Soal Hepatitis Akut, Pemprov NTT Imbau Masyarakat Menerapkan Protokol Kesehatan yang Ketat
Hepatitis akut perlu ada protap dari pemerintah pusat untuk daerah sebagai panduan penanganan. Saat ini setiap orang berbicara menurut versi dan pemahaman sendiri-sendiri tanpa patokan jelas.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengimbau masyarakat agar tetap menjaga protokol kesehatan, seperti Covid-19. Meski virus tersebut belum diketahui jenis, cara penyebaran, dan jenis obat yang tepat, protokol kesehatan yang ketat tetap dijalankan. Jika ada kasus, sampel tetap diperiksa di Laboratorium Kesehatan Surabaya atau Jakarta. Perlu panduan khusus mengatasi penyakit ini,
Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan, dan Catatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Messerasih Ataupah di Kupang, Kamis (5/5/2022), mengatakan, sampai hari ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI belum merilis penyebab pasti hepatitis akut yang menyerang anak-anak tersebut. Belum ada petunjuk atau protokol tetap menghadapi kasus itu.
Menurut dia, diduga sistem penyebaran hepatitis akut ini berupavirus. Meski kasus terungkap hanya pada anak-anak usia satu bulan sampai 16 tahun, semua usia perlu menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
”Entah apa pun cara penyebarannya, protokol kesehatan yang ketat tetap dijalankan, sama seperti pencegahan terhadap Covid-19,” kata Ataupah.
Mengenakan masker, mencuci tangan atau mandi, jaga jarak, dan menghindari kerumunan harus dipatuhi. Masyarakat tetap mengonsumsi makanan bergizi, dan memanfaatkan waktu istirahat yang cukup. Pencegahan dini, itu jauh lebih mudah diatasi ketimbang mengobati.
”
Ini penyakit yang baru terungkap sehingga diagnose obat pun masih dalam uji coba,
Jika penyakit itu benar masuk kategori hepatitis (akut), kemungkinan penularannya, antara lain, melalui droplet dan pernapasan. Protokol kesehatan sangat penting untuk diterapkan. Selain untuk mencegah penularan hepatitis akut yang mematikan itu, sekaligus mencegah penularan pandemi Covid-19.
Ini penyakit yang baru terungkap sehingga diagnose obat pun masih dalam uji coba. (Messerasih Ataupah)
Adapun gejala hepatis akut yang beredar di masyarakat ialah mual, muntah, diare berat, demam, sindrom jaundice (penyakit kuning), kejang, penurunan kesadaran, urine berwarna kecoklatan, dan warna feses yang terang. Ini gejala yang ditemukan pada pasien-pasien yang dirawat di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo Jakarta.
Tidak panik
Ia mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik secara berlebihan. Tetap menjalankan aktivitas harian seperti biasa sambil menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Untuk sementara waktu, hanya cara itu yang bisa disampaikan kepada masyarakat.
Kasus Covid-19 di NTT saat ini sudah melandai, dengan113 kasus aktif atau masih dirawat, 92.161 pasien sembuh, 1.513 meninggal dunia, dan jumlah kasus sampai dengan 4 Mei 2022 sebanyak 93.783 kasus.Meski kasus aktif hanya 113 pasien tersebar di 22 kabupaten/kota, jumlah ini bisa meledak jika masyarakat mengabaikan protokol kesehatan.
Mengenai pemeriksaan sampel kasus hepatitis akut tersebut, ia mengatakan, pihaknya tidak melakukan pemeriksaan sampel di salah satu laboratorium di NTT, tetapi sampel kasus itu dikirim langsung ke Laboratorium Kesehatan di Jakarta atau Surabaya.
”Laboratorium di sana jauh lebih lengkap dengan tenaga yang lebih profesional dan sudah teruji. Hepatitis akut ini kasus baru sehingga sistem pemeriksaan pun bisa saja berbeda dengan Covid-19,” katanya.
Anggota Fraksi PDI-P DPRD NTT, Viktor Mado Watun, mengatakan, pemerintah pusat perlu mengeluarkan panduan khusus bagi daerah-daerah bagaimana menghadapi penyakit ini. Kebijakan ini menjadi referensi di daerah, termasuk para pengambil kebijakan dan masyarakat umum.
Varian baru ini perlu dijelaskan secara lengkap ke masyarakat, termasuk para pengambil keputusan sehingga tidak bicara sesuai dengan penafsiran sendiri, Alasannya, saat bayi setiap anak sudah divaksin hepatitis dan beberapa vaksin jenis lain.
Saat ini masyarakat agak panik karena sejumlah pejabat berbicara menurut versi dan pemahaman mereka sendiri. Para pakar bidang kesehatan harus melakukan kajian untuk mendapatkan satu kesimpulan pasti terkait dengan penyakit ini. Bisa saja penyakit ini bukan hepatitis akut, melainkan turunan dari Covid-19 yang kasusnya mulai melandai di Indonesia.
Setiap kasus baru tentu selalu muncul vaksin baru dan bisnis baru. Karena itu, para pakar kesehatan perlu melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Semua kemungkinan bisa terjadi.
”
Bisa saja penyakit yang disebut hepatitis akut ini dapat diatasi dengan vaksin Covid-19 karena itu perlu penelitian,