VinFast dan Cerita Keberanian Vietnam Mendobrak Panggung Otomotif Global
Baru berdiri 2017, perusahaan otomotif Vietnam, VinFast, menetapkan Amerika Serikat sebagai target pasar asing pertama.
VinFast, pemain baru dalam pasar otomotif global dan produsen kendaraan listrik asal Vietnam, Kamis (15/2/2024), mengumumkan pencapaiannya. Mereka mengatakan telah mengirimkan 35.000 kendaraan listrik ke tangan konsumen global. Angka ini meleset dari target awal, yakni 50.000 unit.
Wakil CEO Penjualan dan Pemasaran VinFast Tran Mai Hoa dalam sebuah pernyataan menyebut, perbedaan kecepatan adopsi teknologi kendaraan listrik di setiap negara atau wilayah berdampak pada penjualan mereka.
Selain memasarkan produknya di Vietnam, VinFast memasukkan Amerika Serikat sebagai pasar asing pertama incaran mereka. Untuk memuluskan rencana itu, setahun setelah VinFast berdiri tahun 2017, manajemen memutuskan untuk mengembangkan sayap dengan mendirikan pabrik di ”Negeri Paman Sam”. Dana sebesar 4 miliar dollar AS telah disiapkan dari kantong pendiri VinFast, Pham Nhat Vuong.
Akan tetapi, rencana tersebut diundur. Jika rencana semula pabrik yang berlokasi di North Carolina itu akan berproduksi tahun 2024, kini pabrik itu direncanakan mulai berproduksi tahun 2025. Untuk sementara waktu, semua model yang ada di pasar AS dikirim dari pabrik utama VinFast di Vietnam.
Tak tanggung-tanggung, untuk memuluskan niatnya menjadi salah satu pemain otomotif global, VinFast berencana mengembangkan sayapnya di India dan Indonesia, dua pasar otomotif potensial. Pertengahan Januari lalu, Presiden RI Joko Widodo telah mengunjungi pabrik mereka di Vietnam. VinFast juga dikabarkan telah mempersiapkan dana sekitar 1,2 miliar dollar AS untuk membangun pabrik di Indonesia.
Baca juga: Produsen Kendaraan Listrik Vietnam, VinFast, Siap Berinvestasi di Indonesia
Sementara untuk pasar India, VinFast menyiapkan dana 2 miliar dollar AS, termasuk untuk pembangunan pabrik di Negara Bagian Tamil Nadu. Pabrik ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi hingga 150.000 unit per tahun.
Berawal dari mi instan
Meski keberuntungan belum berpihak dalam hal penjualan, VinFast telah membuat para pesaingnya terbelalak. Valuasi mereka pascaperdagangan saham perdana di bursa Nasdaq, Agustus 2023, menembus angka 190 miliar dollar AS. Valuasi ini melebihi valuasi perusahaan otomotif legendaris, seperti Volkswagen, Ford, atau General Motors, yang angka penjualannya sudah menembus jutaan unit.
VinFast hanyalah satu dari puluhan bisnis di bawah payung Vingroup yang juga didirikan Pham Nhat Vuong. Belajar ilmu bumi di Moskwa, Rusia, Pham semula menemukan jalannya di bisnis makanan dengan membuat mi instan di Ukraina yang diberi nama Mivina.
Baca juga: Mobil-mobil Jepang dan Kecintaan Warganya pada Filosofi Shinto
Tahun 2010, perusahaan itu diakuisisi oleh Nestle. Pham mengantongi uang cukup banyak, yakni sekitar 150 juta dollar AS. Dia memutuskan pulang ke Vietnam dan mengembangkan bisnis di kampung halamannya.
Di Vietnam, Pham berinvestasi di bidang properti dan real estat. Proyek properti pertamanya adalah membangun resor Vinpearl dan terus berkembang, mulai dari menara perkantoran hingga pusat perbelanjaan dan perumahan.
Dia juga mengembangkan bisnisnya ke bidang lain, antara lain hiburan, ritel, kesehatan, pendidikan, dan teknologi, termasuk industri teknologi telekomunikasi. VinHomes, VinSchool, VinAI hingga VinBrain adalah beberapa nama perusahaan di bawah payung Vingrup.
Baca juga: Presiden Bahas Rencana VinFast Bangun Pabrik di Indonesia
Tapi, Pham memutuskan meninggalkan industri gawai pintarnya pada tahun 2021 dan memfokuskan diri pada pengembangan kendaraan listrik untuk pasar global di bawah bendera VinFast yang didirikannya tahun 2017.
Valuasi VinFast pascaperdagangan saham perdana mereka di bursa Nasdaq, Agustus 2023, menembus angka 190 miliar dollar AS. Valuasi ini melebihi valuasi perusahaan otomotif legendaris, seperti Volkswagen, Ford, atau General Motors.
