Tidak Ada Pilihan bagi Prajurit Ukraina
Bukan soal dendam. Bagi mereka, berperang adalah cara memulihkan kehidupan yang pernah dirasakan sebelum Februari 2022.
Jari-jari tangan kiri Igor kadang masih nyeri, sementara parut membentang dari mulut sampai ke telinga Artam. Semua akibat luka yang mereka dapat kala berperang di Ukraina timur. Perang yang harus dijalani, luka yang terpaksa diderita.
Bersama Yuri dari Poltava, Igor dari Ternopil, dan Artam dari Zaporizhia tengah berada di Inggris selatan. Ditemui di salah satu pusat latihan tempur Inggris pada awal Desember 2023, mereka menceritakan kehidupan sebelum dan saat Ukraina diserang Rusia sejak Februari 2022.
Perbincangan dengan mereka dimulai dengan kecanggungan. Mereka menolak menyebut nama depan, apalagi sampai melepas masker. Bahkan, masker yang melorot menjauhi mata pun segera diperbaiki. Hanya mata boleh terlihat. Dahi, pipi, hidung, dan bagian lain wajah harus tertutup.
Baca juga: AS Kehabisan Uang untuk Ukraina
Mereka terlihat lebih santai saat melihat kartu tanda pengenal jurnalis yang dikeluarkan Angkatan Bersenjata Ukraina. Kartu itu hanya didapat oleh jurnalis yang pernah meliput Ukraina selama perang meletus hampir dua tahun ini.
Tanpa kartu itu, tidak ada jurnalis boleh mendekati, apalagi berbincang dengan tentara Ukraina. Kartu itu menjadi salah satu penyaring awal Ukraina terhadap pihak-pihak yang mungkin saja membantu Rusia, langsung atau tidak langsung, mendapatkan informasi soal Ukraina.
Setelah melihat kartu itu, Igor dan Artam tidak hanya mengungkap nama depan. Mereka memberi tahu provinsi asal dan pernah ditugaskan di mana selama perang.
Latihan infanteri
Setelah beberapa bulan perang, mereka datang ke Inggris. Mereka bagian dari tentara Ukraina yang memberi masukan untuk penyelenggara Interflex. Ada juga prajurit Ukraina datang sebagai peserta latihan sejak Juni 2022 itu.
Interflex merupakan operasi militer Inggris untuk memberi warga Ukraina keterampilan dasar sebagai prajurit infanteri. Inggris menggandeng 10 mitranya dalam operasi itu.
Komandan Interflex Kolonel James Thurstan menyebut, meski mirip, Interflex bukan kelanjutan Orbital. Ia merujuk pada operasi militer Inggris yang juga pernah dipimpinnya.
Orbital dan Interflex sama-sama operasi militer Inggris untuk melatih tentara Ukraina. Bedanya, Orbital digelar di Ukraina, Interflex diselenggarakan di Inggris.
Baca juga: Demi Ukraina, Biden Siap Kompromi
Selain Inteflex dan Orbital, Inggris dan sekutunya membuat aneka pelatihan lain untuk Ukraina. Ada pelatihan infanteri lanjutan, kavaleri, hingga artileri medan maupun artileri pertahanan udara.
Thurstan mengatakan, Ukraina rutin memberi masukan soal kebutuhan mereka di palagan tempur. Masukan, antara lain, diberikan oleh orang-orang seperti Igor dan Artam yang pernah merasakan pertempuran. Masukan itu penting untuk mempersiapkan tentara baru Ukraina.
Demi keluarga
Igor mengatakan, jadi tentara di Ukraina saat ini bukan soal memilih atau tidak. Terlibat dalam perang merupakan satu-satunya pilihan bagi warga Ukraina sejak Februari 2022. ”Istri saya juga terlibat,” ujarnya.
Sejak sebelum perang, istrinya menjadi pekerja medis. Untuk alasan keamanan, lokasi kerja dan berbagai informasi lain soal istri maupun dirinya tidak diungkap Igor. Ia tidak mau sampai teridentifikasi Rusia sehingga jadi sasaran. Alasan itu juga membuatnya menolak dipotret atau divideokan.
Dalam perang yang telah hampir dua tahun ini, memang masih banyak jaringan mata-mata Rusia di Ukraina. Hampir setiap pekan, Badan Keamanan Nasional Ukraina (SBU) mengumumkan penangkapan orang-orang yang disebut menjadi mata-mata Rusia.
