Lagi, Korut Luncurkan Rudal yang Mampu Jangkau AS
Setelah meluncurkan satelit mata-mata, Korea Utara meluncurkan rudal balistik antarbenua yang mampu menjangkau AS.
SEOUL, SENIN — Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik dalam waktu kurang dari 24 jam, Senin (18/12/2023). Salah satunya berupa rudal balistik jarak jauh atau kelas ICBM yang mampu menjangkau Amerika Serikat. Kantor Kepresidenan Korea Selatan menyebut rudal balistik kelas ICBM Korut itu berbahan bakar padat.
Rudal berbahan bakar padat lebih mudah diangkut dan diluncurkan dengan cepat—karena itu lebih berbahaya—dibandingkan rudal berbahan bakar cair. Terakhir, 12 Juli 2023, Korut menembakkan rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile/ICBM) saat mereka meluncurkan rudal Hwasong-18.
Hwasong-18 adalah ICBM Korut pertama yang menggunakan bahan bakar padat. ”Hwasong-18 menggunakan bahan bakar padat sehingga tak perlu lagi waktu persiapan (untuk meluncurkannya) dan bisa langsung ditembakkan dari kendaraan peluncur serta bisa dimasukkan sebagai sistem senjata yang bisa digunakan untuk menyerang daratan AS,” kata Park Won-gon, profesor Studi Korut pada Ewha University, Seoul, Korsel, kepada kantor berita AFP.
Peluncuran rudal ICBM Korut pada Senin ini setelah Pyongyang menguji coba rudal jarak pendek pada Minggu malam. Peluncuran rudal secara beruntun ini diperkirakan sebagai respons Korut atas pertemuan tingkat tinggi antara pejabat AS dan Korsel di Washington DC, Jumat (15/12/2023), yang membahas penggunaan senjata militer strategis AS guna menangkal ancaman militer Korut.
Pyongyang mengecam pertemuan AS-Korsel dan menganggapnya sebagai tindakan yang memancing perang.
Baca juga: Korea Berbalas Ratusan Rudal dan Artileri
Militer Korsel mengatakan, pihaknya mendeteksi rudal balistik jarak jauh diluncurkan dari wilayah Pyongyang. Rudal tersebut ditembakkan pada ketinggian maksimum guna menghindari lintasan tepat di atas wilayah udara negara-negara tetangga, lalu terbang sejauh 1.000 kilometer, dan jatuh di Laut Timur, yang juga dikenal sebagai Laut Jepang.
Kementerian Pertahanan Jepang melaporkan, rudal ICBM Korut itu terbang selama 73 menit, persis di bawah durasi 74 menit ICBM yang ditembakkan pada Juli 2023, dan mencapai ketinggian maksimum lebih dari 6.000 kilometer, lalu jatuh di perairan sebelah barat Hokkaido di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang.
Wakil Menteri Parlemen untuk Urusan Luar Negeri Jepang Shingo Miyake menyebutkan, rudal tersebut mampu menjangkau target dalam jarak lebih dari 15.000 kilometer. Ini berarti, rudal Korut tersebut bisa menarget sasaran mana pun di wilayah Jepang dan daratan AS.
Rudal Korut mampu menjangkau target dalam jarak lebih dari 15.000 kilometer. Ini berarti, rudal Korut tersebut bisa menarget sasaran mana pun di wilayah Jepang dan daratan AS.
Peluncuran tersebut menegaskan upaya Korut untuk meningkatkan kemampuan persenjataannya menjangkau jarak jauh hingga mencapai daratan AS. Melalui pernyataan tertulis, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol telah memerintahkan peningkatan efektivitas operasi ”pencegahan nuklir” oleh Korsel dan AS.
Adapun Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menggambarkan peluncuran rudal Korut pada Senin ini sebagai ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas. Peluncuran ini juga ia nilai melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
Baca juga: Korea Utara Simulasikan Serangan Nuklir Balasan untuk Bumi Hanguskan Negara Gangster
Dewan Keamanan PBB telah mengadopsi banyak resolusi yang menyerukan Korut untuk menghentikan program nuklir dan rudal balistiknya sejak negara itu pertama kali melakukan uji coba nuklir pada tahun 2006.
Sebelumnya, Korut telah melakukan uji tembak empat ICBM tahun ini. Terakhir kali uji coba itu dilakukan pada Juli 2023 ketika Pyongyang meluncurkan Hwasong-18. Rudal ICBM ini pertama kali diluncurkan pada April 2023 dan diketahui sebagai ICBM pertama Korut yang menggunakan bahan bakar padat.
Rudal berbahan bakar padat lebih mudah diangkut dan diluncurkan lebih cepat dibandingkan versi berbahan bakar cair.
