Obesitas dan Diabetes Intai 1 dari 6 Orang Indonesia
Sebanyak 47,9 juta orang Indonesia terbiasa mengonsumsi gula berlebih. Tanpa diimbangi aktivitas fisik, apabila kebiasaan ini terus berlanjut dapat berkembang menjadi obesitas dan diabetes.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI, ALBERTUS KRISNA, M PUTERI ROSALINA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Tim Jurnalisme Data Harian Kompas membandingkan data konsumsi makanan dan minuman harian dengan total konsumsi kalori harian orang Indonesia pada data mikro Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik (Susenas BPS) tahun 2021. Hasilnya, terdapat 47,9 juta orang atau 17,6 persen dari populasi Indonesia (271 juta jiwa) yang mengonsumsi gula berlebih. Artinya, ada satu dari enam orang Indonesia yang pola makannya meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.
Penduduk dengan konsumsi gula berlebih merujuk pada mereka yang konsumsi gulanya melampaui 10 persen konsumsi kalori harian. Standar konsumsi ideal gula harian sebesar 10 persen dari total kalori harian sesuai panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kebutuhan kalori setiap individu berbeda-beda, berdasarkan tinggi, berat badan, dan aktivitas. Dari data Susenas BPS terlihat, konsumsi kalori orang Indonesia memiliki rentang dari 1.000 hingga 4.500 kilokalori (kkal) per hari. Kebutuhan kalori yang berbeda, mempengaruhi kebutuhan asupan gula.
Contoh, jika seseorang konsumsi kalorinya mencapai 2.000 kkal, maka maksimum gula yang dikonsumsi idealnya hanya 200 kkal atau 50 gram. Bagi mereka yang konsumsi kalori hariannya hanya 1.500 kkal, maka konsumsi gula maksimal hanya 37,5 gram. Setiap 1 gram gula setara 4 kkal.
Terdapat 47,9 juta orang atau 17,6 persen dari populasi Indonesia (271 juta jiwa) yang mengonsumsi gula berlebih. Artinya, ada satu dari enam orang Indonesia yang pola makannya meningkatkan risiko obesitas dan diabetes
Dari data Susenas 2021 juga terlihat orang Indonesia rata-rata setiap hari mengonsumsi makanan dan minuman dengan total energi 2.244 kkal. Jika diilustrasikan, rata-rata konsumsi makanan dan minuman harian orang Indonesia ini setara dengan menyantap satu porsi bubur ayam dan bakwan sebagai sarapan (509 kkal dan 1,24 gram gula) dan segelas teh tawar hangat (2 kkal), makan siang satu paket nasi padang (664 kkal dan 6 gram gula) dan es jeruk (112 kkal dan 20,83 gram gula), lalu pisang goreng dan es kopi susu di sore hari (289 kkal dan 23,92 gram gula), kemudian ditutup dengan makan malam nasi goreng telor kerupuk udang (602 kkal dan 2,86 gram gula).
Untuk menentukan orang dengan konsumsi gula berlebih, Kompas menghitung total konsumsi gula masing-masing orang terhadap 37 komoditas makanan dan minuman manis dari 339.670 sampel responden Susenas 2021. Angka ini lalu dibandingkan dengan data konsumsi kalori harian masing-masing. Apabila total konsumsi gula responden tersebut melebihi ambang batas 10 persen konsumsi kalori hariannya, maka ia digolongkan sebagai orang dengan konsumsi gula berlebih.
Dari hitungan tersebut terdapat 75.939 sampel responden Susenas yang konsumsi gula hariannya berlebih. Jumlah 75.939 sampel responden ini mewakili 47,9 juta orang Indonesia.
Aktivitas fisik rendah
Sementara itu, dari data hasil survei BPS tahun 2021, aktivitas fisik orang Indonesia tergolong rendah. Persentase orang Indonesia yang aktif berolahraga hanya 27,14 persen dari total penduduk Indonesia yang berusia 5 tahun ke atas.
