Layanan Telemedik Mendorong Keaktifan Warga Berkonsultasi Selama Pandemi
Banyak orang kian mengandalkan konsultasi medis jarak jauh lewat aplikasi telemedik. Hal ini menghemat biaya dan waktu untuk keluhan penyakit ringan daripada harus berlama-lama di rumah sakit.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan layanan medis jarak jauh berbasis teknologi aplikasi atau telemedik mendorong keaktifan orang berkonsultasi dengan dokter selama pandemi Covid-19. Mereka memanfaatkan layanan ini untuk keluhan penyakit hingga konsultasi psikologis.
Sejumlah warga di Jakarta dan Banten mengandalkan sedikitnya satu aplikasi telemedik pada gawai mereka. Sara (28), pekerja di Tangerang Selatan, Banten, mengunduh aplikasi Halodoc untuk konsultasi medis dengan dokter spesialis.
Pekerja yang juga ibu rumah tangga ini punya keluhan penyakit kulit serta gangguan kecemasan selama satu tahun terakhir. Dia cukup nyaman memanfaatkan layanan telemedik, bahkan berkonsultasi lebih rutin setidaknya satu kali dalam sepekan belakangan.
”Kebetulan sebulan ini keluhanku soal gangguan kecemasan dan sakit kepala sering muncul. Dalam berbagai kesempatan, pengalamanku konsultasi lewat telemedik sangat bagus dengan dokter yang tepat. Selain itu, aku memang menghindari berlama-lama di rumah sakit selama pandemi,” jelasnya, Minggu (7/3/2021).
Sepengalaman Sara, efektivitas konsultasi telemedik sangat bergantung pada cara dokter merespons. Hal ini layaknya konsultasi secara tatap muka. Sebagian orang mungkin tidak cocok dengan dokter tertentu, tetapi mungkin cocok dengan dokter lainnya.
Belakangan, Sara juga lebih aktif berkonsultasi karena berbagai promo. Dia merogoh uang sekitar Rp 30.000 untuk 40 menit konsultasi dengan dokter spesialis. Hal ini, menurut dia, sangat menghemat waktu dan tenaga apabila dibandingkan dengan konsultasi tatap muka di rumah sakit yang harus antre.
Lucia (25), warga Jakarta Pusat, juga memanfaatkan promo uang kembali (cashback) pada aplikasi Alodokter untuk mendaftar tes usap polimerase berantai (swab PCR). Layanan itu memudahkan dirinya yang tidak sempat daftar ke lokasi.
Pegawai di salah satu kementerian itu juga mencoba fitur telemedik terbaru untuk konsultasi hewan. Dari aplikasi Halodoc, dia menanyakan ke dokter hewan soal pemberian madu pada kucing. ”Aku disarankan oles madu di sekitar mulut kucing untuk obatin luka di sekitar tenggorokan,” katanya.
Utari (29) merasakan aplikasi telemedik banyak membantu saat dirinya butuh konsultasi darurat. Dia yang kerap kambuhan alergi kulit bisa berkonsultasi pada malam hari. Hal itu mungkin tidak bisa dilakukan apabila harus ke rumah sakit terlebih dulu.
”Sejauh ini konsultasi online cukup membantu untuk keluhan ringan. Tarif yang dikenakan sampai membeli obat juga cukup murah, tidak sampai seratus ribu rupiah. Namun, kalau kondisi parah, saya pasti tetap pergi ke rumah sakit,” jelasnya.
Ramainya penggunaan layanan telemedik itu sejalan dengan catatan para pengembang aplikasi. Penyedia jasa telemedik Halodoc mencatat jumlah unduhan aplikasi meningkat dua kali lipat pada 2020 dibandingkan 2019. Per Maret 2021, ada 18 juta pengguna aktif yang terdaftar. Selain itu, jumlah pembaca artikel di aplikasi tersebut pun naik dua kali lipat.
Chief Marketing Officer Halodoc Dionisius Nathanael menyebutkan, fitur Chat Dokter paling banyak digunakan setahun terakhir. Layanan berbayar ini memungkinkan pengguna menghubungi langsung dokter yang dipilih, kemudian berkonsultasi melalui pesan singkat. Transaksi layanan ini tercatat meningkat 10 kali tahun 2020.
”Kami menambah jumlah dokter untuk siaga 24 jam jika ada yang ingin berkonsultasi soal Covid-19. Selain itu, kami juga menambah 200 psikolog karena banyak pengguna memakai jasa psikolog dan psikiater di aplikasi,” ucap Dionisius.
Adapun kesehatan jiwa jadi layanan yang paling sering diakses di Halodoc. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater mencapai puncak pada periode April-Juni 2020 saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Wakil Menteri Kesehatan Dante Harbuwono menilai tren pemanfaatan telemedik adalah hal positif. Selama pandemi, tren ini juga menghindarkan risiko orang terpapar Covid-19 akibat terlalu lama berada di fasilitas kesehatan (Kompas, 1/3/2021).
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih mengimbau agar orang tidak ragu memanfaatkan telemedik. Hal ini terutama karena dokter yang terdaftar telah berizin praktik. Informasi dan diagnosis dari aplikasi pun dapat dipertanggungjawabkan.
Pemerintah pun mendukung penguatan ekosistem digital telemedik, salah satunya dengan akses internet. Pada kesempatan terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Mira Tayyiba mengatakan, ada 3.126 tambahan fasilitas pelayanan kesehatan yang terkoneksi internet per akhir 2020. Total ada 13.011 fasilitas di seluruh Indonesia yang kini punya akses internet.
Layanan telemedik terkait Covid-19 pun diperluas. Seiring itu, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan 12 perusahaan digital yang terhimpun dalam Aliansi Telemedik Indonesia (Atensi). Kemenkes juga bermitra dengan perusahaan teknologi, seperti Gojek, Halodoc, Grab, dan Good Doctor Indonesia (Kompas, 28/6/2020).