Anak dan lansia jadi kelompok rentan dalam keluarga yang harus dilindungi dari paparan Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA, TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Pekan lalu, Emmanuel Sahelangi (32) terkonfirmasi positif Covid-19. Gejalanya ringan sehingga ia cukup melakukan isolasi mandiri di rumah. Namun, saat ini tidak hanya ia yang terinfeksi. Istri dan anaknya yang masih berusia dua bulan juga terkonfirmasi positif Covid-19 dari hasil tes usap reaksi berantai polimerase (PCR).
Sebenarnya, Emmanuel tidak khawatir karena gejala yang muncul ringan. ”Namun, saya lebih khawatir pada anak. Saya khawatir kalau sampai terkena pneumonia atau sesak napas berat. Di awal penularan, anak saya sempat demam,” tutur warga Tangerang Selatan itu.
Tidak ada perawatan atau obat-obatan khusus yang harus dikonsumsinya. Khusus untuk istri, obat dan vitamin yang diminum memang bisa dikonsumsi oleh ibu hamil. Dokter pun hanya menyarankan agar pemberian air susu ibu (ASI) tetap banyak.
Sementara itu, di Rancaekek, Kabupaten Bandung, Azka Pradhani (30) meriang, Selasa (8/2/2022) malam. Keesokan paginya, tubuhnya menggigil. Suhu badannya 38 derajat celsius.
Azka juga batuk, pusing, dan badannya pegal-pegal. Karena curiga yang dialaminya mirip gejala Covid-19, ia dan anaknya yang berusia 3 tahun melakukan tes antigen. Hasilnya, mereka positif Covid-19. Hasil tes PCR juga sama.
Azka dan anaknya tinggal bersama tiga anggota keluarga lain, yaitu ayahnya (61), ibunya (59), dan adiknya (21). Ia dan anaknya menjalani isolasi mandiri untuk mencegah penularan ke anggota keluarga lain.
Namun, saat melakukan tes antigen, Jumat (11/2/2022) pagi, ayah, ibu, dan adiknya juga terkonfirmasi positif Covid-19.
Azka menuturkan, ayahnya yang sudah mendapatkan vaksin penguat tidak bergejala. Sementara ibunya yang telah divaksin dosis lengkap mengalami batuk ringan.
Ketua Umum Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) Prof Siti Setiati mengatakan, warga lansia (terutama yang mempunyai komorbid) dan anak-anak sangat rentan tertular Covid-19. ”Dua kelompok ini seperti dua kutub. Imunitas lansia mulai menurun, sementara imunitas anak-anak belum terbentuk dengan baik,” katanya.
Siti mengimbau anggota keluarga yang lebih muda lebih proaktif tes Covid-19, terutama saat bergejala atau sedang mobilitas tinggi. ”Orang muda banyak tidak bergejala. Ini sangat menyulitkan. Dia tidak merasakan apa-apa sehingga bebas buka masker di rumah. Padahal, itu berisiko jika berinteraksi dengan lansia,” jelasnya.
Merawat anak
Pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Nastiti Kaswandani, mengatakan, untuk bayi dengan ibu yang juga positif Covid-19, menyusui tetap bisa dilakukan menyesuaikan kondisi ibu. Jika kondisi ibu dan bayi baik, menyusui bisa dilakukan secara langsung. Namun, jika kondisi ibu tidak stabil atau cenderung berat, ASI bisa diberikan dengan cara diperah.
Dalam merawat anak dengan Covid-19, penggunaan obat sebaiknya tidak sembarangan, harus sesuai dengan anjuran dokter.
Jika anak mengalami demam, parasetamol bisa diberikan dengan dosis 10-15 miligram per kilogram berat badan anak yang dapat dikonsumsi setiap 4-6 jam sekali. Sementara konsumsi multivitamin, anak bisa diberi vitamin C, vitamin D3, dan zinc. Dosis yang diberikan harus sesuai dengan usia dan kebutuhan harian. Durasi pemberian pun harus diperhatikan. Obat lain bisa diberikan sesuai anjuran dokter. Meski begitu, orangtua tetap harus mengutamakan untuk memberikan makanan dengan gizi seimbang.
Dua kelompok ini seperti dua kutub. Imunitas lansia mulai menurun, sementara imunitas anak-anak belum terbentuk dengan baik.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menambahkan, hal lain yang juga penting dilakukan ketika isolasi mandiri adalah aktivitas fisik seperti olahraga ringan.
Pemantauan pada anak positif Covid-19 juga perlu dilanjutkan meski sudah dinyatakan sembuh. Hal ini untuk mencegah adanya potensi long covid.