Cegah Penularan Galur Omicron, Masyarakat Diminta Tak Melawat ke Luar Negeri
Pemerintah mencatat 98 persen kasus Covid-19 galur Omicron ditemukan pada pelaku perjalanan luar negeri. Untuk mencegah meluasnya penularan, pemerintah meminta masyarakat untuk tidak melawat ke luar negeri.
JAKARTA, KOMPAS — Penyebaran Covid-19 galur Omicron semakin meluas, telah terdeteksi di 115 negara dengan total kasus mencapai 184.000 lebih. Hingga 26 Desember 2021, kasus konfirmasi Covid-19 varian Omicron di Indonesia telah mencapai 46 dan sebagian besar merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri jika tak benar-benar mendesak.
Pemerintah juga akan terus mengawasi pintu masuk Indonesia. Karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri akan diperketat untuk mencegah penularan. Langkah antisipasi dipersiapkan untuk menghadapi lonjakan kedatangan pelaku perjalanan internasional yang akan diperkirakan terjadi pada awal tahun 2022.
”Jadi, kami sudah melakukan (langkah menghadapi) kontingensi (KBBI: keadaan yang masih diliputi ketidakpastian dan berada di luar jangkauan) atau skenario kedatangan 5.000 lebih (orang) pada masyarakat Indonesia yang kembali dari luar negeri mulai tanggal 1 sampai tanggal belasan (Januari 2022),” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada konferensi pers perkembangan penanganan pandemi Covid-19, di Jakarta, Senin (27/12/2021).
Pemerintah akan tetap memberlakukan karantina 10-14 hari berdasarkan negara asal kedatangan pelaku perjalanan luar negeri. Berbagai perbaikan juga dilakukan untuk mengatasi masalah yang sempat terjadi di bandara ataupun wisma karantina. Tak hanya berkoordinasi dengan cepat, pemerintah juga mengevaluasi kesiapan Bandara Juanda, Surabaya, sebagai alternatif pintu masuk untuk keperluan logistik. Kesiapan tempat karantina untuk para pelaku perjalanan luar negeri juga diawasi.
Baca juga : Antisipasi Penyebaran Omicron, Pintu Masuk Indonesia Diperketat
”Jadi, Surabaya sudah dicek ke lapangan. Dan, nanti sore kami akan cek ulang lagi kesiapannya sehingga nanti (siap) kalau (pelaku perjalanan luar negeri) datang melalui Surabaya karena kita harus bagi. (Hal ini) karena kalau sampai 6.000 (orang) yang masuk di Jakarta itu akan repot karantinanya, jadi akan kita bagi nanti Surabaya dengan Jakarta,” kata Luhut.
Pada kesempatan tersebut, Luhut menuturkan bahwa kasus Covid-19 yang terjadi di Tanah Air masih tergolong rendah. ”Sudah 164 hari kasus tetap rendah sejak puncak kasus varian Delta pada 15 Juli (2021) yang lalu. Dan, hingga saat ini belum terlihat ada indikasi peningkatan kasus akibat gelombang Omicron,” ujarnya.
Hingga saat ini tingkat perawatan di rumah sakit dan tingkat kematian dinilai masih terkendali. ”Namun, saya ulangi sekali lagi, pemerintah tetap super hati-hati dan waspada karena masih banyak ketidaktahuan kita mengenai virus ini,” ujar Luhut.
Namun, saya ulangi sekali lagi, pemerintah tetap super hati-hati dan waspada karena masih banyak ketidaktahuan kita mengenai virus ini.
Pemantauan terhadap kasus Covid-19 dilakukan secara ketat hingga level kabupaten/kota. Pengetatan pembatasan kegiatan masyarakat akan dilakukan ketika kasus harian, kasus aktif, dan kematian sudah melebihi ambang batas tertentu. Setiap hari, Kementerian Kesehatan dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memantau data perkembangan kasus secara ketat.
Di saat bersamaan, pemerintah berupaya memperkuat pengetesan dan pelacakan di Indonesia karena dalam beberapa hari terakhir terlihat ada penurunan. ”(Penurunan ini) karena mungkin di beberapa tempat sudah banyak yang nol sehingga mereka malas melakukan testing. Meski demikian, kami tetap imbau untuk melakukan testing itu karena OTG (orang tanpa gejala) ditemukan banyak sekali dalam Omicron ini, dari 46 kasus yang kami sebut di atas,” ujar Luhut.
Pengetesan dan pelacakan akan membantu dalam mengidentifikasi potensi penyebaran kasus yang cepat dan mengisolasi penyebaran tersebut supaya tidak meluas. Melalui pengetesan dan pelacakan yang kuat, langkah lockdown di level mikro, seperti dilakukan di Wisma Atlet, dapat diimplementasikan seandainya terjadi transmisi lokal varian Omicron yang sudah terdeteksi.
.Baca juga : Kasus Covid-19 Harian Jakarta Tinggi, Repatriasi Jadi Penyumbang
”Jadi, kami melihat sekarang, begitu semua di-lockdown di Wisma Atlet, kelihatan tidak berkembang. Tapi, kami masih belum tahu apakah dari daerah lain ada yang masuk, yang lolos dari sini? Sebab, kemarin ternyata ada satu orang yang lolos dari situ karena pergi dengan keluarganya dan ini kami harapkan tidak terjadi lagi. Jadi, tidak ada permintaan-permintaan dispensasi yang tidak betul-betul ada alasan kuat,” kata Luhut.
Dispensasi, lanjut Luhut, dapat diberikan dengan alasan kuat, misalnya rekomendasi dari dokter terkait dengan kesehatan dan hal-hal mendesak lain. Selain itu, juga ada prosedur yang mesti diikuti dalam dispensasi tersebut.
