Pertikaian Zelenskyy dan Panglima Militernya Makin Persulit Posisi Ukraina
Sebuah makalah yang ditulis Jenderal Valerii Zaluzhnyi memicu keretakan hubungan sang jenderal dan Presiden Zelenskyy.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
KYIV, SABTU — Desas-desus pemecatan Pangima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valerii Zaluzhnyi makin santer setelah beredar kabar perbedaan pandangan antara dia dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Bahkan, Pemerintah Amerika Serikat telah diberi tahu rencana pemecatan Zaluzhnyi.
Kabar keretakan di Kyiv ini bisa memberi keuntungan bagi militer Rusia untuk menekan posisi pasukan Ukraina di beberapa medan pertempuran. Zaluzhnyi selama ini dianggap sebagai sosok pemersatu ratusan ribu petempur Ukraina. Perang yang diawali dengan invasi Rusia ke Ukraina saat ini telah memasuki tahun ketiga.
Mengutip beberapa sumber, kantor berita AFP, Jumat (2/2/2024), melaporkan bahwa Kyiv telah memberi tahu Gedung Putih bahwa mereka berencana memecat Zaluzhnyi. Akan tetapi, pemecatan itu ditunda karena mereka masih mempertimbangkan sosok penggantinya.
Sumber lain menyatakan bahwa Gedung Putih tidak bersikap atas informasi tersebut. ”Tanggapan Gedung Putih adalah bahwa kami tidak mendukung atau menolak. Gedung Putih menyatakan bahwa Ukraina berhak mengambil keputusan karena itu merupakan kedaulatannya sendiri atas urusan personelnya,” lanjut sumber tersebut.
Sumber lain yang dekat dengan kantor Kepresidenan Ukraina menyebut, para pejabat AS telah mengirim pesan pada Pemerintah Ukraina bahwa Washington tidak menentang pemecatan Zaluzhnyi. ”AS tidak keberatan jika Ukraina memecatnya,” kata sumber itu.
Pecah kongsi
Sejak akhir tahun lalu, desas-desus perpecahan Zelenzkyy dan panglima perang utamanya, Zaluzhnyi, sudah beredar luas. Seperti dilaporkan media AS, The New York Times, perpecahan antara keduanya menyeruak setelah tulisan Zaluzhnyi dalam sebuah makalah menyebutkan perang tak akan bergerak ke mana-mana alias buntu, kecuali militer Ukraina menerima bantuan persenjataan yang lebih canggih tanpa henti dari sekutu-sekutu Barat-nya.
Zelenskyy tidak berkenan dengan tulisan tersebut. Ia pun menegur sang jenderal dan sekaligus menyangkal bahwa ada kebuntuan atas tindakan militer Ukraina.
Sebaliknya, Zelenksyy menilai Zaluzhnyi tidak berhasil memanfaatkan bantuan militer yang diberikan sekutu-sekutu Barat untuk mendapatkan hasil yang maksimal, khususnya ketika melakukan serangan balik atau serangan balasan. Zelenskyy, seperti dikutip laman NBC, secara terbuka mengkritik Zaluzhnyi atas minimnya rencana dan strategi perang yang bisa membuat Ukraina mengungguli Rusia.
Selain itu, Zaluzhnyi dan Zelenskyy juga berbeda pendapat soal opsi penambahan pasukan sebanyak 500.000 orang. Zaluzhnyi berpendapat, penambahan itu untuk mengimbangi militer Moskwa yang bisa tanpa henti merekrut sebanyak mungkin anggota militer. Sebaliknya, yang dialami Ukraina adalah kekurangan jumlah pasukan dan teknologi militer yang bisa mengimbangi Moskwa.
Situasi ini dinilai Zaluzhnyi sebagai ketidakmampuan lembaga di negaranya untuk meningkatkan sumber daya manusia bagi Angkatan Bersenjata Ukraina. Bagi Zelenskyy dan para pendukungnya, ini sebuah sebuah tikaman kepada pemerintah.
Desakan mundur itu ditolak Zaluzhnyi. Sang jenderal tidak mau meninggalkan jabatannya.
Seorang pejabat Ukraina di Eropa, kepada kantor berita Associated Press, mengatakan, Zelenskyy dan Zaluzhnyi telah bertemu empat mata pada awal pekan ini dan berbicara terbuka satu sama lain. Dalam kesempatan itu, sumber AP tersebut juga menyatakan bahwa Zelenskyy secara terang-terangan meminta Zaluzhnyi mundur jika mereka tidak bisa mencari titik tengah dalam menghadapi persoalan yang kini tengah dihadapi Ukraina.
Akan tetapi, desakan mundur itu ditolak Zaluzhnyi. Sang jenderal tidak mau meninggalkan jabatannya.
Kantor Kepresiden Ukraina menolak menjawab saat diminta komentar hal tersebut. Demikian pula kantor Zaluzhnyi.
Efek bagi moral pasukan
Oleksii Haran, Direktur Penelitian Yayasan Inisiatif Demokratir Kyiv, mengatakan, meski memiliki hak untuk mengganti Zaluzhnyi, dirinya menyarankan agar tindakan itu diperhitungkan dengan matang.
”Kita tahu bahwa jika Zaluzhnyi dipecat sekarang, hal itu akan digunakan untuk bahan Rusia dan juga akan digunakan oleh kekuatan-kekuatan, termasuk pihak-pihak di dalam AS, yang ingin menunda pasokan senjata ke Ukraina. Jadi, ini bukan hal yang baik," kata Haran.
Christopher Tuck, pakar konflik dan keamanan di King’s College London, mengungkapkan hal yang sama. Desas-desus itu akan merugikan, tidak hanya moral rakyat, tetapi yang lebih penting lagi adalah moral pasukan Ukraina.
”Setiap indikasi adanya pertikaian di tingkat tertinggi pengambilan keputusan berisiko dan menandakan bahwa Pemerintah Ukraina tidak yakin mengenai kemajuan serta arah perang. Hal ini jelas tidak membantu pada saat pemerintah perlu menunjukkan kepercayaan diri,” kata Tuck.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, pertikaian antara Zelenzkyy dan Zaluzhnyi membuktikan kegagalan militer Ukraina dalam pertempuran melawan militer Rusia. ”Jelas bahwa serangan balasan yang gagal dan permasalahan di garis depan. Sebaliknya, ini membuktikan keberhasilan operasi militer khusus Rusia,” kata Peskov.