Menagih Komitmen dan Konsistensi Pengendalian Pandemi
Di tengah kondisi Indonesia yang tercatat menempati peringkat kelima dengan penambahan kasus baru terbanyak, ada target ambisius mencapai bebas Covid-19 pada 76 tahun Indonesia merdeka.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
Target ambisius telah ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya pengendalian Covid-19. Itu mulai dari target Indonesia bebas dari Covid-19 pada 17 Agustus 2021 sampai proses vaksinasi yang bisa selesai selama satu tahun.Optiisme tersebut diperlukan tetapi di lain sisi keraguan untuk bisa mencapai target tersebut muncul dari beberapa pihak. Hal itu bukan tanpa alasan. Hampir setahun sejak kasus pertama dilaporkan di Tanah Air, jumlah kasus baru masih tinggi dengan kasus kematian yang juga terus bertambah.
Indonesia tercatat menempati peringkat kelima dengan penambahan kasus baru terbanyak. Penambahan kasus kematian juga menempati peringkat keempat setelah Meksiko, Rusia, dan Polandia
Pada 25 Februari 2021, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan ada 8.493 kasus baru yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan 264 kematian. Dengan penambahan itu, total kasus menjadi 1.314.634 kasus dengan 35.518 kematian.
Secara global, dari data yang diakses dari worldometers.info, Indonesia tercatat menempati peringkat kelima dengan penambahan kasus baru terbanyak. Penambahan kasus kematian juga menempati peringkat keempat setelah Meksiko, Rusia, dan Polandia.
Selain itu, jumlah orang yang diperiksa setiap hari dari proses pelacakan kasus aktif juga belum optimal. Pada 25 Februari 2021, jumlah orang yang dites terkait Covid-19 sebanyak 50.019 orang dalam sehari.
Meski sudah cukup tinggi, pemeriksaan masih harus lebih masif karena tingginya penularan di masyarakat. Dengan jumlah pemeriksaan tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah kasus positif yang ditemukan menghasilkan tingkat persentase kasus positif atau positivity rate sebesar 16,9 persen.
“Suatu wilayah itu dikatakan terkendali jika positivity rate-nya bisa di bawah tiga persen. Dan itu sangat berat untuk diwujudkan dalam waktu yang relatif singkat selama enam bulan ini dengan aksi yang tidak terlalu jelas,” ujar epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman dalam acara bincang-bincang Satu Meja The Forum yang disiarkan langsung di Kompas TV, Rabu (24/2/2021).
Dalam dialog yang dipandu oleh Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo tersebut, tema yang diangkat yakni “Jelang Setahun, Kapan Pandemi Pergi?” Selain Dicky Budiman, hadir narasumber lain seperti Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19 Hery Trianto, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, serta Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Bidang Pembangunan Manusia Kantor Staf Presiden (KSP) Brian Sri Prahastuti.
Menurut Dicky, jika Indonesia ingin mencapai kondisi pandemi yang terkendali, sejumlah indikator harus bisa dipenuhi. Indikator tersebut antara lain, pemeriksaan pada 1 kasus per 10 juta penduduk, tidak ada angka kematian baru, serta kepatuhan protokol kesehatan yang tinggi. Strategi pengendalian pandemi, utamanya berada di sektor hulu, yakni pencegahan, penemuan kasus secara dini, dan pemeriksaan yang masif.
Hal tersebut diperkuat dengan isolasi dan karantina yang memadai. “Ada dua PR (pekerjaan rumah) di negara ini yaitu komitmen dan konsistensi. Dua hal itu harus kita jaga, tidak hanya pemerintah melainkan juga masyarakat, jika mau masalah pademi bisa tuntas,” kata dia.
Berkaitan dengan itu, Hery Trianto mengatakan, target ambisius Indonesia bebas Covid-19 pada 17 Agustus 2021 yang disampaikan oleh Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo sebenarnya untuk menjadi “cambuk” bagi para kepala daerah untuk lebih berinovasi dan bekerja keras dalam menangani pandemi. Strategi khusus juga terus dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
Penerapan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro salah satu strategi yang digalakkan saat ini. Di saat bersamaan, kapasitas testing , pelacakan, dan isolasi juga terus ditingkatkan. Peran publik pun amat dibutuhkan dengan didukung kebijakan yang terukur dan tepat. Dengan begitu, tujuan akhir untuk menekan laju penularan bisa diperoleh melalui indikator-indikator yang sudah tercapai.
Vaksinasi
Herry menambahkan, vaksinasi telah berjalan sebagai strategi lain untuk mengendalikan penularan Covid-19. Sebagai tahap pertama, vaksinasi pada petugas kesehatan sudah dilaksanakan. Pelaksanaan ini terus berlanjut dengan menyasar kelompok prioritas lain, seperti lansia dan petugas layanan publik.
Setidaknya tercatat sebanyak 1,46 juta petugas kesehatan yang sudah mendapatkan vaksinasi pada dosis pertama. Sementara, sebanyak 853.745 petugas kesehatan sudah mendapatkan dosis kedua. Adapun petugas kesehatan yang ditargetkan sebagai sasaran vaksinasi Covid-19 berjumlah 1,46 juta orang.
Siti Nadia mengakui, ketersediaan vaksin menjadi kendala yang dihadapi saat ini. Kondisi itu membuat jumlah sasaran vaksinasi pada tahap pertama dan kedua masih terbatas. Distribusi vaksin pun belum merata. Kini masih terpusat di kota besar.
“Diperkirakan vaksin bisa datang dengan jumlah banyak itu pada bulan September dengan jumlah lebih dari 100 juta dosis. Dengan kondisi itu, kita tentu perlu mengakselerasi sambil meningkatkan jumlah SDM (sumber daya manusia) vaksinator, fasyankes (fasilitas layanan kesehatan), dan berbagai metode untuk pemberian vaksinasi,” ucapnya.
Dengan penambahan ketersediaan vaksin tersebut, Nadia memperkirakan, target sasaran vaksinasi bisa meningkat menjadi sekitar 500.000 sampai 750.000 orang yang disuntik per hari. Harapannya, target 181,5 juta penduduk yang divaksinasi dalam waktu satu tahun bisa tercapai. Target ini penting untuk diperhatikan agar kekebalan komunitas (herd immunity) bisa didapatkan untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19.
Sementara Saleh Daulay menilai, target vaksinasi bisa tuntas selama 12-15 bulan akan sulit dilaksanakan tanpa ada perencanaan yang jelas. Dengan rata-rata 3 juta orang yang divaksinasi dalam satu bulan maka dalam 10 bulan hanya 30 juta orang yang mendapatkan vaksinasi. Itu belum termasuk kendala yang dihadapi seperti distribusi ke daerah yang sulit terjangkau serta masih adanya penolakan masyarakat untuk vaksinasi.
Berbagai kendala ini patut disadari bahwa vaksinasi tidak bisa menjadi peluru perak dalam pengendalian pandemi Covid-19. Di tengah kasus penularan yang mulai melandai di berbagai negara, Indonesia masih harus berjuang lebih keras untuk menekan laju penularan penyakit ini.
Komitmen dan konsistensi menjadi kunci utama yang harus dikedepankan. Pelacakan perlu ditingkatkan tanpa memandang hari libur. Protokol kesehatan juga harus dipatuhi secara ketat oleh siapa pun.