Kekebalan tinggi
Capaian vaksinasi umum dan warga lanjut usia di Jawa dan Bali terus meningkat. Populasi yang sudah menerima dosis satu dan dua di Jawa-Bali masing-masing telah mencapai lebih dari 80 persen dan 60 persen. Hasil sero survei nasional menunjukkan tingkat kekebalan masyarakat cukup tinggi. Namun, masih terdapat beberapa kabupaten/kota yang tingkat vaksinasinya relatif rendah, kurang dari 50 persen untuk dosis pertama. Karena itu, pemerintah daerah diminta memaksimalkan pemberian vaksin di wilayahnya.
Baca juga : Covid-19 Menjinak, Apresiasi Meningkat
”Pemerintah juga meminta semua daerah agar mempersiapkan kesiapan fasilitas rumah sakit dan isolasi terpusat dari sekarang untuk memitigasi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, penegakan prokes (protokol kesehatan) dan penggunaan (aplikasi) Peduli Lindungi dalam masa Nataru (Natal dan Tahun Baru) harus terus ditingkatkan,” kata Luhut.
Berkat kerja sama semua pihak, Luhut mengklaim Indonesia mampu mengendalikan penularan Covid-19 tetap rendah. Sebagai hasilnya, masyarakat dapat beraktivitas lebih banyak pada pengujung tahun 2021 dan ekonomi diyakini bisa pulih dengan cepat.
”Saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap menjaga agar kasus tetap rendah dan tidak terjadi gelombang baru dengan terus disiplin menjalankan protokol kesehatan dan menggunakan (aplikasi) Peduli Lindungi. Hanya melalui kerja sama semua elemen bangsa, dengan saling mengingatkan dan tidak saling egois terhadap segala bentuk pengabaian protokol kesehatan ini, kita dapat menyelesaikan atau mengendalikan masalah pandemi ini,” ujar Luhut.
Baca juga : Gunakan Basis Data dalam Penetapan Level PPKM
Pemerintah membuat semua kebijakan berdasarkan masukan-masukan dari berbagai pakar. ”Tidak ada yang kami ngarang sendiri, tidak ada yang kami mau sendiri. Adapun mengenai perjalanan ada diskresi kepada eselon satu dan seterusnya, itu diberikan juga berlaku universal, tidak hanya di Indonesia. Kenapa? Karena mekanisme bernegara itu harus tetap jalan, tetapi tentu dengan pengawasan yang ketat,” katanya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan, ada empat strategi yang menjadi fokus dalam menangani pandemi Covid-19. Pertama, protokol kesehatan dengan gerakan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Kedua, surveilans dengan 3T (testing, tracing, treatment) atau TLI (tes, lacak, dan isolasi). Strategi ketiga melalui vaksinasi, dan keempat adalah terapeutik atau perawatan.
”Penting sekali di protokol kesehatan ini, di nomor satu, tidak usah pergi ke luar negeri kalau tidak sangat perlu karena sekarang sumber penyakitnya ada di sana. Dan, semua orang yang kembali kita lihat banyak yang terkena. Jadi, lindungilah diri kita, jangan ke luar negeri,” kata Menkes.
Warga diminta selalu mengenakan masker yang dapat melindungi dari penularan Covid-19 serta disiplin menggunakan aplikasi Peduli Lindungi. ”Saya lihat banyak masyarakat yang masuk mal atau masuk restoran suka lupa pakai. Adalah kewajiban petugas untuk mengingatkan karena ini membantu kami menyaring kalau, misalnya, ada orang yang berpotensi menulari, tetapi tidak disiplin dan masih jalan-jalan ke luar,” kata Menkes Budi.
Pemerintah akan memperketat karantina bagi pelaku perjalanan yang masuk dari luar negeri. Memang menyulitkan, tetapi hanya untuk puluhan ribu rakyat kita yang relatif lebih mampu, yang kemarin memang jalan ke luar negeri. Tetapi, kita harus melindungi 270 juta orang kita yang sekarang kondisinya baik.
Terkait dengan strategi surveilans, 3T atau TLI, Menkes Budi mengatakan bahwa pemerintah akan memperketat karantina bagi pelaku perjalanan yang masuk dari luar negeri. ”Memang menyulitkan, tetapi kami harus melindungi 270 juta orang kita yang sekarang kondisinya baik,” ujarnya.
Masyarakat diharapkan memahami langkah pemerintah memperketat proses karantina kedatangan luar negeri untuk warga negara Indonesia. Ini karena sebanyak 98 persen kasus Omicron ditemukan pada warga Indonesia yang pulang dari luar negeri.
Pemerintah juga akan menyebarkan teknologi baru ke pintu-pintu masuk dari luar negeri sehingga dapat lebih cepat mengidentifikasi Omicron menggunakan tes PCR yang cuma membutuhkan waktu 4-6 jam dibandingkan tes genome sequencing yang 3-5 hari. Pemerintah juga akan mendatangkan 15 mesin genome sequencing baru.
”Mudah-mudahan di awal tahun depan segera datang dan akan kita sebarkan ke semua pulau di Indonesia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua agar tes genome sequencing ini menjadi lebih cepat dan jaringannya menjadi lebih kuat, tidak hanya di Jawa,” ujarnya.
Budi menuturkan arti penting percepatan vaksinasi, terutama bagi kalangan yang berisiko, yaitu warga lanjut usia dan orang-orang yang imunitasnya terganggu. Mereka harus cepat divaksinasi agar tidak tertular oleh varian Omicron. Pemerintah juga sudah menyiapkan rumah sakit, baik menyangkut tempat tidur, obat-obatan, maupun generator oksigen dan konsentrator oksigen.