Harga Obral Layanan Kecantikan yang Ditebar via Media Sosial
Media sosial memudahkan sejumlah pelaku praktik kecantikan ilegal menggaet calon konsumen. Namun, ada pula yang mempertahankan cara tradisional untuk memikat konsumen baru, yaitu promosi ”dari mulut ke mulut”.
Oleh
FRD/JOG/DIV/SKA/ILO
·5 menit baca
TIM INVESTIGASI KOMPAS
Tangkapan layar pada salah satu promo layanan infus pemutih di media sosial, Sabtu, (19/3/2022). Layanan kecantikan yang ditawarkan ini bukan dikerjakan oleh kalangan medis.
Sebagian penjual layanan kecantikan ilegal gencar memburu pelanggan sejak dari media sosial. Mereka menebar promo paket kecantikan yang lebih murah dibandingkan perawatan klinik dari dokter resmi yang berizin praktik.
Hal semacam itu dilakukan Inah (32). Perempuan asal Bekasi, Jawa Barat, ini memasarkan paket infus pemutih serta beragam jasa perawatan lainnya secara penuh dari sebuah akun Facebook. Inah sigap merespons komentar ataupun pertanyaan yang dilontarkan ke akun medsosnya.
Inah juga sigap saat Kompas bertanya lewat sebuah nomor yang tertera dari medsosnya. Tak butuh waktu lama, dia langsung menanggapi dengan tawaran potongan harga dari Rp 300.000 menjadi Rp 250.000 untuk sekali infus pemutih. Tawaran itu hanya berlaku jika transaksi pada hari itu juga.
TIM INVESTIGASI KOMPAS
Rumah Inah (32) di wilayah Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, saat dikunjungi pada Senin (28/3/2022). Rumah ini menjadi tempat Inah menjalankan layanan kecantikan ilegal.
Inah segera membagikan lokasi lewat Whatsapp. Titik lokasi itu ternyata mengarahkan tujuan ke alamat rumahnya di bilangan Sumur Batu, Bantargebang, cukup tersembunyi di penjuru sebuah kompleks perumahan. Sekilas, rumah bercat merah muda tempatnya tinggal sama sekali tidak terlihat sebagai tempat praktik kecantikan dari luar .
Memasuki ruang tamu,
Kompas
lalu diantar menuju ruangan yang letaknya di sisi paling kanan di dalam rumah. Ruangan itu memiliki dua kasur serta sejumlah alat perawatan wajah. Terdapat sejumlah tiang infus yang terpasang di dekat kasur.
Kepada Kompas, Inah menyebut tempatnya sebagai salon sekaligus klinik kecantikan. Dia berkali-kali menyebut dirinya sebagai bidan yang tergolong orang kesehatan sehingga klien tak perlu khawatir. ”Kalau bukan bidan atau orang kesehatan, enggak akan buka kayak gini (klinik),” katanya.
KOMPAS
Praktik ilegal seperti Windi juga jamak ditemukan di Jakarta dan sekitarnya. Para korban terpedaya cara instan mempercantik diri, ditambah dengan harga yang terjangkau. Tindakan medis kecantikan yang seharusnya hanya bisa dilakukan dokter, justru dijalankan oleh seseorang yang bukan dokter. Bahkan, dilakukan oleh orang tanpa latar belakang medis sama sekali.
Lewat sejumlah percakapan, Inah meyakinkan bahwa obat darinya adalah aman. Paket infus yang ditawarkan berkisar Rp 300.000 hingga Rp 600.000 darinya itu berlogo huruf ”K” merah. Logo tersebut menandakan obat-obat yang Inah tawarkan adalah obat keras yang harus disertai resep dokter. Dia juga menjual pil racikan yang disebutnya sebagai pemutih badan kepada Kompas senilai Rp 380.000 untuk 30 butir.
Perempuan ini mengaku menggunakan sendiri produk ditawarkan ke konsumen. Menurut dia, semakin mahal harga paketnya, semakin tinggi dosis obat pemutih yang digunakan. Khasiatnya pun diklaim semakin ampuh.
TIM INVESTIGASI KOMPAS
Ruangan tempat Inah melakukan layanan kecantikan di rumahnya di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (28/3/2022). Terdapat dua kasur, tiang penyangga infus, serta sejumlah alat perawatan kecantikan di ruang tersebut.
Dia lebih lanjut meyakinkan keampuhan paket lewat sejumlah tangkapan layar berisi testimoni dari para kliennya. Ia juga menambahkan, dari pengalaman pribadi, dia paham bahwa efek samping infuse whitening adalah haus. Kulit juga akan mengelupas.
Sepulang perawatan, Inah rutin menghubungi tiap-tiap pelanggan dengan dalih mewanti-wanti efek samping dari obat. Namun, di samping tujuan itu dia juga kerap menawarkan produk-produk lain kepada konsumen.
Inah mengaku sampai hafal kapan klien harus melakukan perawatan lanjutan, kapan klien mesti minum pil pemutih, dan jadwal klien mesti minum pil. Ia mencatat setiap transaksi yang berlangsung di salonnya.
Media sosial juga menjadi ajang promosi layanan sulam lesung pipi (dimple) oleh Melstudio, salon kecantikan yang berlokasi di daerah Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat. Anehnya ketika Kompas mendatangi salon kecantikan tersebut, sulam lesung pipi ini seakan ”disembunyikan” dari daftar layanan mereka.
