Berterima atau tidaknya hasil rekacipta kata, tergantung pada keputusan mayoritas pengguna bahasa Indonesia. Karena mengasyikkan, merekacipta kata bisa bikin Anda kecanduan.
Oleh
L WILARDJO
·3 menit baca
Beberapa waktu lalu di harian ini dimuat tulisan berjudul ”Hubungan Mentor-Mentee”. Dari pasangan kata mentor-mentee itu dapat dipahami bahwa kedua kata itu berlawanan artinya. Keduanya berkosok-bali. Mentor ialah penasihat yang berpengalaman dan tepercaya. Mentee, sebaliknya, ialah orang yang sering dinasihati oleh mentor yang dipercayainya.
Dalam judul itu, kata mentee dicetak miring. Berarti itu slang alias kata yang tidak/belum resmi masuk ke dalam kosakata bahasa Inggris, dan biasanya hanya dipakai sebagai kata dalam bahasa percakapan.
Yang lebih lazim dipakai sebagai pasangan mentor ialah understudy. Kadang-kadang juga dipakai kata protégémeskipun sebenarnya protégé ialah pasangan lawannya protector atau patron. Protégé (atau protégée, untuk jender feminine) ialah orang yang berada di bawah perlindungan protektor atau patronnya.
Kata mentee itu direkacipta berdasarkan kata mentor. Yang bunyinya serupa ialah nominee (= balon, yakni paduan/portmanteau dari bakal calon). Juga abstentee (pembolos atau pemangkir). Di Amerika, orang yang tidak hadir tanpa izin disebut dengan akronim AWOL (absent without leave). Contoh lain ialah trainer (pelatih atau penatar) yang berpasangan dengan lawannya, yakni trainee (linatih/tinatar).
Di Kompas edisi yang sama, ada juga kata rekaciptaan, yakni fika dalam judul ”Fika, Jeda dalam Secangkir Kopi”. Fika ialah seni minum kopi a la Swedia yang dilakukan di waktu rehat sebentar, di dalam jam kerja. Kata itu dibalik dari kaffi yang artinya ’kopi’.
Membalik kata
Perekaciptaan istilah dengan membalik kata juga pernah dilakukan teman saya, almarhum Dr Sumartono Prawirosusanto, fisikawan di UGM. Ia membalik kata gelap menjadi legap dan ”menahbiskan”-nya menjadi padanan opaque (Ing). Ringkas dan lebih bagus daripada tidak tembus cahaya, atau kedap cahaya, atau tidak bening. Legap itu adjektiva; nominanya ialah kelegapan, yang berpadanan dengan opacity atau opaqueness (Ing).
Berbekal kata/frasa lama yang ada di dalam Logat Ketjil-nya WJS Poerwadarminta, yakni anta = berhingga, peringgan = perhinggaan, dan merampat papan, saya merekacipta kata-kata baru. Dari anta saya bentuk lawannya, yakni ananta (= a + anta) yang berarti ’tidak berhingga’ atau ’tak-berhingga’. Maka, ananta lalu saya padankan dengan infinite atau infinity (Ing).
Infinitesimal (Ing) saya jadikan padanan dari ananta-kecil (tak-berhingga kecil). Peringgan saya ”nobatkan” sebagai padanan (sinonim) atau terjemahan (translasi)-nya frontier, yakni batas daerah yang sudah kita kenal; di sebelah sana dari peringgan ialah ”tanah” yang tidak/belum kita kenal (terra incognita).
Merampat papan ialah verba frasal atau kata majemuk yang merupakan ungkapan yang berarti ’menyamaratakan’. Dalam bahasa Jawa: nggebyah-uyah. Potongan dari ungkatan itu, yakni rampat, saya ”wisuda” menjadi adjektiva yang berarti ’umum’ (general, Ing). Maka, judul artikel Einstein yang diterbitkan di jurnal Annalen der Physik, yakni ”Die grundlagen der algemeine Relativitaetstheorie”, dapat diterjemahkan menjadi ”Dasar-dasar Teori Kenisbian Rampat”.
Mengapa kenisbian rampat, dan bukan kenisbian umum saja? Umum sebagai terjemahan general memang baik dan benar, tetapi bentuk nomina verbalnya, generalization, tidak ”pas” kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi pengumuman, sebab pengumuman berarti announcement (Ing) atau maklumat (dari bahasa Arab). Maka, alih-ejaan atau transkripsi generalization ialah generalisasi, tetapi terjemahan (translasi)-nya bukan pengumuman, melainkan perampatan.
Itulah beberapa contoh dari proses perekaciptaan kata/istilah. Berterima atau tidaknya hasilnya, tergantung pada keputusan mayoritas pengguna bahasa Indonesia.
Bagi mereka yang suka menimang-nimang kata dan menimbang-nimbang maknanya, merekacipta kata (coining words) itu mengasyikkan. Kalau tidak percaya, cobalah Anda lakukan. Namun, jangan persalahkan saya kalau Anda menjadi ”kecanduan” (teradiksi).