Tahun 2024 Diperkirakan Baik untuk Pasar Emas Dunia
Sejumlah konflik di dunia menguntungkan bagi bursa emas. Namun, masyarakat diimbau tidak kemaruk berinvestasi emas.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
LONDON, RABU — Di tengah berbagai krisis keamanan yang mengancam keajegan dunia, ada kabar baik bagi para investor emas. Dewan Emas Dunia atau WGC mengumumkan bahwa permintaan untuk emas diperkirakan melejit sehingga merupakan kesempatan baik bagi para investor dan warga pada umumnya untuk menabung logam mulia tersebut.
WGC yang berkantor di London, Inggris, mengeluarkan keterangan pada Rabu (31/1/2024) bahwa emas sepanjang tahun 2024 diperhitungkan laku di pasaran berkat pembelian terus-menerus oleh bank-bank sentral. Menurut mereka, ini membantu perekonomian dunia yang melambat karena berkurangnya daya beli masyarakat akibat inflasi yang belum pulih meskipun pandemi Covid-19 telah usai.
Pada akhir tahun 2023, permintaan atas emas berkurang karena harga emas 2.135 dollar Amerika Serikat (AS) per ounce, tertinggi sepanjang catatan WGC. Selama tahun itu pula secara umum permintaan akan emas berkurang 5 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2022. Total penjualan emas global pada 2023 mencapai 4,448 ton.
”Justru dengan adanya konflik antara Israel dan Hamas, bank-bank menjadi ragu untuk bergantung pada mata uang tertentu. Mereka beralih menyimpan dalam wujud emas,” kata Louise Street, pakar senior di WGC.
Salah satu penyebab berkurangnya kepercayaan bank terhadap uang tunai ialah melebarnya perang Israel-Hamas ke Laut Merah. Pasukan Houthi, yang memberontak di Yaman, menyerang kapal-kapal niaga yang melintasi Selat Bab Al-Mandab sebagai bentuk solidaritas terhadap bangsa Palestina. AS dan sekutunya menurunkan pasukan untuk menjaga perairan itu. Jalur Laut Merah, Terusan Suez, dan Laut Tengah merupakan 14 persen dari perdagangan global.
Selain itu, pada 2024, ada 60 pemilihan umum di sejumlah negara, termasuk di antaranya tujuh negara berpenduduk terpadat di dunia. Hasil dari pemilu itu bisa mendatangkan ketidakstabilan apabila kandidat yang menang tidak memiliki dukungan global ataupun mengakibatkan terjadinya keresahan di dalam negeri.
Berdasarkan laporan WGC yang dikutip harian Financial Times, China merupakan pembeli 17 persen emas global sepanjang 2023. Baik warga maupun penanam modal beralih ke logam ini sebagai jalan keluar dari kekacauan bursa saham dan properti. Masyarakat awam memilih berinvestasi pada emas yang berbentuk perhiasan.
Selain China, peningkatan pembelian emas secara drastis juga terdata di Polandia dan Singapura. Bedanya, di kedua negara itu bank sentralnya yang memborong emas. Menurut pakar dari BMO Capital Markets —bank investasi dari Kanada—Colin Hamilton, sebagian pembelian emas oleh bank-bank sentral dunia sejatinya atas suruhan pembeli misterius.
”Lembaga-lembaga keuangan resmi biasanya merahasiakan jumlah asli pembelian emas mereka dari Dana Moneter Internasional (IMF) atau mereka menggunakan lembaga swasta untuk mewakili membeli emas,” kata Hamilton.
Di AS, publik menunggu pengumuman dari bank sentral mereka, The Fed, yang rencananya dilakukan pada Rabu malam. Mereka ingin melihat apabila dengan naiknya permintaan terhadap emas ini akan membuat The Fed menurunkan suku bunga. Per Januari 2024, harga emas di AS turun 1,4 persen.
Meskipun begitu, menurut analisis media CNBC, para pialang saham tidak mau berharap muluk-muluk. Pada akhir 2023, mereka mengharapkan The Fed menurunkan suku bunga sebanyak 160 poin basis (bps). Sekarang, mereka menurunkan harapan menjadi setidaknya 130 bps.
Para pakar ekonomi juga mengimbau masyarakat agar tidak langsung kemaruk membeli dan berinvestasi emas. Mereka menyarankan masyarakat tetap menjaga keragaman investasi secara proporsional. Apabila salah satu jenis investasi diguncang krisis ekonomi atau anjloknya harga, masih ada dukungan dari investasi yang lain. Investor pemula dianjurkan berinvestasi emas sebatas 3-5 persen dari total investasi. (Reuters)