Digitalisasi dan Kecepatan Jaringan Internet Bantu Perkuat Layanan Kesehatan
Digitalisasi layanan kesehatan dapat mengatasi sejumlah permasalahan, seperti kesenjangan sumber daya dokter atau perawat di setiap wilayah. Pada akhirnya transformasi ini akan meningkatkan pelayanan kepada pasien.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemajuan teknologi telah menuntut semua bidang, termasuk layanan kesehatan, untuk bertransformasi. Digitalisasi dan kecepatan jaringan internet merupakan beberapa faktor penting dalam mempercepat transformasi sekaligus membantu memperkuat layanan kesehatan kepada masyarakat.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi daring tentang cara jaringan 5G dan konektivitas internet (IoT) dapat mentransformasikan layanan kesehatan, Kamis (17/2/2022). Diskusi tersebut diinisiasi oleh Asosiasi Sistem Global untuk Komunikasi Seluler-Asia Pasifik (APAC-GSMA).
Kepala Komunitas Industri 5G APAC GSMA Terrence Wong menyampaikan, digitalisasi dalam layanan kesehatan telah dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2005. Hal ini bertujuan sebagai strategi untuk mempromosikan akses layanan kesehatan yang lebih merata, terjangkau, dan universal
Layanan kesehatan yang terkoneksi akan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien di berbagai fasilitas.
”Sejak pencanangan dari WHO tersebut, lebih dari 120 negara telah mengembangkan kebijakan untuk mendukung pengembangan layanan kesehatan digital. Sedangkan dalam ASEAN Digital Master Plan 2025, peningkatan kesehatan digital ditetapkan sebagai salah satu prioritas utama pelayanan publik” ujarnya.
Menurut Terrence, digitalisasi layanan kesehatan dapat mengatasi sejumlah permasalahan, seperti kesenjangan sumber daya dokter atau perawat di setiap wilayah. Bahkan, pada masa pandemi yang menuntut pembatasan sosial, digitalisasi layanan kesehatan sangat diperlukan karena dapat mengurangi kontak fisik dengan orang lain.
Hasil kajian dari Hong Kong Trade Development Council (HTDC) menunjukkan, pandemi Covid-19 semakin menyingkap kebutuhan akan layanan kesehatan digital di Asia Tenggara. Sementara laporan dari Google, Bain and Co, dan Temasek, dalam beberapa bulan pertama tahun 2020, jumlah pengguna aktif bulanan perangkat telemedicine (pengobatan jarak jauh) tumbuh hingga empat kali lipat sebelum pandemi.
Inisiatif mentransformasikan layanan kesehatan negara-negara di Asia Tenggara juga dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk mendorong penggunaan telemedicine di tengah pandemi. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mengampanyekan penggunaan telekonsultasi dan pengiriman obat untuk kasus Covid-19 bergejala ringan.
Pemerintah Malaysia pada Februari 2020 juga telah membentuk portal layanan kesehatan virtual yang bekerja sama dengan pihak swasta. Melalui portal ini, publik bisa mendapatkan akses dan fasilitas konsultasi dengan dokter spesialis secara gratis, termasuk yang berkaitan dengan Covid-19.
Terrence menyatakan, digitalisasi layanan kesehatan yang semakin menjadi pilihan ini harus didukung dengan fasilitas jaringan internet yang memadai, seperti 5G. Jaringan berkecepatan tinggi ini akan semakin meningkatkan kualitas layanan kesehatan, termasuk membangun rumah sakit pusat dan ruang operasi, ambulans terkoneksi, klinik, hingga fasilitas penelitian dan pengembangan farmasi atau obat-obatan.
”Layanan kesehatan yang terkoneksi akan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien di berbagai fasilitas. Teknologi ini memungkinkan transformasi digital yang diperkirakan akan semakin tumbuh hingga tahun-tahun mendatang,” katanya.
Ahli bedah kolorektal di Barts Health NHS Trust yang juga duta konektivitas layanan kesehatan Vodafone Inggris, Shafi Ahmed, mengatakan, digitalisasi dan teknologi telah membantu menyukseskan berbagai operasi bedah. Bahkan, saat ini juga sudah dikembangkan realitas virtual (VR) 5G secara interaktif untuk melihat dan mempelajari tubuh manusia yang digunakan ahli medis ataupun pelajar.
Guna mempercepat peningkatan konektivitas layanan kesehatan ini, Vodafone sebagai perusahaan jaringan telekomunikasi bekerja sama dengan Deloitte meluncurkan Pusat Kesehatan Vodafone. Pusat kesehatan dengan konsep virtual ini memungkinkan setiap orang dapat mengakses layanan kesehatan tanpa perlu hadir secara fisik.
”Pandemi telah menunjukkan pentingnya kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan dan mitra industri untuk membantu mendesain ulang fasilitas yang dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien Konektivitas akan membuat perawatan kesehatan lebih mudah diakses, cerdas, terkontrol, dan berbasis data” ucapnya.