Media sosial kerap kali jadi arena perdebatan antara akun pro dan kontra terhadap sesuatu. Namun, ada kalanya medsos jadi tempat saling menyemangati dan menguatkan di antara orang yang tidak saling kenal, tetapi senasib sepenanggungan. Itulah yang dirasakan sejumlah korban kosmetik bermasalah.
Pemilik usaha kosmetik Valencia Nathania paham betul perasaan macam itu setelah terpuruk akibat serangan jerawat yang hebat di tahun 2017. Itu masa akhir berkuliahnya hingga kemudian lulus dan mencari kerja.
”Terus saya sharing juga di Instagram, ternyata ada beberapa temen yang support saya gitu. Ayo bisa sembuh,” ucap Valen, beberapa waktu lalu.
Jerawat parah 2017 adalah dampak Valen berhenti memakai krim dari sebuah klinik yang sudah dikonsumsi selama enam tahun. Ia awalnya berangan-angan jadi pegawai salah satu perusahaan multinasional bidang fashion. Namun, Valen memutuskan tidak datang wawancara dalam proses seleksi. Jerawat mendera di waktu tak tepat.
Semangat Valen mulai menyala setelah ia mengakses Youtube dan menemukan informasi bahwa jerawat bisa sembuh.
Tekanan bahkan dirasakan di rumah. Setiap kali ada saudara datang, pandangan mata mereka pada wajah Valen menyakiti hatinya. ”Itu bahkan saya keluar kamar pun enggak berani sama sekali. Jadi, saya keluar kamar itu pas udah enggak terlalu banyak orang,” ujarnya.
Semangat Valen mulai menyala setelah ia mengakses Youtube dan menemukan informasi bahwa jerawat bisa sembuh. ”Kan saya pikir, wah, selamanya bakal seperti ini nih,” kata Valen.
Ia lalu juga terpapar konten-konten akun @korbanskincareabal di Instagram. Selain mendapat pengetahuan tentang kosmetik yang aman, ia juga berinteraksi dengan sejumlah pengikut akun yang dibuat Adisty, perempuan asal Bandung. Mereka tidak saling kenal, tetapi pengalaman gagal akibat kosmetik abal-abal mempersatukan mereka.
”Itu yang membuat saya akhirnya kayak berdamai dengan diri saya sendiri. Ya, udah enggak apa-apa sekarang kayak gini nanti bisa sembuh, kok,” kata Valen.
Tidak hanya Valen yang mendapat pengetahuan dari akun Instagram @korbanskincareabal. Akun tersebut juga turut membantu banyak orang lain mendapat informasi terkait produk kecantikan yang aman. Adisty, admin akun tersebut, merasakan keresahan yang sama terkait maraknya produk skincare abal-abal pada 2018.
Akun berpengikut sekitar 50.000 pengguna itu banyak menerima keluh kesah korban produk kecantikan. Adisty sendiri sempat mengalami kesulitan mencari informasi terkait kosmetik yang aman di masa lalu. Hal yang membuat dia jadi korban sebuah produk yang juga tergolong berbahaya menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Sejak awal akun dibuat, selalu saja ada orang yang curhat terkait pengalaman memakai kosmetik berbahaya. Mulai dari krim, masker, toner, hingga losion. Ada banyak produk yang dikeluhkan oleh para korban.
Menurut Adisty, cerita dari sesama pengguna itu membuat orang-orang yang menjadi korban merasa tidak terlalu sendirian. Para korban juga saling menguatkan ketika memperjuangkan agar kulitnya kembali sehat seperti semula.
Kembali percaya diri
Lewat media sosial Instagram, Pitrianti (20) juga menemukan kembali kepercayaan dirinya yang hilang semasa SMA. Kala itu, wajahnya dipenuhi oleh jerawat akibat pemakaian krim abal-abal bernama HN. Perempuan asal Ciamis, Jawa Barat ini pun dijauhi oleh teman-temannya.
Setelah tiga tahun menutup diri dari pergaulan, Pitrianti mulai memberanikan diri untuk bercerita pengalaman kelamnya lewat akun Instagram. Tak disangka, banyak yang berempati dan menyemangatinya untuk sembuh. Pitrianti pun semakin bersemangat membangun kembali relasi sosial dengan lingkungan sekitarnya.
Unggahannya seputar jerawat itu bahkan sempat diunggah ulang oleh sejumlah selebgram. Pitrianti pun mulai bertukar pengalaman dengan selebgram lain yang mempunyai masalah serupa. Dari situ dia semakin sadar tidak sedikit korban dari kosmetik abal-abal yang bernasib sama seperti dirinya.
”Aku sempat cerita juga sama selebgram itu. Dia juga sama, kena dampak (krim) abal-abal juga. Cuma beda mereknya,” ujar Pitrianti.
Hal itu juga memaksa Pitrianti untuk belajar dari pengalaman korban-korban lain. Dia mempunyai bekal untuk lebih berhati-hati dalam memilih produk-produk kecantikan. Salah satunya adalah tidak memercayai produk kecantikan yang menjanjikan hasil instan dan bertarif murah.