Layanan Telemedik Jadi Masa Depan Transformasi Layanan Kesehatan
Transformasi layanan kesehatan berbasis teknologi akan digencarkan pemerintah. Layanan telemedik pun jadi ujung tombaknya.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah merencanakan transformasi layanan kesehatan berbasis teknologi agar bisa diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat. Layanan telemedik dinilai tepat untuk mengawali transformasi tersebut.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Rabu (21/4/2021), mengatakan, ia menerima tiga tugas dari Presiden Joko Widodo, yakni menjalankan vaksinasi Covid-19, mengatasi pandemi, dan melakukan transformasi di sektor kesehatan. Transformasi itu mengacu pada penggunaan teknologi untuk layanan kesehatan.
”Ini agar mimpi akan hidup sehat untuk semua orang bisa dicapai. Indonesia dengan ribuan pulau, dengan keterbatasan jumlah dokter, dengan kesulitan geografis, teknologi akan sangat membantu,” kata Budi pada telekonferensi pers yang diadakan Halodoc.
Transformasi layanan kesehatan penting agar bisa diakses seluruh masyarakat. Terlebih, kesehatan dan pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga negara seperti diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945.
Sebelumnya, melalui program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), pemerintah menargetkan tercapainya cakupan kesehatan semesta pada 2019. Cakupan kesehatan semesta, antara lain, memastikan layanan kesehatan untuk publik berkualitas, bermutu, dan mudah diakses (Kompas.id, 31/12/2020).
Baru 82 persen penduduk Indonesia yang terdaftar di program JKN-KIS per 30 November 2020. Padahal, target peserta JKN-KIS pada 2019 adalah 95 persen.
Ini agar mimpi akan hidup sehat untuk semua orang bisa dicapai. Indonesia dengan ribuan pulau, dengan keterbatasan jumlah dokter, dengan kesulitan geografis, teknologi akan sangat membantu.
Menurut Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih, layanan telemedik tepat untuk pemerataan akses layanan kesehatan ke semua masyarakat. Belum lagi perkembangan teknologi merupakan keniscayaan. Transformasi layanan kesehatan berbasis teknologi pun jadi penting.
Daeng menambahkan, penyedia layanan telemedik perlu berkomitmen menjaga keamanan dan kualitas pelayanan, seperti menyediakan dokter yang kredibel, hingga menjamin kualitas obat yang dibeli secara daring. ”Ini akan mendukung program transformasi yang diharapkan pemerintah,” katanya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI) Nurul Falah Eddy Pariang mengatakan, layanan telemedik membantu publik mengakses tenaga kesehatan yang profesional. Ia berharap layanan tersebut juga semakin memudahkan warga membeli produk farmasi berkualitas dan legal.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Kuntjoro Adi Purjanto mengatakan, berdasarkan tren global, rumah sakit akan melakukan digitalisasi. Untuk itu, Ia menganjurkan semua rumah sakit melek teknologi dan berani bertransformasi.
Budi mengajak penyedia layanan telemedik untuk bekerja sama menyediakan layanan kesehatan berbasis teknologi. Kerja sama itu dilakukan, salah satunya dengan Halodoc, untuk layanan vaksinasi Covid-19 tanpa turun (drive-thru). Sebelum divaksinasi, publik bisa mendaftarkan diri via aplikasi. Kerja sama ini akan berlanjut setidaknya hingga akhir tahun ini.
”(Jumlah orang) yang divaksinasi akan sangat banyak di semester II (2021). Ada 92 juta dosis vaksin (Covid-19) di Januari-Juni 2021. Ada 270 juta dosis lagi (yang harus ditangani) di semester II-2021. Kita akan tiga kali lebih sibuk,” tutur Budi.
Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Susi Setiawaty berharap kerja sama antara rumah sakit dan penyedia layanan telemedik akan terjalin. Misalnya, untuk pengadaan layanan vaksinasi Covid-19 tanpa turun (drive-thru).
Optimistis
Ketua Umum Aliansi Telemedik Indonesia (Atensi) Purnawan Junadi optimistis dengan pengembangan layanan telemedik di Indonesia. Selain memudahkan publik mengakses layanan kesehatan kapan pun dan di mana pun, layanan ini juga dinilai lebih aman untuk diakses saat pandemi.
Minat publik terhadap layanan telemedik meningkat selama pandemi. Halodoc mencatat aplikasi mereka diunduh dua kali lebih banyak pada 2020 dibandingkan 2019. Kini ada 20 juta pengguna aktif Halodoc per bulan.
Layanan konsultasi jarak jauh pun diminati. Konsultasi psikologis di Halodoc meningkat 116 persen selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dibandingkan sebelum PSBB. Secara keseluruhan, konsultasi kesehatan jiwa di Indonesia naik 300 persen. Tiga daerah yang paling banyak melakukan konsultasi ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan lebih dari 20.000 dokter, lebih dari 2.000 rumah sakit, lebih dari 4.000 apotek, dan lebih dari 20 perusahaan asuransi. Adapun pertumbuhan Halodoc saat ini 25 kali lipat dibandingkan dengan tiga tahun lalu.
”Terkait transformasi layanan kesehatan, kami akan berkontribusi dengan segala kemampuan yang kami miliki. Kerja sama dengan asosiasi profesi akan sangat penting bagi kami dalam membantu pemerintah,” ucap Jonathan.