Jutaan Warga Perlu Suntik Ulang, Benahi Sistem Vaksinasi Covid-19
Sistem pemberian vaksin Covid-19 dosis lengkap di Indonesia harus segera dibenahi. Saat ini ada 2,5 juta sasaran vaksinasi ”drop out” karena belum divaksin dosis kedua setelah lebih dari enam bulan menerima dosis satu.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 2,5 juta sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia drop out atau harus mengulang vaksinasi primer. Ini karena belum divaksin dosis kedua setelah lebih dari enam bulan menerima dosis pertama. Sistem pemberian vaksin dosis lengkap harus segera dibenahi agar kejadian serupa tidak berulang sehingga perlindungan masyarakat di tengah pandemi lebih optimal.
Sasaran vaksinasi drop out tersebut harus mengulang vaksinasi primer. Berdasarkan surat edaran Kementerian Kesehatan, pemberian vaksin dapat menggunakan platform berbeda dari sebelumnya.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengatakan, sistem pemberian vaksin dosis lengkap perlu segera dibenahi agar sasaran vaksinasi drop out tidak semakin banyak. ”Mesti ada sistem pengingat (pemberian vaksin dosis dua) yang wajib ditaati sehingga tidak mengulangi kemubaziran yang sekarang terjadi,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Jumat (18/2/2022).
Menurut Ede, pembenahan itu dapat dilakukan melalui pemanfaatan aplikasi Peduli Lindungi yang sudah masif digunakan warga saat ini. Orang yang melewatkan jadwal vaksinasi dosis dua diperingatkan melalui aplikasi itu.
”Peduli Lindungi pun harusnya ada masa expired (kedaluwarsa) jika tidak mengikuti vaksinasi kedua. Ini bisa mendorong masyarakat untuk tidak melewatkannya,” katanya.
Pengoptimalan vaksinasi membutuhkan penguatan kolaborasi antarkementerian dan lembaga. Selain itu, juga kesadaran masyarakat untuk peduli membangun sistem ketahanan kesehatan secara bersama.
Ede menuturkan, sasaran vaksinasi drop out dapat dicegah jauh-jauh hari karena pemerintah mempunyai data waktu pemberian vaksin dosis pertama. Data tersebut seharusnya diberikan hingga sistem birokrasi terkecil, bahkan tingkat RT/RW.
”Dengan begitu, pengurus RT/RW pun bisa mengingatkan warganya karena mengetahui siapa saja yang belum mendapatkan vaksin dosis lengkap,” ucapnya.
Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad, mengatakan, pemberian vaksin dosis pertama tidak meningkatkan level antibodi yang tinggi. Peningkatan antibodi menjadi signifikan saat disuntik dosis kedua dan booster (dosis penguat).
”Yang pasti mereka (sasaran vaksinasi drop out) tidak terproteksi dari penularan (Covid-19). Tetapi, apakah punya proteksi terhadap dampak keparahan, saya belum dapat data cukup kuat,” ujarnya.
Penelitian efikasi vaksin selama ini dilakukan setelah pemberian dua dosis. Dari sejumlah riset, kata Riris, vaksinasi dosis lengkap, apalagi hingga booster, akan mengurangi risiko keparahan saat terinfeksi Covid-19.
Pemberian vaksin dosis lengkap tidak hanya bergantung pada ketersediaan vaksin, melainkan juga kelancaran distribusinya. Akses vaksin di kota-kota besar cenderung lebih memadai. Tetapi, di sejumlah daerah sering terkendala jarak dan keterbatasan petugas.
”Memaksimalkan vaksinasi harus dari dua pihak. Selain sasarannya mau divaksin, juga perlu memastikan penyuntikan dosis kedua dapat dilakukan tepat waktu. Luasnya daerah di Indonesia terkadang menjadi kendala,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta 2,5 juta sasaran vaksinasi drop out untuk segera mengulangi vaksinasi primer. Ia memastikan stok vaksin mencukupi.
”Untuk yang belum dua dosis (vaksin), segera dilengkapi. Jangan tunggu-tunggu lagi dan pilih-pilih vaksinnya, langsung disuntikkan,” katanya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, sekitar 20 juta orang belum mendapatkan vaksin dosis kedua setelah divaksin dosis pertama dalam kurun waktu 1-5 bulan. Mereka kebanyakan berasal dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sumatera Utara.
Wiku menuturkan, pemerintah berupaya untuk mempercepat vaksinasi dosis kedua. ”Dimohon kepada seluruh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota untuk serius melakukan arahan pemerintah pusat, di antaranya segera melakukan vaksinasi kedua bagi yang kurang dari enam bulan (dari penyuntikan dosis satu) dengan platform vaksin menyesuaikan ketersediaan di daerah masing-masing,” ujarnya.
Vaksinasi disarankan memprioritaskan masa kedaluwarsa vaksin. Selain itu, juga mempertimbangkan stok vaksin jenis tertentu yang diperuntukkan bagi populasi khusus.
Berdasarkan data Kemenkes, sasaran vaksinasi di Tanah Air sebanyak 208,26 juta jiwa. Hingga Jumat pukul 18.00, cakupannya mencapai 90,95 persen untuk dosis satu dan 67,04 persen untuk dosis kedua.
Akan tetapi, capaian vaksinasi di 34 provinsi belum merata. Cakupan pemberian vaksin dosis lengkap di DKI Jakarta, Bali, DI Yogyakarta, dan Kepulauan Riau sudah di atas 85 persen. Namun, di Sulawesi Barat, Aceh, Maluku Utara, Papua Barat, Maluku, dan Papua, capaian masih di bawah 45 persen.