Australia Keberatan Penambahan Anggota, Jepang Perkuat Pilar II AUKUS
Jepang akan mendorong perkuatan Pilar II pakta pertahanan AUKUS. Jepang juga akan memperkuat Filipina di LCS.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Tiga negara anggota aliansi militer AUKUS, yakni Australia, Inggris dan Amerika Serikat mempertimbangkan mengikutsertakan Jepang dalam kerja sama pertahanan tersebut. Potensi ini terbuka lebar dengan dimulainya konsultasi antara tiga negara tersebut dengan Jepang, meski tidak menutup kemungkinan masuknya negara lain sebagai tambahan.
Potensi melibatkan Jepang di AUKUS akan dibahas Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida yang tengah berkunjung ke AS. Kishida tida di AS pada Senin (8/4/2024). Sementara itu pertemuan Biden dan Kishida dijadwalkan digelar pada Rabu (10/4/2024). Jepang tampaknya akan diminta untuk melakukan perbaikan di beberapa sektor, termasuk diantaranya adalah pertahanan siber dan aturan kerahasiaan yang lebih ketat.
Dalam sebuah pernyataan bersama, ketiga negara secara tegas menyebut potensi memasukkan Jepang dalam aliansi keamanan mini itu khusus untuk memperkuat Pilar II. Pilar yang dimaksud adalah kemampuan teknologi lanjutan, termasuk diantaranya komputasi kuantum, teknologi bawah laut, hipersonik, kecerdasan buatan dan teknologi siber. Sementara, Pilar I adalah pembuatan dan pengiriman kapal selam bertenaga nuklir dari AS dan Inggris ke Australia.
“Menyadari kekuatan Jepang dan kemitraan pertahanan bilateral yang erat dengan ketiga negara tersebut, kami sedang mempertimbangkan kerja sama dengan Jepang dalam proyek kemampuan lanjutan Pilar II AUKUS,” kata AUKUS dalam pernyataannya yang keluarkan Pemerintah Inggris.
Ketiga negara mengakui bahwa mereka ingin melibatkan lebih banyak negara untuk mendukung pakta keamanan ini dalam Pilar II, terutama yang berkaitan dengan inovasi teknologi, pembiayaan, kekuatan industri, kemampuan perlindungan data hingga informasi sensitif yang memadai.
Akan tetapi, tak mudah bagi Jepang untuk ikut terlibat dalam AUKUS. BIll Greenwalt, mantan pejabat senior Pentagon, mengatakan terlalu dini untuk membahas keterlibatan Jepang.
“Jika kita tidak dapat berintegrasi dengan Inggris dan Australia dalam hal penting seperti AUKUS, maka tidak ada peluang untuk melakukan hal yang sama dengan Jepang yang aparat keamanannya masih dalam mode masa damai dan belum matang,” kata Greenwalt, yang kini menjadi peneliti senior AUKUS American Enterprise Institute.
Wakil Menteri Luar Negeri A.S. Kurt Campbell, arsitek utama kebijakan Indo-Pasifik A.S. dan pendukung perluasan Pilar II AUKUS, mengatakan pekan lalu bahwa A.S. mendorong Jepang untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi kekayaan intelektual dan meminta pertanggungjawaban pejabat atas rahasia negara. “Ada perubahan di Jepang. Tapi, tidak semuanya,” kata Campbell.
Sikap Australia
Australia yang menjadi objek utama AUKUS, terutama karena posisinya yang vis-a-vis dengan China di Laut China Selatan dan Pasifik Selatan, menyebut tidak ada rencana penambahan anggota baru pakta pertahanan itu. PM Australia Anthony Albanese memuji Jepang sebagai salah satu mitra dekat tiga negara anggota AUKUS. Akan tetapi, hal itu berbeda ketika berbicara soal penambahan anggota baru.
