Gaza, Mariah Carey, dan Tetirah Spiritual Lagu Natal
Lagu natal mulai terdengar dari rumah-rumah, pusat perbelanjaan, hingga kafe. Hati pun mulai berdendang alunan sukacita menyambut Kristus Sang Pembawa Terang. Bahkan, di tempat paling redup sekalipun, Natal telah tiba.
If Christmas hits different this year/You don't have to smile/I know how you feel/If Christmas hits different this year/I'll be right here, I'll be right here……Can we find joy in all of the pain? (”Christmas Hits Different”, TobyMac)
Mendengarkan lagu natal kali ini, seolah tetirah spiritual manusia dalam menempuh lika-liku kehidupan. Bagaimana manusia terkungkung dalam ”gelap”, lalu berhasil menemukan terang seiring lahirnya Kristus pada suatu malam Kudus di Betlehem. Tema duka hingga gembira mengalir syahdu dalam lagu-lagu natal.
Dua minggu terakhir, tangga lagu Spotify mulai diisi lagu-lagu bertema natal. Lagu natal yang baru dirilis tahun 2023 juga sudah dibuatkan daftar putar khusus. Kumpulan lagu itu bahkan telah disukai ribuan orang dan didengar jutaan orang.
Mencermati lagu-lagu natal yang mulai ramai terdengar saat ini, hati kita akan dibawa naik turun seolah menaiki roller coaster. Ada kalanya hati dicabik-cabik kenyataan, bahwa Natal kali ini ada yang melewatinya dengan lara.
Seperti saudara-saudara kita korban konflik Israel Palestina, perang Rusia-Ukraina, atau korban bencana di mana pun berada, termasuk di Tanah Air. Di sisi yang lain, tetap ada momen kita diajak berjingkrak-jingkrak kegirangan menertawakan kehidupan.
Betlehem juga akan redup selama periode Natal. Tidak akan ada pohon natal di tempat tradisional kelahiran Yesus.
Kondisi itu membuat TobyMac, pemenang tujuh kali Grammy Award, datang menghibur dengan lagu baru yang dirilis tahun ini dengan judul ”Christmas Hits Different”. Sepenggal lirik lagu TobyMac di awal seolah mengingatkan bahwa dalam menyambut Natal kali ini, ada yang merayakannya dalam lara.
TobyMac menggandeng Tasha Layton, mempersembahkan lagu yang liriknya berasal dari pengalaman pribadi Toby saat kehilangan putranya pada tahun 2019. Lagu ini memang dipersembahkan untuk jiwa-jiwa yang hancur. Bahwa setidaknya, saat kamu tidak punya siapa-siapa dan terkungkung lara, ada lagu ini yang menemani.
”Ketika Toby meminta saya untuk menjadi bagian dari lagu ini, saya langsung menjawab ya. Saya menyukai pesan di balik lirik ini. Natal bisa jadi saat yang menyenangkan bagi banyak orang, juga memilukan bagi orang lain. Saya telah menyaksikan Toby berulang kali memilih untuk mengikuti Kristus di tengah kepedihannya. Namun, kita dapat bersandar pada kebenaran bahwa Tuhan dekat dengan orang yang patah hati (Mazmur: 34),” kata Layton, teman duet Toby, seperti ditulis ccmmagazine.com.
Layton menambahkan, untuk semua orang yang menjalani Natal berbeda tahun ini, ia berdoa agar lagu tersebut mengingatkan mereka akan harapan yang kita miliki pada Emmanuel (Tuhan beserta kita).
Baca juga: Christmas Carol, Tradisi Natal Pelipur Lara
Solidaritas
Lagu ini juga seolah mewakili Natal senyap yang akan dirayakan oleh umat Kristiani di Jordania, sebagai tanda solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Vaticannews.va menyebut bahwa Natal tahun ini akan berbeda di Jordania. Tidak ada lampu yang bersinar saat umat Kristiani merayakan kedatangan Tuhan.
Perayaan yang biasanya meriah akan diredam atas permintaan para pemimpin agama di sana. Itu sebagai bentuk solidaritas terhadap penderitaan rakyat Palestina di seberang perbatasan.
Lagu ”All I Want for Christmas is You ” menduduki peringkat pertama daftar lagu teratas global dan sudah diputar sebanyak 48,3 juta kali dalam sepekan.
Keputusan untuk membatalkan perayaan, termasuk bazar, perayaan musik, dan pembagian hadiah, datang dari Dewan Gereja Jordania, yang meminta agar komunitasnya membatasi perayaan Natal hanya pada doa dan upacara keagamaan, serta menyumbang dana untuk mendukung anak-anak di Gaza.
Paus Fransiskus telah berulang kali menyerukan gencatan senjata di Gaza. Sejauh ini, lebih dari 10.000 anak telah meninggal di wilayah tersebut. Selain itu, hampir 2 juta orang mengungsi.
Mereka tak punya tempat untuk pergi, tidak ada makanan dan air minum. Para pengamat menggambarkan situasi ini sebagai sebuah bencana kemanusiaan yang menyedihkan.
Betlehem juga akan redup selama periode Natal. Tidak akan ada pohon natal di tempat tradisional kelahiran Yesus.
”Kami akan merayakannya dengan tenang,” kata Pastor Francesco Patton dari Penjaga Tanah Suci. Tidak ada perayaan tahun ini karena dunia menangisi para korban kekerasan. Natal di Betlehem kali ini sungguh berbeda.