Dalam penelitian skala besar terhadap 717.527 orang di 111 negara dengan total 68 juta rekaman data aktivitas harian yang dilakukan peneliti Stanford University AS pada 2017 juga menunjukkan, orang Indonesia berada di posisi keempat negara dengan aktivitas fisik paling rendah. Hanya orang El Salvador, Honduras, dan Pakistan yang jumlah aktivitasnya lebih sedikit dari orang Indonesia. Studi ini dipublikasikan di jurnal ternama Nature dengan judul Large-scale physical activity data reveal worldwide activity inequality.
Orang Indonesia memiliki rata-rata 3.513 langkah harian atau hanya sekitar separuh (51 persen) dari wilayah dengan rata-rata aktivitas fisik tertinggi yakni Hongkong dengan 6.880 langkah. Di Asia Tenggara pun, orang Indonesia menjadi yang paling malas, di bawah Vietnam (3.643), Brunei (3.823), Myanmar (3.878), Malaysia (3.963), Filipina (4.008), Thailand (4.764), dan Singapura (5.674).
Jika memperhitungkan masyarakat yang mengonsumsi gula berlebih sebesar 47,9 juta orang, lalu ada 73,86 persen orang Indonesia yang malas berolahraga, maka diperkirakan akan ada 34,89 juta orang dengan konsumsi gula berlebih yang berpotensi obesitas. Dengan melihat hasil penelitian berjudul Beyond 2020: Modelling obseity and diabetes prevalence oleh AG Ampofo dan EB Boateng dari University of Newcastle terhadap data obesitas dan diabetes di 183 negara yang menunjukkan bahwa prevalensi obesitas yang berpengaruh pada diabetes berkisar pada angka 18,6 pada 2014 dan naik menjadi 26,2 persen pada 2030, maka dari orang Indonesia yang berpotensi obesitas (34,89 juta jiwa), ada 22,4 persen yang ber prevalensi diabetes pada 2022. Ini artinya ada 7,8 juta orang Indonesia berisiko besar menyandang diabetes namun belum terdeteksi.
Mengkhawatirkan
Pola makan buruk disertai gaya hidup tanpa olahraga menjadi sejumlah faktor yang meningkatkan peluang munculnya penyakit kronis, seperti diabetes. Faktor genetika serta kondisi kolesterol juga akan menambah peluang yang mengarah ke diabetes.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut konsumsi gula orang Indonesia yang berlebih ini mengkhawatirkan. Menurutnya, orang Indonesia sudah cenderung banyak mengonsumsi karbohidrat, utamanya dalam wujud nasi putih dan mie instan. "Yang bahaya adalah kalau kita sudah makan nasi dan kebutuhan karbohidrat, jangan ditambah lagi dengan gula,"kata Budi di Jakarta, Selasa (11/4/2023).
Kekhawatiran utama dari konsumsi gula berlebih adalah peningkatan diabetes yang dikenal sebagai mother of all diseases atau ibu dari semua penyakit. Diabetes dapat memicu komplikasi ke serangan stroke, jantung, dan ginjal. “Khawatir. Sebab, diabetes kalau segera teridentifikasi dini tentu bisa terkendali,” kata Budi.
Yang bahaya adalah kalau kita sudah makan nasi dan kebutuhan karbohidrat, jangan ditambah lagi dengan gula
“Faktor kelebihan konsumsi gula ini, ditambah dengan aktivitas fisik yang minim, dapat mengarah ke obesitas”, ujar Staf Divisi Metabolik Endokrin FKUI/RSCM Dr dr Em Yunir SpPD-KEMD.
Yunir mengatakan, kelebihan konsumsi gula dapat diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik. Menurut Yunir, orang dengan berat badan 60 kg yang kelebihan kalori 200 kkal perhari, bisa diimbangi dengan berjalan 5 kilo meter selama satu jam.