TIM INVESTIGASI KOMPAS
Tangkapan layar hari Senin (4/4/2022) pukul 09.48 terhadap unggahan promosi sulam lesung pipi di akun Instagram @melstudiooo. Akun itu milik studio kecantikan Melstudio yang berlokasi di Jalan Raya Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat. Namun, unggahan ini terpantau sudah dihapus pada malam di hari yang sama.
Kompas lalu diarahkan menghubungi admin untuk berkonsultasi dan mengatur jadwal tindakan. Saat kami meminta konsultasi langsung, admin menolak. Konsultasi hanya bisa dilakukan lewat obrolan Whatsapp. Kami juga diminta membayar uang muka sebesar Rp 100.000.
Amel mengakui bahwa dirinya bukan dokter dan mempelajari teknik sulam lesung pipi itu dari kursus.
Pada hari yang telah disepakati, kami kembali ke Melstudio untuk bertemu dengan pemberi layanan. Di sana kami bertemu seorang perempuan mengenakan kaus yang mengaku bernama Amel. Berbeda dengan Inah yang aktif melayani konsumennya, Amel cenderung lebih kaku. Dia ingin segera melakukan tindakan tanpa basa-basi saat kami datang.
Amel mengakui bahwa dirinya bukan dokter dan mempelajari teknik sulam lesung pipi itu dari kursus. Selama ini dia memberikan layanan berpindah dari satu salon ke salon lainnya.
Promosi dari media sosial semacam ini juga pernah ”menghipnotis” Iis Pera (23) untuk melakukan sulam lesung pipi di sebuah studio eyelash extension di daerah Jakarta Selatan. Vera, panggilan akrab Iis Pera, tergiur dengan testimoni before-after yang diunggah oleh admin studio itu.
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI
Seorang klien praktik sulam lesung pipi ilegal, Iis Pera (23), mengunggah video tentang dampak praktik tersebut ke TikTok. Ia menyulam pipinya di sebuah studio sambung bulu mata di Jakarta Selatan. Pipinya bengkak, infeksi, dan bernanah setelahnya.
Selain menampilkan hasil instan yang memukau, harga yang ditawarkan juga relatif murah. Tarif untuk tindakan sulam lesung pipi hanya Rp 600.000. Namun, delapan bulan setelah memakai layanan itu, lesung pipi Vera berubah menjadi bengkak dan bernanah. Pihak studio enggan bertanggung jawab dan justru menyalahkan pola makan Vera.
Mulut ke mulut
Siasat lain dijalankan RR alias Windi (54), transpuan asal Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, yang dikenal sebagai penyedia jasa filler payudara. Bukan dengan cara yang blak-blakan, Windi memanfaatkan testimoni mulut ke mulut dari pelanggannya untuk menggaet konsumen baru.
Rahayu ditemukan tewas dengan kondisi payudara mengeluarkan cairan dan darah di sebuah kamar hotel di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat.
Windi juga mengikat para pelanggannya dengan tawaran yang menarik. Dia menawarkan harga Rp 4 juta bagi konsumen yang menggunakan jasanya lebih dari sekali. Sementara konsumen baru dikenai tarif Rp 8 juta.
FAJAR RAMADHAN
Tersangka kasus penyuntikan filler payudara, Rwinay Rudi (54) alias Windi, saat diinterogasi oleh penyidik Polsek Metro Tamansari Jakarta Barat pada Jumat (18/3/2022).
Siasat ini mampu membuat Windi berkiprah di dunia filler payudara selama 33 tahun. Setidaknya, 2-3 permintaan dia layani setiap bulannya. Permintaan itu tak hanya datang dari Jakarta dan sekitarnya, tapi juga di kota-kota lain seperti Bali.
Rahayu (34), adalah salah satu pelanggan Windi yang memakai jasanya lebih dari satu kali. Setelah disuntik pada tahun 2011, Windi kembali menyuntikkan silikon cair ke payudara Rahayu pada Jumat (18/2/2022). Sehari setelahnya, Rahayu ditemukan tewas dengan kondisi payudara mengeluarkan cairan dan darah di sebuah kamar hotel di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat.
Tim Kompas menelusuri tempat tinggal Windi di sebuah kontrakan di daerah Cikupa. Di sana, tidak ada petunjuk bahwa dia menawarkan jasa kecantikan. Memang ada salon tapi itu milik rekannya sesama transpuan, Rossa (36).
JOHANES GALUH BIMANTARA
Kontrakan di dekat Jalan Raya Serang, Pasir Gadung, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (24/2/2022). Seorang transpuan berinisial RR alias Windi tinggal di sana sebelum ditangkap personel Polsek Metro Tamansari Polres Metro Jakarta Barat. Ia ditetapkan sebagai tersangka setelah menyuntikkan silikon sebagai filler ke payudara Rahayu, yang kemudian tewas.
Menurut Rossa, Windi tidak pernah terbuka ketika dia mendapatkan pesanan filler. Namun teman-temannya paham setiap Windi hendak pergi menyuntik filler, dia selalu membawa sebuah tas biru.
Tawaran bombastis di media sosial atau testimoni meyakinkan dari mulut ke mulut tak harus menjadi penentu utama dalam memilih layanan kecantikan. Memastikan layanan itu diberikan dokter yang kompeten menjadi hal yang lebih penting.