknya harus tetap sehat agar dapat merawat pasien Covid-19. Kesehatan batin pun diuji lantaran menjalani Lebaran jauh dari keluarga.
”Tahun ini penuh cerita, pengalaman, serta sejarah baru. Apalagi di bulan ini membuat hati sabar dan ikhlas menjalani tugas. Lebaran bersama pasien, teman sejawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Insya Allah kami di sini bisa tersenyum lebar saat hari kemenangan Idul Fitri walaupun jauh dari keluarga,” tuturnya.
Absen berkunjung
Pandemi Covid-19 pun turut mengubah kebiasaan spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil, Sumatera Barat, dr Sabrina Ermayanti. Biasanya, ia dan suami berkunjung ke rumah mertua yang berada di Bukittinggi sewaktu Lebaran. Berhubung mertuanya sudah berusia 80 tahun, ia urungkan niat untuk bersilaturahmi. ”Saya khawatir nanti ada virus yang terbawa. Sementara mereka termasuk kelompok rentan,” katanya.
RSUP M Djamil merupakan salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumatera Barat. Hingga Kamis (21/5/2020), rumah sakit itu merawat 64 pasien terkait Covid-19. Pada hari pertama Lebaran, Sabrina mendapat tugas jaga. Artinya, dia harus siap menerima panggilan dari rumah sakit selama 24 jam.