Dana Promosi Pinjol Makin Besar, Keuntungan Meroket Sepuluh Kali Lipat
Perusahaan teknologi finansial yang relatif baru terus berusaha memperkenalkan diri ke masyarakat luas. Anggaran pemasaran yang besar inipun meraup laba yang terus meroket.
Oleh
ALBERTUS KRISNA, SATRIO PANGARSO WISANGGENI, SRI REJEKI
·4 menit baca
Kehadiran perusahaan teknologi finansial atau tekfin tergolong paling akhir dibandingkan dengan lembaga pendanaan konvensional lain. Sebagai pendatang baru, tekfin pun tampak jorjoran mempromosikan diri agar produknya dikenal masyarakat luas.
Analisis Kompas menemukan, ada peningkatan belanja iklan dan pemasaran sejak perusahaan tekfin menawarkan pinjaman online (pinjol) di Indonesia awal 2016. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), porsi alokasi dana untuk iklan dan pemasaran dibandingkan dengan total biaya operasional perusahaan tekfin bahkan menunjukkan tren terus meningkat.
Selama periode Januari-Agustus 2023, rata-rata porsi dana iklan dan pemasaran dari 101 perusahaan fintech lending yang terdaftar di OJK mencapai 34,7 persen, dengan nilai sedikitnya Rp 1,3 triliun atau Rp 13,2 miliar per perusahaan. Angka ini meningkat 6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yang masih 28,7 persen atau Rp 8,6 miliar per perusahaan.
Besarnya porsi anggaran iklan dan pemasaran ini terbukti mampu mendongkrak popularitas pinjaman daring di masyarakat. Hal ini tercermin pada meningkatnya popularitas istilah ”pinjol”, seperti terekam oleh Google Trends sejak Januari 2022 hingga Agustus 2023. Nilai korelasi antara peningkatan anggaran iklan dan popularitas istilah pinjol mencapai 0,92. Angka korelasi ini tinggi mengingat batas korelasi terendah 0 dan paling tinggi 1. Dengan kata lain, pertumbuhan anggaran pemasaran naik beriringan dengan popularitas pinjol di masyarakat.
Anggaran pemasaran yang besar ini berbuah pada meroketnya laba. Data statistik OJK menyebutkan, laba komprehensif seluruh penyelenggara tekfin pendanaan pada Januari 2023 sebesar Rp 50,5 miliar. Dalam waktu delapan bulan atau pada Agustus 2023, nilainya telah menjadi Rp 521,3 miliar. Nilai peningkatan ini lebih dari 10 kali lipat dari keuntungan awal.
Strategi pemasaran
Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah mengungkapkan, sebagian besar perusahaan tekfin pendanaan yang bergerak di bidang pinjaman pribadi atau tunai cenderung melakukan pemasaran secara digital atau digital marketing.
Sebagian besar perusahaan tekfin pendanaan yang bergerak di bidang pinjaman pribadi atau tunai cenderung melakukan pemasaran secara digital atau digital marketing.
Akan tetapi, sebenarnya tiap-tiap tekfin memiliki proporsi ongkos pemasaran dan iklan yang bervariatif, bergantung pada strategi masing-masing dalam mencari pelanggan. ”Ada platform yang tidak banyak mengeluarkan biaya iklan, tetapi mengeluarkan biaya besar untuk agen lapangan,” kata Kuseryansyah.
Secara umum, usia industri tekfin lending yang relatif muda mendorong setiap perusahaan menebar jala seluas-luasnya sampai dapat menemukan ceruk pasar yang sesuai. ”Proses mencari calon pelanggan atau mengayak ini biayanya cukup mahal. Namun, pada akhirnya, besaran ongkos pemasaran ini harus sesuai dengan pencapaian perusahaan itu agar profitabilitas usaha berkelanjutan,” kata Kuseryansyah.
Chief Sales Officer PT Investree Radhika Jaya Salman Baharuddin mengatakan, laiknya perusahaan yang relatif baru sektornya, pengeluaran tinggi untuk marketing dinilainya wajar.
