Di sejumlah negara, masyarakat tak lagi percaya pada proses demokrasi yang bebas dan adil.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
STOCKHOLM, KAMIS — Hasil survei menunjukkan warga di banyak negara mengalami krisis kepercayaan terhadap demokrasi, keadilan, dan institusi negara. Mayoritas pemilih di 11 dari 19 negara yang menggelar pemilu tahun 2024 tak percaya bahwa pemilu di negaranya berlangsung bebas dan adil.
Survei tentang persepsi terhadap demokrasi itu diterbitkan lembaga pengawas jalannya pemerintahan, Institut Internasional Demokrasi dan Bantuan Elektoral Internasional (IDEA Internasional), Kamis (11/4/2024). Hasil ini menunjukkan gambaran suramnya persepsi terhadap proses demokrasi dan pemerintahan di banyak negara saat ini.
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap jalannya demokrasi itu ditemukan di antaranya di Amerika Serikat, India, Inggris, Taiwan, dan Uni Eropa. Negara-negara itu menggelar pemilu tahun ini. Dikutip dari laman InternasionalIDEA, hanya 47 persen responden di AS menyatakan yakin pemilu di negaranya berlangsung dengan kredibel.
Di Taiwan, masyarakat yang yakin terhadap proses pemilihan presiden tahun 2024 tak sampai 40 persen. Padahal, banyak ahli menilai pilpres Taiwan kredibel dan berkualitas. Sementara Pakistan berada di posisi terbawah dengan hanya sekitar 17 persen responden yang percaya pemilu negaranya bebas dan adil.
”Negara-negara demokrasi harus menanggapi skeptisisme masyarakat, baik dengan memperbaiki tata kelola pemerintahan maupun dengan memerangi budaya disinformasi yang semakin berkembang, yang telah mendorong tuduhan palsu terhadap pemilu yang kredibel,” kata Sekretaris Jenderal International IDEA Kevin Casas-Zamora.
Negara-negara demokrasi harus menanggapi skeptisisme masyarakat, baik dengan memperbaiki tata kelola pemerintahan maupun dengan memerangi budaya disinformasi.
Survei tersebut dilakukan antara Juli 2023 dan Januari 2024 di 19 negara dengan 1.500 responden di tiap negara. Negara-negara itu, antara lain, AS, Brasil, Chile, Kolombia, Gambia, Irak, Italia, Lebanon, Lituania, Pakistan, Romania, Senegal, Sierra Leone, Korea Selatan, dan Tanzania.
Di sebagian besar negara yang disurvei, kelompok minoritas dan masyarakat berpendapatan rendah cenderung tak percaya pada pemilu. Sebagian besar dari responden tak percaya pemilu di negaranya berlangsung bebas dan adil. Hal ini ditemui, di antaranya, di Irak, Pakistan, Romania, dan Kepulauan Solomon.
Tak puas pada negara
Survei International IDEA juga menunjukkan tingginya ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah mereka. Di 17 dari 19 negara yang disurvei, mayoritas menyatakan tidak puas pada pemerintahnya.
Sama dengan pemilu, ketidakpuasan ini terutama disuarakan responden dari kelompok minoritas dan masyarakat berpendapatan rendah. Banyaknya warga yang tak puas pada pemerintah ini bahkan juga ditemukan di negara-negara yang pemerintahnya dianggap berkinerja tinggi.
Hanya India dan Tanzania yang mayoritas masyarakatnya merasa puas dengan pemerintanya. Kepuasan India mencapai 59 persen, sementara Tanzania 79 persen. Di sembilan negara, responden dari kelompok minoritas cenderung merasa sangat tidak puas terhadap pemerintah mereka.
Di bidang hukum, warga juga kehilangan kepercayaan pada akses memperoleh keadilan di negara mereka. Hanya di Denmark yang lebih dari 50 persen responden masih yakin pengadilan di negaranya selalu, atau setidaknya sering, memberikan akses keadilan ke warga.
Di 18 negara lainnya, keyakinan untuk memperoleh keadian di pengadilan itu tak sampai 50 persen. Di posisi kedua adalah Lituania, dengan hanya 34 persen responden yang menyatakan masih percaya keadilan di pengadilan negaranya.
Di 17 negara lain, warga yang masih percaya bahkan tak sampai 30 persen. Di urutan terendah, antara lain, Italia, Lebanon, dan Pakistan, dengan jumlah warga yang yakin tak sampai 10 persen. Adapun persentase terendah ditemukan di Kolombia dengan hanya 7 persen responden yakin terhadap pengadilan. Artinya, 93 persen responden di Kolombia menyatakan tak yakin atas pengadilan yang layak di negara itu.
Lelah
Survei berbeda yang diselenggarakan pusat penelitian Pew Research menunjukkan, masyarakat AS lelah dengan politik di negaranya. Sebagian besar masyarakat AS juga mengatakan tak puas dengan pilihan kandidat presiden mereka. Sebanyak 28 persen warga tidak menyukai salah satu dari dua partai politik besar di AS. Jumlah ini meningkat empat kali lipat dari 30 tahun lalu.
Akibatnya, banyak warga AS juga merasa tak punya pilihan dalam Pilpres 2024. Pada November tahun ini, pilpres AS sudah hampir pasti mempertemukan kembali petahana dari Partai Demokrat, Presiden Joe Biden, dengan mantan presiden dari Partai Republik, Donald Trump.
Morris Fiorina, ilmuwan politik di Universitas Stanford, mengatakan, politisi tidak fokus pada prioritas masyarakat. Mereka hanya fokus pada isu-isu tertentu. ”Meski begitu, kebanyakan orang Amerika akan menahan diri dan memilih dari dua partai yang ada,” katanya seperti dikutip dari The New York Times. (Reuters)