Baca juga: Kisah Para Pemenang Kehidupan
Beranjak dari suasana sendu, kita akan diajak menyambut harapan dan kegembiraan melalui lagu ”abadi” Mariah Carey berjudul ”All I Want for Christmas is You”.
Lagu tahun 1994 tetap primadona setiap Natal. Bahkan, saat Mariah Carey hanya menulis ”It’s Time” di media sosialnya, seolah kemeriahan Natal telah datang dan langsung saja lagu tersebut diputar di mana-mana.
Dailyherald.com menyebut, jika Anda tidak suka Mariah Carey atau lagunya, sebaiknya hindari pusat perbelanjaan sekarang dan jangan memutar radio, karena lagu itu akan selalu terdengar.
Lagu ”All I Want for Christmas is You” masuk dalam peringkat mingguan lagu-lagu paling populer di Tiktok di AS berdasarkan kreasi, penayangan video, dan keterlibatan pengguna.
Hingga minggu kedua Desember 2023, lagu tersebut bertengger di peringkat kedua Tiktok Billboard Top 50, serta menjadi peringkat kedua Billboard Hot 100 pada minggu ini.
I don't want a lot for Christmas/There is just one thing I need/I don't care about the presents underneath the Christmas tree/I just want you for my own/More than you could ever know/Make my wish come true/All I want for Christmas is you.
Sepenggal lirik lagu ”All I Want for Christmas is You” itu pun terdengar di pusat perbelanjaan dan kafe di Jakarta. Meski dirilis sejak tiga dekade silam, lagu yang berkisah tentang kebahagiaan merayakan Natal bersama-sama orang terkasih ini selalu populer saat Natal.
Lagu klasik itu seolah tak pernah lekang oleh waktu. Liriknya mengingatkan tentang kesederhanaan menyambut kelahiran Yesus Kristus. Kehadiran seseorang yang berarti, sudah cukup menjadi kado natal. Tidak perlu hadiah atau kemewahan lain.
Baca juga: Sentimental Lagu-lagu Natal
Di situs resmi Spotify, pada Rabu (13/12/2023), lagu ”All I Want for Christmas is You” menduduki peringkat pertama daftar lagu teratas global minggu ini. Lagu berdurasi 4 menit 1 detik itu setidaknya sudah diputar sebanyak 48,3 juta kali dalam sepekan.
Sukacita Natal terus menggema dengan lagu rancak berjudul ”DJ Play a Christmas Song” yang dinyanyikan oleh Cher. Sejak dirilis November 2023, pendengar lagu ini sudah lebih dari 10 juta orang.
Lagu berdurasi tiga setengah menit ini merupakan pembuka dari 13 lagu untuk album Christmas. Ini adalah sebuah album yang diproduksi oleh kolaborator lama Mark Taylor (Believe) dan menampilkan Stevie Wonder, Tyga, Cyndi Lauper, Michael Buble, dan lainnya.
Musik rancak ini seolah mengajak orang berjoget merayakan kegembiraan mengenang lahirnya Yesus. Keceriaannya mirip dengan lagu Natal ”Wrap Me Up” dari Jimmy dan Meghan Trainor serta lagu natal berbahasa Spanyol ”Feliz Navidad” dari Jose Feliciano.
Dari lagu natal diputar belakangan ini, terlihat bahwa tema dan nuansanya sangat beragam. Mulai dari lagu melankolis yang ditujukan bagi orang-orang dalam kesedihan, hingga lagu ceria yang cocok untuk berjoget bersama. Dari lagu-lagu itu, kita bisa belajar, bahwa Natal menjangkau semua umatnya, di mana pun dan dalam kondisi apa pun.
Baca juga: Makna Ornamen Natal, Kegembiraan Menyambut Kelahiran Sang Juru Selamat
Tradisi
Mengapa musik cenderung identik dalam perayaan Natal? Berdasarkan artikel berjudul ”Christmas Traditions around the World that Connect Us” yang berada di laman churchofjesuschrist.org, musik merupakan bagian dari tradisi yang tersebar luas di seluruh di dunia. Dari 195 negara di dunia, ada lebih dari 150 negara yang merayakan Natal. Musik menjadi bagian dari tradisi Natal di negara-negara tersebut.
Banyak lagu telah menyebar ke luar negara asalnya seiring dengan perjalanan orang-orang. Lagu-lagu natal, seperti ”O Tannenbaum” dari Jerman dan ”Shchedryk” atau ”Carol of the Bells” dari Ukraina, adalah lagu klasik liburan lama yang dapat didengar di banyak tempat.
Di beberapa negara, seperti Filipina, lagu-lagu natal sudah dapat didengarkan sejak September. Musim Natal yang disebut Kapaskuhan berlangsung selama berbulan-bulan.
Namun, dari itu semua, tampak bahwa lagu sedih dan melankolis sedikit disukai ketimbang lagu rancak dan gembira. Sebut saja lagu TobyMac tadi di Spotify hanya didengarkan oleh 200.000-an orang. Berbeda dengan lagu ceria Cher dan Mariah Carey, yang didengarkan belasan hingga puluhan juta orang. Pada dasarnya, manusia memang tidak pernah suka dengan kepedihan.
Baca juga: Sejarah dan Tema Natal yang Penuh Kemuliaan