Salman menilai, besarnya biaya iklan dan pemasaran juga bergantung pada target pasar masing-masing. ”Perusahaan dengan target pasar individu yang mengambil pinjaman untuk membeli barang konsumtif, dihitungnya ribuan. Saya bayangkan biaya promosi atau iklannya akan relatif lebih tinggi,” ucap Salman.
Lantaran fokus pada pembiayaan UMKM, ia lebih banyak melakukan pemasaran melalui pendekatan kemitraan dengan ekosistem pelaku usaha. Ia mencontohkan, kemitraan dengan perusahaan rintisan e-fishery yang menaungi ekosistem petambak di Garut, Bandung. dan tahun depan tambah di Danau Toba.
Sementara itu, Chief Marketing Officer PT Danakini Indonesia Hevy Agustina mengaku, pihaknya bersikap moderat dalam menjalankan strategi pemasaran dengan memaksimalkan ekosistem internal yang ada. Danakini lebih banyak melakukan kegiatan pemasaran di toko-toko anak perusahaan induk Grup Kawan Lama. ”Grup Kawan Lama mempunyai toko offline. Hal ini sangat membantu kami masuk ke masyarakat, selain secara online melalui media sosial,” kata Hevy.
Selain gencar beriklan dan promosi, perusahaan tekfin pendanaan mengarahkan strategi promosinya ke sektor konsumsi.
Kompas menganalisis 397 materi promosi yang diambil dari akun resmi Instagram 95 perusahaan tekfin lending berizin OJK. Enam perusahaan lainnya tidak ditemukan akun Instagram-nya. Per 9 Oktober 2023, OJK mencatat ada 101 perusahaan tekfin lending berizin.
Unggahan dapat berupa gambar, video, atau gabungan keduanya. Dengan demikian, jumlah gambar atau video yang dianalisis dari setiap perusahaan tekfin lending bervariasi, dari 10 hingga 51 unit.
Jika mengabaikan materi yang bertema edukasi dan ucapan hari raya, diperoleh hasil 58,9 persen unggahan berkaitan dengan anak muda ataupun perilaku konsumtif. Sisanya, 41,1 persen berkorelasi dengan UMKM ataupun sektor produksi. Bombardir iklan demikian menciptakan lingkungan yang semakin konsumtif.
Diakui Nikki Antonio Saputra, Lead Product and UX Researcher Bank Amar Indonesia (Tunaiku), perilaku berutang dipengaruhi faktor personal dan lingkungan. ”Semakin berusia muda, belanjanya justru untuk yang sekunder dan tersier karena ada tuntutan (media) sosial. Pakaian harus kekinian, gawai terbaru, dan pergi liburan,” kata Nikki.
Ekonom dari Universitas Indonesia, Fithra Faisal, sepakat bahwa paparan iklan perusahaan fintek pendanaan begitu gencar dan masif di media sosial. Padahal, generasi muda, baik milenial (generasi Y) maupun generasi Z, menghabiskan waktu sehari-hari di media sosial.
Menurut dia, OJK harus menertibkan iklan yang masif ini agar generasi muda tak mudah tergiur tawaran pinjaman daring. ”Harus ditertibkan oleh OJK karena gen Y dan gen Z suka sekali menikmati konten di medsos. Padahal, di situ banyak sekali iklan pinjol. Iklan ini leluasa memasuki pikiran subliminal anak muda kalau terpapar itu terus-menerus,” kata Fithra.
Ia mengingatkan bahwa beban pemasaran yang besar pada akhirnya akan dibebankan kepada masyarakat peminjam sebagai biaya administrasi dan semacamnya. ”Ini mengapa ketika pinjam dari pinjol tetap ada ongkos-ongkos lain yang dibebankan kepada konsumen yang membuat kemungkinan gagal bayarnya semakin besar,” kata Fithra.
Tidak boleh ada iklan yang tidak sesuai dengan kondisi atau produk atau jasa yang diberikan, terutama perhitungan bunga
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan mendorong perusahaan tekfin menggunakan iklan yang terbuka dan transparan. Informasi salah bisa menjadi pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Konsumen. ”Tidak boleh ada iklan yang tidak sesuai dengan kondisi atau produk atau jasa yang diberikan, terutama perhitungan bunga,” pesan Semuel.