Seperti dilansir Financial Times, Agustus 2023, kelompok usaha Vingroup membukukan pendapatan 130,5 triliun dong atau sekitar 5,4 miliar dollar AS. Kelompok usaha Vingroup memiliki 51.200 karyawan dan dipandang setara dengan berbagai kelompok usaha besar lain di Asia, seperti SK Group dari Korea Selatan dan GIC dari Singapura. Kekayaan Pham saat ini ditaksir mencapai 60 miliar dollar AS.
Kendaraan listrik
CEO VinFast Le Thi Thu Thuy mengatakan, keinginan Pham adalah menjadikan produk mereka berkualitas dan bisa diakses oleh semua kalangan. ”Misi kami ialah membuat kendaraan listrik dapat diakses oleh semua orang,” kata Le, dikutip dari laman Forbes India.
Guna mendukung upaya itu, Pham merogoh koceknya hingga 10 miliar dollar AS untuk mengembangkan produk kendaraan VinFast. Le mengatakan, apa pun kebutuhan untuk pengembangan VinFast, kelompok bisnis Vingroup dan Pham selalu mendukung.
Target penjualan mereka ambisius, yakni mampu menjual 1 juta kendaraan listrik dalam kurun waktu enam tahun secara global. Bandingkan dengan Tesla yang membutuhkan waktu 17 tahun untuk bisa mencapai angka tersebut.
Baca juga: BYD Merebut Mahkota Tesla
Untuk mendukung ambisinya, VinFast bekerja sama dengan perusahaan otomotif Jerman, BMW, mengembangkan platform dan mesin kendaraannya. Seperti dilansir laman Automotive News Europe, selain menggandeng BMW, VinFast juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, seperti ZF Friedrichshafen, Magna International, dan Pininfarina. Nama yang terakhir adalah perusahaan otomotif yang dikenal sebagai produsen hypercar Italia.
Baca juga: Melihat Perkembangan Terkini Kendaraan Elektrik
Beberapa petinggi perusahaan itu juga membantu mengembangkan desain dan produk kendaraan listrik VinFast. Sebut saja Michael Lohscheller, mantan CEO Opel yang telah memiliki pengalaman di industri otomotif lebih dari dua dekade.
Selain itu, ada Jeremy Snyder yang membantu Elon Musk dengan proyek pengembangan kendaraan listrik Tesla. Dia ditempatkan sebagai chief growth officer untuk pasar AS.
Keduanya memang tak bertahan lama. Desember 2021, Snyder hengkang dari perusahaan ini. Akan tetapi, menurut dia, VinFast berada pada jalur pengembangan yang tepat.
”Fasilitas manufaktur mereka canggih. Mereka belajar dengan sangat cepat dan beradaptasi dengan sangat cepat. Benar-benar ada peluang bagi perusahaan untuk mengejutkan orang-orang,” kata Snyder.
Tantangan
Namun, tak mudah bagi produk VinFast untuk menembus pasar AS yang besar. Sejauh ini mereka telah memperkenalkan beberapa jenis kendaraan listriknya, mulai dari VF6, VF9, hingga VF 8, ke sejumlah negara, mulai dari Eropa hingga AS.
Secara desain, produk-produk VinFast mendapat pujian atas penampilannya berkat desainer Italia, Pininfarina, yang membantu menciptakan mobil sport ikonik, seperti Ferrari 458 Spider. Namun, berbagai ulasan negatif mengenai kualitas produk dan kenyamanan berkendara menjadi kabar yang kurang sedap bagi pemain baru ini.
Di AS, penjualan mid-SUV VF 8, model pertama, terdampak oleh penarikan kembali (recall) pada Mei 2023, selang dua bulan setelah penjualan dimulai. Le, seperti dikutip Forbes India, mengatakan bahwa penarikan kembali dan ulasan itu mereka manfaatkan untuk memperbaiki kualitas produk.
VinFast menyebut, mereka secara sukarela menarik kembali kendaraan untuk memperbaiki kesalahan perangkat lunak setelah Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS memperingatkan bahwa kelemahan itu bisa meningkatkan risiko kecelakaan. ”Kami telah merilis pembaruan perangkat lunak yang meningkatkan (produk) secara signifikan,” kata Le.
Baca juga: Mobil Listrik, Beda Gaya antara Toyota dan General Motors
Dalam siaran pers akhir Oktober 2023, VinFast mengatakan, ”Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan telah memperkenalkan sejumlah peningkatan pada SUV listrik VF 8 yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman berkendara bagi pelanggan.”
Walau begitu, VinFast pantang surut. Le mengatakan, pengalaman itu menjadi masukan bagi mereka untuk memperbaiki kualitas produknya. Le juga meyakini mampu mengirimkan 50.000 kendaraan tahun ini. ”Kami memiliki beberapa model yang siap diluncurkan secara global dalam beberapa bulan,” katanya.
David Byrne, analis firma riset Third Bridge di Hong Kong, mengatakan bahwa VinFast akan membutuhkan waktu untuk bisa menarik calon konsumen, termasuk di wilayah Amerika Utara dan Eropa. ”Butuh waktu lama untuk mendapatkan pengakuan meski melakukan semuanya dengan baik,” ujar Byrne. (AP/AFP)