Igor mengatakan, pekerja medis seperti istrinya berperan penting. Ia pernah merasakan manfaat itu saat tangan kirinya terkena pecahan mortir beberapa bulan lalu.
Baca juga: Mengintip Latihan Perang Tentara Ukraina
Meski pecahan mortir sudah dicabut seluruhnya, dampaknya masih terasa. ”Kadang jari-jari saya masih nyeri. Tangan juga kadang nyeri,” ujarnya sambil menunjukkan tangan yang memperlihatkan cincin kawin di jari manis itu.
Meski pernah terluka akibat serangan Rusia, Igor tidak jera. Segera setelah sembuh, ia kembali ke garis depan. Pengalaman di garis depan menjadi bekalnya menjadi pelatih dari Interflex.
Pengalaman militernya terbagi, sebagai anggota wajib militer dan pasukan di garis depan. Wajib militer dilakoni pada 2013, jadi bagian garis depan pada 2022-2023. Hampir semua anggota regu awalnya sudah tewas. Kini, ia bergabung dengan regu lain di angkatan darat Ukraina.
Ia tidak menampik, ada kemarahan pribadi yang mendorongnya terus berperang. Rudal pertama meledak di Ternopil kala ia dan istrinya sedang tidur. Anaknya masih trauma sampai sekarang akibat rudal Rusia yang menandai awal serbuan pada 24 Februari 2022 itu.
Bukan soal dendam. Baginya, berperang adalah cara memulihkan kehidupan yang pernah dikenalnya sebelum Februari 2022. Dulu, ia bekerja di perusahaan teknologi dan hidup nyaman bersama keluarganya.
Kini, ia lebih sering berpisah dengan keluarganya. Ia di garis depan, istrinya di garis belakang merawat para korban perang.
Baca juga: Rusia Tingkatkan Serangan ke Ukraina
Alasan hampir sama juga dilontarkan Artam. Ia ingin keluarganya kembali hidup tenang. Sebagai orang biasa, ia hanya tahu keinginan itu hanya bisa diwujudkan jika ikut berperang. Ia tidak tahu cara lain berkontribusi.
Tekanan lama
Artam dan Igor sama-sama lelah dengan tekanan Rusia. Bangsa Ukraina merasakan tekanan itu berabad-abad meski Rusia berusaha menyangkalnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut, Ukraina bukan sekadar negara tetangga. Ukraina adalah bagian tidak terpisahkan dari sejarah Rusia. Bagi Putin, Ukraina dan Rusia selalu ditakdirkan bersatu.
Dosen pada National University of Kyiv-Mohyla Academy Taras Kuzio memang pernah menyebut, sejarah Rusia-Ukraina saling berkait selama ratusan tahun. Sayangnya, kaitan itu tidak selalu baik.
Ukraina merasakan tekanan Rusia sejak 1863. Lewat Dekrit Valuev 1863 dan Ems 1873, Imperium Rusia melarang penggunaan bahasa Ukraina. Moskwa melarang pencetakan dan penerbitan segala materi soal bahasa Ukraina.
Memang, di era Uni Soviet, Moskwa berusaha membalikkan keadaan. Lewat Korenizatsiia, Mokswa mendorong orang-orang yang bukan Rusia lebih terintegrasi. Hal itu berlaku bagi orang Ukraina yang bisa mendapat jabatan tinggi di Uni Soviet.
Sayangnya, bagi Ukraina, Korenizatsiia tertutup kenangan pahit pada Holodomor. Pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin, mengenalkan pertanian kolektif yang dianggap akan memacu produksi pangan Uni Soviet.
Baca juga: Ukraina Buat Identitas Baru, Tinggalkan Kenangan dengan Uni Soviet
Cara itu tidak cocok dengan tradisi Ukraina yang terbiasa punya pertanian pribadi. Akibatnya, alih-alih meningkatkan, panen di Ukraina anjlok dan orang-orang kelaparan. Meski terus diperdebatkan, ditaksir hingga 5 juta penduduk Ukraina tewas selama Holodomor pada 1931-1933.
Dosen pada Southern Illinois University, Stephen Shulman, memang ada pertanyaan soal identitas Ukraina. Secara resmi, Ukraina sebagai negara bangsa baru ada pada 1991 atau selepas Uni Soviet runtuh.
Dalam tiga dekade terakhir, salah satu ciri Ukraina adalah bangga dengan kedaulatan. Kebanggaan itu salah satu alasan Ukraina melawan keras serangan Rusia. (AFP/REUTERS)