Uji coba berlipat
Sejak perundingannya dengan Presiden AS Donald Trump gagal pada 2019, Pemimpin Korut Kim Jong Un melipatgandakan kemampuan rudal dan senjata nuklirnya. Harian The New York Times mencatat, sepanjang tahun 2022 Korut menguji coba 37 rudalnya. Tahun 2023, mereka mengadakan 24 uji coba rudal, termasuk rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan dari wilayah pantai timurnya, Minggu malam.
Semua rudal balistik jarak pendek yang diuji Korut sejak 2019 menggunakan bahan bakar padat. Pada September 2023, Pyongyang menyatakan, kapal selamnya yang mampu menembakkan rudal-rudal nuklir mulai dioperasikan. Peluncuran rudal dari kapal selam lebih sulit dideteksi.
Baca juga: Korea Utara Biayai Program Nuklir dari Peretasan Aset Kripto
Dua bulan kemudian atau November 2023, Korut mengumumkan telah mengorbitkan satelit mata-mata militer. Pada bulan yang sama, mereka juga menguji coba roket berbahan bakar padat untuk peluncuran rudal-rudal balistik jarak menengah.
Hwasong-18, yang pertama kali diuji coba pada bulan April, merupakan ICBM pertama Korea Utara yang menggunakan bahan bakar padat sehingga lebih mudah diangkut dan diluncurkan lebih cepat dibandingkan versi berbahan bakar cair.
Pertemuan di Washington
Sebelum peluncuran ICBM Korut pada Senin ini, AS dan Korsel mengadakan pertemuan kedua Kelompok Konsultasi Nuklir di Washington DC, Jumat (15/12/2023). Dalam pertemuan ini, kedua negara membahas pencegahan nuklir jika terjadi konflik dengan Korut.
Pada Sabtu, melalui pernyataan bersama, AS dan Korsel memperingatkan bahwa setiap serangan nuklir dari Pyongyang terhadap AS dan Korsel akan mengakhiri rezim Korut. ”Serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau para mitranya tidak dapat diterima dan akan berakibat berakhirnya rezim Kim,” demikian penggalan isi pernyataan bersama tersebut.
AS dan Korsel memperingatkan bahwa setiap serangan nuklir dari Pyongyang terhadap AS dan Korsel akan mengakhiri rezim Korut.
Pertemuan dan pernyataan tersebut dibalas Korut dengan peluncuran dua rudal, termasuk ICBM, Senin ini. Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korut mengecam rencana sekutu untuk memperluas latihan militer gabungan tahunan pada tahun depan dengan mencakup latihan operasi nuklir.
Baca juga: Korea Utara Mengirim Pesan via Uji Coba Rudal
”Ini adalah deklarasi terbuka mengenai konfrontasi nuklir untuk menjadikan penggunaan senjata nuklir terhadap DPRK (Korut) sebagai sebuah fait accompli,” sebut pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Korut, KCNA, itu. ”Setiap upaya untuk menggunakan angkatan bersenjata terhadap DPRK akan menghadapi tindakan pencegahan dan mematikan,” tambahnya.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Korsel Shin Won-sik juga melontarkan pernyataan berapi-api berisi ancaman akan melakukan serangan rudal mematikan ke jantung dan kepala Pyongyang jika terjadi perang.
”Jika Korut melakukan tindakan sembrono yang menghancurkan perdamaian, yang menanti mereka hanyalah kehancuran besar,” ujar Shin dalam pertemuan dengan para komandan militer, pekan lalu.
Tahun lalu, Korut mendeklarasikan diri sebagai negara dengan kekuatan nuklir yang tidak dapat diubah. Negara itu juga telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah menghentikan program nuklirnya.
Kedatangan kapal selam AS
Pyongyang menolak tudingan Korsel yang mengatakan peluncuran rudal-rudal Korut itu sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Pyongyang menyebut tindakannya sebagai hak membela diri.
Kementerian Pertahanan Korut mengkritik aksi-aksi gangster militer di AS dan Korsel karena meningkatkan ketegangan melalui latihan, unjuk kekuatan, dan perencanaan perang nuklir. Pernyataan juru bicara kementerian yang tidak disebutkan namanya itu merujuk pada kedatangan kapal selam AS bertenaga nuklir, Missouri, di kota pelabuhan Busan, Korsel, pada Minggu (17/12/2023).
Kunjungan kapal selam nuklir AS di Semenanjung Korea jarang terjadi. Bulan lalu, kapal induk AS, USS Carl Vinson, juga tiba di Busan sebagai bagian dari upaya meningkatkan pencegahan terhadap program nuklir dan rudal Korut.
(AFP/REUTERS/AP)