“Apa yang diusulkan adalah melihat Pilar II AUKUS, melihat kerja sama berbasis proyek. Jepang adalah kandidat yang tepat untuk mewujudkan hal itu. Yang tidak diusulkan adalah perluasan keanggotaan,” kata Albanese.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengulang kembali pernyataan Albanese. Jepang akan bekerja sama dengan AUKUS dalam proyek teknologi tertentu, tapi tidak akan bergabung dalam pakta tersebut.
Menurut sumber di kalangan diplomat, Canberra khawatir penambahan anggota baru akan mempersulit Australia untuk mendapatkan kapal selam bertenaga nuklir dari Inggris dan AS. Penambahan anggota baru juga dipandang sebagai pengalih perhatian.
Seorang pejabat pemerintah Jepang kepada Reuters mengakui bahwa diskusi soal keanggotaan Jepang kemungkinan besar tidak akan diterima tidak hanya oleh Australia, akan tetapi juga oleh Inggris, hingga pakta keamanan ini memperoleh hasil nyata kerja sama militer tersebut.
“Membicarakan penambahan jumlah anggota ketika AUKUS belum mencapai hasil apa pun hanya akan mengganggu kerangka kerja sama yang menjadi landasannya,” kata pejabat yang enggan disebutkan namanya itu.
Dalam hal keamanan, Jepang memiliki kerja sama yang dengan dua anggota AUKUS, yakni Australia dan AS, di bawah payung Quad. Meski tidak pernah diumumkan secara resmi, Quad dipandang kerja sama keamanan untuk membendung pengaruh China di Asia Timur hingga Selatan. India termasuk di dalam kerja sama ini.
Jepang sendiri memiliki sejarah hubungan kerja sama keamanan yang lama dengan AS setelah Perangperang dunia II. Saat ini, terdapat 54.000 personel militer AS yang ditempatkan di Jepang, sebagian besar berada di wilayah Okinawa.
Kehadiran militer AS di Asia Timur menjadi sangat penting seiring meningkatnya ketegangan dengan China dan Korea Utara. Dinamika di kawasan selama beberapa tahun terakhir membuat Jepang memutuskan untuk meningkatkan belanja pertahanannya, khususnya untuk belanja perlatan tempur yang dinilai memiliki daya gedor besar pada rivalnya di kawasan, khususnya China dan Korea Utara.
Di bawah Kishida, Jepang berjanji untuk melipatgandakan belanja pertahanan menjadi dua persen dari produk domestik brutonya. Hal ini membuat Jepang menjadi negara pembelanja militer terbesar ketiga di dunia. Rencananya termasuk memperoleh ratusan rudal jelajah yang dapat menyerang sasaran sejauh 1.000 km (620 mil).
Dukungan untuk Filipina
Selain menjamu Kishida, Biden juga dijadwalkan akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral AS-Jepang-Filipina. Rencana ini telah diungkapkan Kishida jelang keberangkatannya, Jumat pekan lalu.
“Kerja sama yang erat antara Jepang, AS, dan Filipina sangat penting untuk terciptanya tatanan yang bebas dan terbuka berdasarkan supremasi hukum dan kemakmuran ekonomi di kawasan,” kata Kishida.
Sama seperti Jepang, China menjadi “duri” bagi kedaulatan wilayah Filipina, terutama di Laut Filipina barat. Berulang kali kapal-kapal nelayan atau Angkatan Laut Filipina bersitegang dengan kapal penjaga pantai China. Hal ini menjadi perhatian AS dan sekutunya, termasuk Jepang.
Tahun lalu, Jepang mengirimkan radar pertahanan udara ke Filipina dan kini tengah merundingkan perjanjian akses timbal balik yang akan memudahkan pasukan Jepang untuk berlatih di sana. Bersamaan dengan pertemuan tiga kepala negara, Filipina mengumumkan bahwa kapal perang A.S., Jepang, Australia dan Filipina berlatih bersama di Laut China Selatan. Latihan ini disebut sebagai dukungan bagi kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Campbell mengatakan, Biden, Kishida dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr diperkirakan akan mengumumkan sejumlah langkah kerja sama dan bahkan produksi bersama peralatan militer dan pertahanan. (AP/AFP/Reuters)